Cuplikan film dokumenter Sang Mentari (2017). (Sumber foto: YouTube/Ghalif Putra Sadewa)

Sang Mentari, Dokumenter Ringan Ajak Kita untuk Peduli ODHA

19 April 2023   |   07:48 WIB

Henry Sundoro adalah salah satu warga Sewon Bantul, sejak 2004 divonis positif HIV. Kisahnya yang dituangkan secara jujur dan sederhana dalam film dokumenter berjudul Sang Mentari (Sun) mengajak kita untuk turut menyelami kegelisahan yang dirasakan oleh Henry.

HIV didapatnya dari kebiasaannya menggunakan narkoba. HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia, terutama sel-sel yang disebut CD4. Virus ini dapat menyebar melalui cairan tubuh, seperti darah, air mani, cairan vagina, dan ASI ibu yang terinfeksi HIV. 

Baca juga: Reviu Serial Dokumenter Netflix MH370: The Plane That Disappeared

Saat terjangkit HIV, status Henry sudah berkeluarga. Dari informasi-informasi yang didapatnya terkait penularan HIV, dia takut untuk menceritakan kisahnya kepada istrinya, karena ia takut ditinggal dan diceraikan oleh istrinya.

Dengan keberanian, Henry mencoba terbuka dan bercerita kepada ibunya. Reaksi sang ibu bukan menghakiminya tapi justru memberinya semangat untuk menjalani hidup. Doa dan semangat sang ibu yang menuntunnya menceritakan penyakitnya kepada sang istri. Apa yang ditakutkannya tidak terjadi. Istrinya pun memberi semangat kepadanya. 
 


Dukungan sang istri, menimbulkan masalah baru bagi Henry, karena Henry tak ingin penyakit yang dideritanya menular pada keluarganya khususnya sang istri, mengingat mereka pun melakukan hubungan suami istri.

Keterbukaan sang istri untuk menerima informasi-informasi terkait HIV, memudarkan ketakutan yang sempat menjadi masalah bagi Henry. Sang istri kini selalu turut serta dalam pemeriksaan rutin tes HIV setiap 6 bulan sekali. Dukungan dan perawatan yang memadai sangat penting untuk membantu  orang dengan HIV/AIDS (ODHA) hidup dengan kondisi yang sehat dan memperpanjang masa hidup mereka.

Tak hanya keluarga, tetangga-tetangga terdekat pun menerima informasi yang ada tanpa menjauhi maupun mengubah perilaku kepada Henry. Henry pun berbaur dengan warga berkegiatan seperti biasa, baik rapat warga maupun acara kampung berjalan seperti biasa.

Ketakutan akan stigma terhadap ODHA berangsur hilang dari pikirannya. Bagi Henry itu adalah dukungan positif dari lingkungan sekitarnya, yang mau membantunya menjadi lebih baik.

“Sejauh tidak melakukan kegiatan yang beresiko menularkan, untuk apa takut? Jauhi penyakitnya, penularannya, bukan orangnya” seloroh Henry di salah satu cuplikan film.

HIV memang tidak memiliki obat yang dapat menyembuhkan secara total, tapi ada obat-obatan yang dapat menekan perkembangan virus dalam tubuh sehingga orang dengan HIV dapat hidup dengan kondisi yang sehat dan produktif.

Pesannya pun disampaikan dalam cuplikan film, untuk para ODHA agar jangan terpuruk, melainkan mulai bangkit dan menjadikan diri lebih peduli pada kesehatan dan gaya hidup, baginya menjadi manusia janganlah seperti air yang mengalir, karena air akan merusak segala sesuatu yang menghadang jalannya, tapi jadilah daun, karena daun akan terus bertumbuh mengikuti sang mentari tanpa merusak di sekitarnya. 

Film yang disutradarai oleh Morsed ini, pernah menjadi salah satu nominasi Piala Maya kategori Dokumenter Pendek pada tahun 2018. Piala Maya adalah penghargaan bergengsi di Indonesia untuk bidang perfilman dan animasi.

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Nirmala Aninda

Disclaimer: Seluruh konten dalam tulisan ini merupakan hasil karya artikel yang bersangkutan sebagai penulis independen. Hypeabis.id tidak bertanggung jawab jika di kemudian hari terdapat kekeliruan atau gugatan dari pihak lain.
 

SEBELUMNYA

6 Cara Menjaga Berat Badan Saat Lebaran, Dijamin Enggak Bikin Badan Lebar-an

BERIKUTNYA

Resep Kue Kacang Jadul untuk Sajian Lebaran

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: