Perempuan Indonesia Makin Melek Literasi Keuangan
24 May 2023 |
13:44 WIB
Literasi keuangan di kalangan perempuan Indonesia terus menunjukkan tren positif. Hasil survei nasional Literasi dan Keuangan 2022 menunjukkan angka tingkat literasi keuangan perempuan Indonesia sebesar 50,33 persen, lebih tinggi dibandingkan laki-laki, 49,05 persen.
Meskipun angka inklusi keuangan masih didominasi oleh kelompok laki-laki dengan 86,28 persen, pencapaian ini dilihat sebagai pertanda baik semakin tingginya pemahaman perempuan Indonesia tentang layanan keuangan.
Baca juga: Mudah Tertipu, Literasi Keuangan Masyarakat Indonesia Masih Rendah
Wakil Bendahara II Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH) Chrisma Albandjar mengatakan bahwa angka inklusi keuangan perempuan yang semula 75,15 persen meningkat menjadi 83,88 persen pada 2022. Menurutnya, teknologi, khususnya di sektor keuangan, sangat membantu karakter perempuan sebagai pengelola keuangan rumah tangga yang dituntut serba bisa dan mampu multi-tasking.
Dia juga menilai perempuan cenderung memiliki motivasi berinvestasi yang lebih berorientasi ke investasi jangka panjang untuk keluarga. Hal ini pun, menurutnya, semakin meningkatkan urgensi perlunya perempuan memiliki pemahaman tentang inovasi teknologi keuangan, mulai dari fitur dan tools di aplikasi keuangan sampai proses mempertimbangkan risiko keuangan.
Pernyataan itu hampir senada dengan hasil survei Pluang tentang investasi ritel pada 2022, yang menemukan bahwa mayoritas responden perempuan menyisihkan setidaknya 20 persen dari penghasilannya untuk alokasi investasi.
Tiga alasan utama perempuan berinvestasi adalah untuk meningkatkan pendapatan pasif, mempersiapkan dana darurat dan dana pendidikan anak. Motivasi perempuan yang lebih berorientasi pada masa depan keuangan keluarga berbeda dibandingkan mayoritas responden yang secara umum memilih persiapan dana pensiun sebagai alasan utama berinvestasi.
Untuk memfasilitasi preferensi investasi ini, Kartika Dewi, Head of Corporate Communication Pluang menuturkan perlu lebih banyak pemimpin perempuan di puncak kepemimpinan sektor teknologi keuangan (financial technology). Dia menambahkan setidaknya ada tiga hal yang bisa dilakukan untuk memastikan kepemimpinan perempuan di sektor ini.
Pertama,meningkatkan visibilitas pemimpin perempuan di industri financial technology (fintech) melalui partisipasi dalam acara-acara publik, maupun program pelatihan untuk pengusaha perempuan.
Kedua, memperkuat startup yang dirintis oleh perempuan, karena investor perlu peka terhadap bias gender yang bisa mempengaruhi penilaian mereka terhadap ide bisnis dari founder perempuan, terutama sektor fintech yang didominasi laki-laki.
Adapun yang ketiga, keterwakilan para pemimpin perempuan perlu menjadi budaya profesional baru yang sangat mungkin dicapai dan bermanfaat bagi pertumbuhan sektor fintech.
Dari perusahaan-perusahaan fintech di Indonesia yang menjadi anggota AFTECH, Pluang merupakan salah satu dari perusahaan rintisan fintech yang memiliki sosok pemimpin perempuan, yaitu Claudia Kolonas.
"Dengan memastikan keterwakilan perempuan di puncak kepemimpinan, Pluang berharap bisa membawa inovasi teknologi yang bisa menjawab kebutuhan finansial perempuan Indonesia dan semoga bisa jadi rujukan perusahaan lain di industri teknologi," katanya.
Baca juga: Ini Alasan Tingkat Literasi Keuangan di Indonesia Masih Rendah
Editor: Dika Irawan
Meskipun angka inklusi keuangan masih didominasi oleh kelompok laki-laki dengan 86,28 persen, pencapaian ini dilihat sebagai pertanda baik semakin tingginya pemahaman perempuan Indonesia tentang layanan keuangan.
Baca juga: Mudah Tertipu, Literasi Keuangan Masyarakat Indonesia Masih Rendah
Wakil Bendahara II Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH) Chrisma Albandjar mengatakan bahwa angka inklusi keuangan perempuan yang semula 75,15 persen meningkat menjadi 83,88 persen pada 2022. Menurutnya, teknologi, khususnya di sektor keuangan, sangat membantu karakter perempuan sebagai pengelola keuangan rumah tangga yang dituntut serba bisa dan mampu multi-tasking.
Dia juga menilai perempuan cenderung memiliki motivasi berinvestasi yang lebih berorientasi ke investasi jangka panjang untuk keluarga. Hal ini pun, menurutnya, semakin meningkatkan urgensi perlunya perempuan memiliki pemahaman tentang inovasi teknologi keuangan, mulai dari fitur dan tools di aplikasi keuangan sampai proses mempertimbangkan risiko keuangan.
Pernyataan itu hampir senada dengan hasil survei Pluang tentang investasi ritel pada 2022, yang menemukan bahwa mayoritas responden perempuan menyisihkan setidaknya 20 persen dari penghasilannya untuk alokasi investasi.
Tiga alasan utama perempuan berinvestasi adalah untuk meningkatkan pendapatan pasif, mempersiapkan dana darurat dan dana pendidikan anak. Motivasi perempuan yang lebih berorientasi pada masa depan keuangan keluarga berbeda dibandingkan mayoritas responden yang secara umum memilih persiapan dana pensiun sebagai alasan utama berinvestasi.
Ilustrasi dua orang perempuan sedang memegang gawai (Sumber gambar: Jason Goodman/Unsplash)
Pertama,meningkatkan visibilitas pemimpin perempuan di industri financial technology (fintech) melalui partisipasi dalam acara-acara publik, maupun program pelatihan untuk pengusaha perempuan.
Kedua, memperkuat startup yang dirintis oleh perempuan, karena investor perlu peka terhadap bias gender yang bisa mempengaruhi penilaian mereka terhadap ide bisnis dari founder perempuan, terutama sektor fintech yang didominasi laki-laki.
Adapun yang ketiga, keterwakilan para pemimpin perempuan perlu menjadi budaya profesional baru yang sangat mungkin dicapai dan bermanfaat bagi pertumbuhan sektor fintech.
Dari perusahaan-perusahaan fintech di Indonesia yang menjadi anggota AFTECH, Pluang merupakan salah satu dari perusahaan rintisan fintech yang memiliki sosok pemimpin perempuan, yaitu Claudia Kolonas.
"Dengan memastikan keterwakilan perempuan di puncak kepemimpinan, Pluang berharap bisa membawa inovasi teknologi yang bisa menjawab kebutuhan finansial perempuan Indonesia dan semoga bisa jadi rujukan perusahaan lain di industri teknologi," katanya.
Baca juga: Ini Alasan Tingkat Literasi Keuangan di Indonesia Masih Rendah
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.