Ilustrasi Sapardi (sumber gambar Google Doodle)

Siapa Sapardi Djoko Damono? Sosok yang Jadi Google Doodle Hari Ini

20 March 2023   |   10:58 WIB
Image
Prasetyo Agung Ginanjar Jurnalis Hypeabis.id

Ada yang berbeda pada tampilan Google pada Senin, 20 Maret 2023. Gambar sastrawan terkemuka Indonesia Sapardi Djoko Damono hadir sebagai Doodle pada laman perusahaan raksasa teknologi tersebut. Lantas siapakah sosok ini? 

Tanggal tersebut dipilih karena menjadi perayaan ulang tahun ke-83 dari penyair Hujan Bulan Juni tersebut. Sesuai syairnya, Sapardi digambarkan dalam bentuk kartun yang sedang memegang payung sembari hujan turun dengan rintik di sekelilingnya.
 
 


Sementara itu, di tangannya terapit buku cokelat dengan topi khas dirinya. Sapardi digambarkan berdiri di tengah rimbunnya pepohonan dengan aura sendu. Namun, senyum masih menghiasi sosok berkacamata itu, dengan latar tulisan Google di belakangnya.

Baca juga: Melihat Perjalanan Penyair Sapardi Djoko Damono di Pameran Urban Masters

"Doodle hari ini memperingati hari lahir Sapardi Djoko Damono, penyair yang merevolusi puisi liris di Indonesia," demikian dikutip dari laman Google Doodle, Senin, (20/3/23).


Profil Sapardi Djoko Damono

Sapardi Djoko Damono lahir tepat hari ini, 83 tahun silam di Solo, Jawa Tengah pada 1940. Dia menghabiskan masa kecilnya di perpustakaan dengan membaca setiap buku yang didapatkan, serta mulai menulis puisi saat bersekolah di SMA Surakarta. 

Penyair ini sudah mulai menulis karya sastra sejak duduk di bangku SMP dan SMA atau pada periode 1952 – 1958. Saat itu, dia menulis puisi dan cerita pendek untuk sejumlah media, seperti Mimbar Indonesia.

Sapardi mendapat gelar sarjana bahasa Inggris dari Universitas Gajah Mada, dan melanjutkan belajar sastra Indonesia di sekolah pascasarjana. Setelah itu dia sempat bekerja sebagai penyiar radio dan asisten teater dan mulai fokus dengan profesi kepenyairannya.

Pada 1969, Sapardi merilis kumpulan puisi pertamanya, DukaMu Abadi. Keunikan dari kumpulan sajak ini adalah saat sebagian besar penyair berfokus pada refleksi dan gagasan masyarakat, dia puisi-puisinya justru mencerminkan kondisi manusia masyarakat Indonesia. 

Pada 1978, dia menerima Cultural Award dari pemerintah Australia. Lima tahun kemudian bukunya, Sihir Hujan memperoleh hadiah Anugerah Puisi-puisi Putera II dari Malaysia. Lalu pada 1984 bukunya, Perahu Kertas juga menerima penghargaan dari Dewan Kesenian Jakarta. 

Selain membuat prosa dan puisi, Sapardi juga sering menerjemahkan karya sastra dari seluruh dunia ke dalam bahasa Indonesia. Adapun, beberapa terjemahannya yang terkenal adalah The Old Man and the Sea karya Ernest Hemingway. Ada juga kumpulan puisi dari penyair seperti Kahlil Gibran, Faridudin Attar, dan penyair Timur tengah lainnya.

Pada 1994, Sapardi menerbitkan Hujan Bulan Juni, kumpulan beberapa puisi terbesarnya. Karya ini menginspirasi beberapa musisi untuk membuat komposisi dengan tema serupa. Adapun, karya ini juga diangkat dalam bentuk film dengan judul yang sama yang dibesut oleh Reni Nurcahyo Hestu Saputra pada 2017.

Sebagai akademisi, Sapardi sempat menjadi dekan fakultas di Universitas Indonesia pada 1995-1999, dan purnabakti dari kampus tersebut pada 2005. Kampus itu pun sempat mengadakan resital puisi untuk merayakan karya-karya Sapardi Djoko yang meninggal pada 19 Juli 2020 dan dimakamkan di Giri Tonjong, Bogor.

"Saat ini, puisinya masih dibaca di seluruh dunia, berfungsi sebagai ode untuk generasi penulis berikutnya," tulis Google yang hanya menampilkan Doodlenya eksklusif di Indonesia. 

Editor: Dika Irawan 

SEBELUMNYA

Hari Dongeng Sedunia 20 Maret, Sejarah & Cara Memperingatinya

BERIKUTNYA

Kala Seniman Muda Guncang Pasar Seni Dunia

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: