Mantan Menkes Nila Moeloek saat memaparkan hasil survei. (Sumber gambar :Desyinta Nuraini)

Survei Ungkap Rabun Jauh Anak SD Tinggi, Nila Moeloek: Meningkat di Usia 12 Tahun

21 March 2023   |   21:44 WIB
Image
Desyinta Nuraini Jurnalis Hypeabis.id

Like
Menjaga kesehatan mata anak Indonesia menjadi tantangan. Pasalnya, semakin banyak anak-anak di usia sekolah yang mengalami gangguan penglihatan. Hal ini bisa berdampak pada kualitas kesehatan mereka di masa mendatang. 

Masalah gangguan penglihatan pada anak ini terungkap dalam survei yang dilakukan Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia. Dari penelitian tersebut didapati hasil jumlah kasus rabun jauh pada anak Sekolah Dasar (SD) di Jakarta mencapai 40,5 persen.

Pimpinan Tim Pengabdian Masyarakat untuk Kesehatan Mata, Prof. Nila Moeloek, menegaskan temuan ini lebih tinggi dari beberapa data survei dan studi gangguan penglihatan, terutama rabun pada anak Indonesia yang telah dilakukan baik oleh pemerintah maupun studi beberapa lembaga akademik sebelum masa pandemi.

"Hasil survei kami ini menunjukkan bahwa terdapat potensi masalah kesehatan dan kualitas hidup jangka panjang bagi negara, karena statistik 4 dari 10 anak SD mengalami rabun jauh. Dimulai pada usia 6 tahun, meningkat di usia 12 tahun," ujarnya dalam media briefing di bilangan SCBD, Jakarta, Selasa (21/3/2023).

Menurutnya hal ini merupakan masalah yang serius yang berdampak langsung terhadap kualitas hidup, kegiatan belajar hingga proses tumbuh kembang anak. "Harus dipahami bahwa penglihatan adalah salah satu modalitas penting untuk membentuk kualitas sumber daya manusia yang baik,” tutur mantan Menteri Kesehatan ini.

Tim peneliti yang terdiri dari dr. Kianti Darusman, dr. Ray Wagiu Basrowi, dan dr. Yitro Wilar menemukan beberapa fakta lain selain tingginya prevalensi rabun jauh pada anak. Secara lengkap, data collection dan skrining kelainan refraksi ini dilakukan di dua sekolah dasar negeri di Jakarta.

Ada 269 anak SD kelas empat hingga enam, dengan rentang usia antara 9 hingga 12 tahun yang dilakukan survei. Ditemukan bahwa hampir separuh anak SD yang menderita rabun jauh adalah anak usia 9-10 tahun. 

Tim peneliti juga melakukan sub analisis untuk melihat persepsi anak SD terkait gangguan penglihatan yang dialami. Ditemukan bahwa 54 persen siswa mengalami kesulitan membaca tulisan di papan tulis karena gangguan penglihatannya, 24 persen siswa mengalami kesulitan belajar karena kesulitan melihat dan membaca, serta 38 persen siswa mengakui sulit berolahraga karena gangguan melihat ketika beraktifitas fisik. 

Ray menyebut temuan ini menunjukkan bahwa dari aspek analisis penelitian ada distorsi subjektif dari kondisi gangguan kesehatan yang bila dibiarkan akan berpotensi mengganggu prestasi akademik dan tentunya perkembangan fisik dan psikologis anak. "Aktivitas fisik penting untuk tmbuh kembang. Jika tidak bisa beraktivitas, berdampak ke kesehatannya," tuturnya. 

Tim peneliti juga sempat melakukan pendalaman persepsi dari data survei ini kepada beberapa guru dan orangtua. Ditemukan bahwa guru juga sering menemukan murid yang harus berjuang karena kesulitan membaca tulisan di papan tulis. Siswa SD ini juga  melakukan modifikasi tertentu seperti memicingkan mata hingga mendekatkan buku bacaan ke arah mata. 

"Ini gangguan serius terhadap pola belajar mengajar," tegasnya. 

Menurut tim peneliti, intervensi koreksi dengan kacamata wajib dilakukan karena bila dibiarkan, kondisi kelainan penglihatan ini akan berlanjut dan memberat. Itu sebabnya dibutuhkan intervensi serius dalam hal deteksi dini dan koreksi kacamata secara cepat. 

Terkait hal ini, Nila dan timnya dengan dukungan dari berbagai pihak melakukan intervensi pemberian kacamata gratis bagi para murid yang terdiagnosis. Dukungan edukasi menurutnya juga wajib dilakukan, terutama untuk memastikan agar anak tetap patuh memakai kacamata 
dan tidak malu karena ada stigma atau potensi perundungan di sekolah.

"Semoga ada akses ke layanan primer untuk cek matanya. Kami juga berjuang ini masuk di program pemerintah," tambahnya. 

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Gita Carla
 

SEBELUMNYA

Moms, Simak 4 Tips Nyaman Mudik Lebaran Bersama Si Kecil

BERIKUTNYA

Maraknya Thrifting Pakaian Bekas Impor Ancam Industri Fesyen Lokal

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: