Konferensi pers Kalbe (Sumber gambar: Kalbe)

Belajar dari Korea, Kalbe Kembangkan Benang Bedah Buatan Dalam Negeri

16 March 2023   |   18:04 WIB
Image
Chelsea Venda Jurnalis Hypeabis.id

Like
Kemandirian dalam industri kesehatan menjadi isu penting dalam beberapa tahun terakhir. Sebab, saat ini industri alat kesehatan masih didominasi produk-produk dari luar negeri. Ketergantungan terhadap barang impor tersebut sudah seharusnya pelan-pelan segera dikurangi.

Baru-baru ini Kalbe Farma melalui anak usahanya, Forsta Kalmedic Global, mencoba menghadirkan produk benang bedah produksi lokal. Alkes yang cukup banyak digunakan di dunia kesehatan itu akhirnya bisa dibuat di dalam negeri.

Menurut Presiden Direktur Kalbe Farma Vidjongtius, kebutuhan benang bedah di dalam negeri memang cukup besar. Namun, selama ini pasokan terhadap barang tersebut selalu dipenuhi dari impor. Alasan tersebut kemudian mendorong Vidjongtius untuk menciptakan produk serupa.

Baca juga: Kupas Tuntas Bedah Bariatrik, Prosedur Potong Lambung yang Dilakukan Melly Goeslaw

Proses pengembangan benang bedah bernama Elva dilakukan kurang lebih dua tahun. Durasi persiapan tersebut relatif singkat, tetapi soal kualitas tidak kalah saing dengan produk dari luar negeri.

Vidjongtius bercerita pihaknya mengirimkan sejumlah tim untuk menimba ilmu soal teknologi benang bedah di Korea Selatan. Sesudah transfer pengetahuan selesai, tim muda dari Kalbe kemudian kembali ke Indonesia dan mengembangkan produk benang bedahnya sendiri. Adapun tim Korea Selatan hanya bertindak sebagai supervisi untuk menjaga kualitas.

“Kami memproduksinya di dalam negeri dengan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) lebih dari 40 persen. Ini sudah jauh dari tingkat standar Kemenperin. Namun, ke depan TKDN akan ditingkatkan lagi menjadi 60 persen,” kata Vidjongtius dalam acara seminar Ketahanan Kesehatan Nasional, di Jakarta Timur, Kamis (16/3/2023).
 

Benang Bedah (Sumber gambar: Chelsea Venda/Hypeabis.id)

Benang Bedah (Sumber gambar: Chelsea Venda/Hypeabis.id)


Dengan produk barunya ini, Vidjongtius menargetkan bisa mengambil pasar benang bedah sebesar 20 persen dalam satu tahun ke depan. Ke depan, dirinya berharap bisa mengambil pangsa pasar hingga 50 persen sehingga produksi dalam negeri bisa mendominasi.

Saat ini, benang bedah Elva sudah mendapatkan beberapa sertifikasi penunjang, seperti sertifikat Cara Pembuatan Alat Kesehatan yang Baik (CPAKB), sertifikat ISO 13485, hingga sertifikat halal pin sudah terpenuhi.

Tidak hanya itu, benang bedah Elva juga sudah memeroleh sertifikat CE sehingga produknya telah sesuai standar Eropa. Dengan sederet sertifikitat tersebut, Vidjongtius juga menargetkan untuk ekspor benang bedah ke kawasan ASEAN hingga Eropa.
 

Dukungan Produksi Alkes Dalam Negeri

Sementara itu, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI sangat mendukung para produsen kesehatan menciptakan alat kesehatan di dalam negeri. Pihaknya berkomitmen untuk menciptakan regulasi penggunaan produk dalam negeri sehingga alkes lokal bisa lebih bersaing.

Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI, Dra. Lucia Rizka Andalucia mengatakan pihaknya juga mengupayakan agar fasilitas kesehatan yang menggunakan anggaran belanja negara dapat menggunakan alkes dan obat-obatan produksi dalam negeri.

“Kami berupaya dengan terus melakukan monitoring dan mengkaji penggunaannya, serta ada keputusan Menteri Kesehatan supaya menggunakan produksi dalam negeri,” tutur Lucia.

Kementerian Perindustrian RI juga secara proaktif mendorong pelaksanaan program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri. Staf Ahli Menteri, Kementerian Perindustrian RI, Andi Rizaldi mengatakan pihaknya telah melakukan berbagai strategi untuk terus mengembangkan industri alat kesehatan dalam negeri.

Mulai dengan menyederhanakan sistem dan proses perizinan, sistem data dan informasi terintegrasi industri alkes, penggunaan produk dalam negeri melalui e-catalogue, mendorong dan mengembangkan R&D alkes, hingga memfasilitasi pengembangan industri alkes.

Menurut Andi, industri farmasi nasional saat ini telah menguasai supply produk obat sekitar 89 persen secara volume. Kapasitas produksi yang masih idle sekitar 35 persen.

“Namun, sayangnya lebih dari 90 persen bahan baku obat (aktif dan penolong) yang digunakan oleh industri farmasi nasional masih diimpor. Beberapa obat yang masih perlu diimpor diantaranya obat-obat yang masih dalam masa paten, berbagai jenis produk biologi, dan obat-obat dengan bentuk dosis yang spesifik seperti aerosol inhaler, atau pen insulin,” paparnya.

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Gita Carla

SEBELUMNYA

Berikut Film Terlaris Dunia 2023

BERIKUTNYA

Kurangi Plastik, Yuk Isi Ulang Produk Pembersih Rumah di Refill Station

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: