Monetisasi Media Sosial Masih Menjanjikan dan Diminati Generasi Z
19 June 2023 |
17:30 WIB
1
Like
Like
Like
Genhype, media sosial kini sudah menjadi platform yang digunakan setiap hari oleh hampir semua orang. Sebanyak 167,0 juta orang atau setara lebih dari setengah populasi Indonesia saat ini adalah pengguna media sosial seperti menurut data yang dirilis Datareportal dalam laporan Digital 2023: Indonesia.
Penggunaan media sosial yang makin masif membuat peluang monetisasi makin tinggi. Terlebih, saat ini media sosial tidak hanya digunakan untuk berinteraksi saja, tetapi juga melakukan transaksi berakt adanya social commerce.
Dalam satu dekade terakhir ini, kehadiran media sosial memang telah mengubah banyak hal. Ia juga banyak melahirkan profesi baru, seperti influencer, yang saat ini banyak dilakoni para milenial dan generasi Z.
Baca juga: Pengguna Media Sosial Makin Masif, Ini Konten yang Paling Dicari Warganet
Antasena Adi Perdana selaku Brand & Social Media Consultant meyakini influencer dan kreator konten masih menjadi profesi yang menjanjikan dan menyenangkan, baik dari segi fleksibilitas kerja maupun penghasilannya.
Meski sangat mungkin satu platform media sosial akan ditinggalkan dan berpindah ke platform lain, profesi kreator konten diyakini masih tetap dibutuhkan. Menurutnya, kreator konten hanya tinggal berpindah platform saja.
Media sosial adalah lahan yang dinamis. Tren penggunaan platform dan tren konten di dalamnya sangat mudah berubah. Kreator konten perlu sigap dalam melakukan adaptasi agar tidak ditinggalkan penontonnya.
Meskipun demikian, pria yang akrab disapa Sena itu juga mengakui bahwa dunia kreator konten tidak lagi semudah dahulu. Memonetisasi konten dianggapnya menjadi jauh lebih sulit dilakukan saat ini ketimbang pada era 2017-2020-an karena hal-hal yang bersifat teknis.
Bukan masalah karena kreator konten makin banyak dan persaingan menjadi sulit. Itu hanya bagian alasan kecil. Sebab, sebenarnya setiap kreator konten memiliki unique selling point yang berbeda-beda.
Namun, sumber permasalahan besarnya ialah perubahan algoritma pada sebuah media sosial. Algoritma merupakan sistem yang digunakan oleh platform untuk menentukan urutan konten teratas yang akan direkomendasikan berdasarkan rumus-rumus tertentu.
Sistem ini sering kali berubah tanpa pemberitahuan terlebih dahulu kepada para kreator konten. Hal ini membuat beberapa konten yang sudah dicocokkan dengan algoritma lama tidak bekerja dengan baik. Performa pun menjadi menurun karena konten tak sesuai dengan algoritma baru.
Akan tetapi, lain hal dengan iklan yang masuk berdasarkan kerja sama. Ya, selain mengandalkan iklan tersistem, kreator konten juga bisa menjalin kerja sama marketing dengan beberapa brand. Jenis monetisasi ini yang terbilang masih stabil kebutuhannya.
Terlebih, saat ini brand dapat mengiklankan langsung konten yang dibuat oleh kreator konten. Pada beberapa media sosial, seperti TikTok, bahkan sudah disediakan fitur keranjang kuning yang akan membuat penonton bisa langsung melakukan pembelian tanpa perlu buka tutup aplikasi lain. “Affiliate marketing dan endorsement memang menjadi tulang punggung ekonomi kreator saat ini,” imbuhnya.
Baca juga: Tajir Bareng dengan TikTok Affiliate, Memang Bisa?
Sementara itu Perwakilan TikTok Indonesia mengatakan TikTok merupakan destinasi terdepan untuk video mobile berdurasi singkat dengan misi untuk menginspirasi kreativitas dan membawa kebahagiaan. TikTok memiliki lebih dari 1 miliar pengguna aktif bulanan secara global, di mana lebih dari 240 juta pengguna kami berasal dari Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Saat ini, TikTok tersedia di lebih dari 150 pasar dan dalam 75 bahasa.
Besarnya peran kreator di TikTok dalam menghibur dan menginspirasi penggunanya membuat pihaknya senantiasa membuka peluang monetisasi yang bisa dilakukan. Ada beberapa peluang monetisasi di TikTok yang bisa dicoba pengguna. Di antaranya ialah melalui livestreaming, affiliate, TikTok creator marketplace, dan branded content.
Ada beberapa kreator konten yang sudah merasakan fitur monetisasi tersebut. Misalnya, Natasha Surya (@natasya.surya), seorang kreator TikTok yang telah membantu banyak merchants dalam mempromosikan dan menjual produk mereka.
Natasha dikenal karena membuat ulasan yang jujur yang disertai dengan editannya yang menarik mengenai produk fesyen, home and living, serta personal care. Banyak bisnis kecil hingga menengah ditemukan oleh masyarakat karena video-video Natasha, yang akhirnya membuat mereka menunjuk Natasha sebagai brand ambassador.
Kemudian, ada Dini Nurul Islami, atau yang biasanya dipanggil Dini. Dia adalah seorang kreator affiliate di TikTok yang bergabung sejak tahun 2021. Melalui akunnya, @dininrli, Dini berhasil menjadi salah satu kreator affiliate teratas untuk kategori produk teknologi di TikTok Shop, dan mencatat GMV lebih dari 1,5 miliar rupiah per bulan.
Sementara itu, kreator Robibois (@robiboiss) juga meraih keuntungan dari monetisasi media sosial. Dia adalah seorang kreator yang sering membagikan rekomendasi untuk produk gadget di TikTok, mulai dari ponsel, audio, hingga peralatan rumah tangga.
Berawal sebagai penjaga toko gadget, kini Robi bahkan sudah memutuskan untuk menjadi kreator full-time dan creator affiliate untuk membantu memasarkan produk dari berbagai brand di TikTok Shop. TikTok Shop menghargai ketekunan Robi sebagai affiliate dengan memberikan penghargaan sebagai Kreator Paling Hebat (Awesomest Creator) dalam acara TikTok Shop Summit pada akhir 2022.
Baca juga: 3 Cara Membangun Micro Community yang Jadi Tren Baru di Media Sosial
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Penggunaan media sosial yang makin masif membuat peluang monetisasi makin tinggi. Terlebih, saat ini media sosial tidak hanya digunakan untuk berinteraksi saja, tetapi juga melakukan transaksi berakt adanya social commerce.
Dalam satu dekade terakhir ini, kehadiran media sosial memang telah mengubah banyak hal. Ia juga banyak melahirkan profesi baru, seperti influencer, yang saat ini banyak dilakoni para milenial dan generasi Z.
Baca juga: Pengguna Media Sosial Makin Masif, Ini Konten yang Paling Dicari Warganet
Antasena Adi Perdana selaku Brand & Social Media Consultant meyakini influencer dan kreator konten masih menjadi profesi yang menjanjikan dan menyenangkan, baik dari segi fleksibilitas kerja maupun penghasilannya.
Meski sangat mungkin satu platform media sosial akan ditinggalkan dan berpindah ke platform lain, profesi kreator konten diyakini masih tetap dibutuhkan. Menurutnya, kreator konten hanya tinggal berpindah platform saja.
Ilustrasi monetisasi media sosial (Sumber gambar: Freepik)
Media sosial adalah lahan yang dinamis. Tren penggunaan platform dan tren konten di dalamnya sangat mudah berubah. Kreator konten perlu sigap dalam melakukan adaptasi agar tidak ditinggalkan penontonnya.
Meskipun demikian, pria yang akrab disapa Sena itu juga mengakui bahwa dunia kreator konten tidak lagi semudah dahulu. Memonetisasi konten dianggapnya menjadi jauh lebih sulit dilakukan saat ini ketimbang pada era 2017-2020-an karena hal-hal yang bersifat teknis.
Bukan masalah karena kreator konten makin banyak dan persaingan menjadi sulit. Itu hanya bagian alasan kecil. Sebab, sebenarnya setiap kreator konten memiliki unique selling point yang berbeda-beda.
Namun, sumber permasalahan besarnya ialah perubahan algoritma pada sebuah media sosial. Algoritma merupakan sistem yang digunakan oleh platform untuk menentukan urutan konten teratas yang akan direkomendasikan berdasarkan rumus-rumus tertentu.
Sistem ini sering kali berubah tanpa pemberitahuan terlebih dahulu kepada para kreator konten. Hal ini membuat beberapa konten yang sudah dicocokkan dengan algoritma lama tidak bekerja dengan baik. Performa pun menjadi menurun karena konten tak sesuai dengan algoritma baru.
Pengaruh paling besar biasanya akan terjadi pada reach atau jumlah tayangan yang ditonton. Jika tidak segera menemukan solusi, kreator konten bisa makin kehilangan jumlah klik sekaligus iklan yang masuk secara tersistem di media sosial.“Perubahan algoritma yang sifatnya tidak menentu menyulitkan kreator konten menentukan target mereka,” ungkap Sena.
Akan tetapi, lain hal dengan iklan yang masuk berdasarkan kerja sama. Ya, selain mengandalkan iklan tersistem, kreator konten juga bisa menjalin kerja sama marketing dengan beberapa brand. Jenis monetisasi ini yang terbilang masih stabil kebutuhannya.
Terlebih, saat ini brand dapat mengiklankan langsung konten yang dibuat oleh kreator konten. Pada beberapa media sosial, seperti TikTok, bahkan sudah disediakan fitur keranjang kuning yang akan membuat penonton bisa langsung melakukan pembelian tanpa perlu buka tutup aplikasi lain. “Affiliate marketing dan endorsement memang menjadi tulang punggung ekonomi kreator saat ini,” imbuhnya.
Baca juga: Tajir Bareng dengan TikTok Affiliate, Memang Bisa?
Sementara itu Perwakilan TikTok Indonesia mengatakan TikTok merupakan destinasi terdepan untuk video mobile berdurasi singkat dengan misi untuk menginspirasi kreativitas dan membawa kebahagiaan. TikTok memiliki lebih dari 1 miliar pengguna aktif bulanan secara global, di mana lebih dari 240 juta pengguna kami berasal dari Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Saat ini, TikTok tersedia di lebih dari 150 pasar dan dalam 75 bahasa.
Besarnya peran kreator di TikTok dalam menghibur dan menginspirasi penggunanya membuat pihaknya senantiasa membuka peluang monetisasi yang bisa dilakukan. Ada beberapa peluang monetisasi di TikTok yang bisa dicoba pengguna. Di antaranya ialah melalui livestreaming, affiliate, TikTok creator marketplace, dan branded content.
Ada beberapa kreator konten yang sudah merasakan fitur monetisasi tersebut. Misalnya, Natasha Surya (@natasya.surya), seorang kreator TikTok yang telah membantu banyak merchants dalam mempromosikan dan menjual produk mereka.
Natasha dikenal karena membuat ulasan yang jujur yang disertai dengan editannya yang menarik mengenai produk fesyen, home and living, serta personal care. Banyak bisnis kecil hingga menengah ditemukan oleh masyarakat karena video-video Natasha, yang akhirnya membuat mereka menunjuk Natasha sebagai brand ambassador.
Kemudian, ada Dini Nurul Islami, atau yang biasanya dipanggil Dini. Dia adalah seorang kreator affiliate di TikTok yang bergabung sejak tahun 2021. Melalui akunnya, @dininrli, Dini berhasil menjadi salah satu kreator affiliate teratas untuk kategori produk teknologi di TikTok Shop, dan mencatat GMV lebih dari 1,5 miliar rupiah per bulan.
Sementara itu, kreator Robibois (@robiboiss) juga meraih keuntungan dari monetisasi media sosial. Dia adalah seorang kreator yang sering membagikan rekomendasi untuk produk gadget di TikTok, mulai dari ponsel, audio, hingga peralatan rumah tangga.
Berawal sebagai penjaga toko gadget, kini Robi bahkan sudah memutuskan untuk menjadi kreator full-time dan creator affiliate untuk membantu memasarkan produk dari berbagai brand di TikTok Shop. TikTok Shop menghargai ketekunan Robi sebagai affiliate dengan memberikan penghargaan sebagai Kreator Paling Hebat (Awesomest Creator) dalam acara TikTok Shop Summit pada akhir 2022.
Baca juga: 3 Cara Membangun Micro Community yang Jadi Tren Baru di Media Sosial
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.