Fenomena Sharenting, Ajang Refleksi & Aktualisasi Ibu Muda lewat Media Sosial
02 March 2023 |
07:41 WIB
Digitalisasi yang berkembang dengan masif membuat banyak orang tua muda berinteraksi dengan media sosial dalam mengasuh anak. Selain mendapatkan tip dan trik parenting, mereka juga kerap membagikan cerita tentang cara mengasuh anak di media sosial dengan berbagai tujuan.
Pendidik Anak Usia Dini di Rumah Main Cikal Lebak Bulus Ina Winangsih mengatakan ada dua alasan orang tua muda membagikan cerita cara mengasuh anak yang dilakukan melalui berbagai platform media sosial.
Pertama adalah rasa senang berbagi. Ina mengatakan pada dasarnya semua orang senang berbagi dengan orang yang dikenal. Media sosial menjadi sarana yang sangat cocok karena praktis dan bisa menjangkau kerabat yang sangat jauh.
“Terutama setelah melewati masa pandemi dimana orang-orang tidak dapat bertemu secara langsung, konten media sosial menjadi salah satu hal yang dapat digunakan untuk dapat saing berbagi dan mengikuti perkembangan,” katanya.
Baca juga: Bunda, Yuk Terapkan 4 Strategi Digital Parenting
Selain itu, proses penggunaan teknologi sebagai ruang atau sarana untuk membentuk peluang baru juga bisa menjadi salah satu alasan orang tua terdorong untuk membuat konten bersama anak. Mereka membagikan informasi mulai dari kegiatan anak, pola makan yang diterapkan oleh anak, cerita tentang memilih sekolah, dan sebagainya.
Kedua adalah bentuk aktualisasi diri. Dia menuturkan aktualisasi diri merupakan sebuah porses bagi orang tua untuk menjadi versi terbaik dirinya guna memberikan pengasuhan terbaik bagi anak walaupun seringkali menghadapi tantangan atau kesulitan dalam mengasuh.
Mereka biasanya akan berbagi cerita refleksi diri di media sosial di setiap perkembangan anak. Menurutnya, langkah ini merupakan alasan yang baik selama oraang tua tetap menjaga privasi sang buah hati.
Dia menambahkan aktivitas berbagi cerita cara mengasuh anak atau mengabadikan pengembangan diri sang buah hati di media sosial dikenal dengan sharenting. Istilah ini muncul di tengah pengasuhan pada era digitalisasi.
Menurutnya, sharenting berasal dari dua frasa, yakni share yang memiliki arti membagikan atau mencarikan. Kemudian, parenting yang berarti pengasuhan anak.
Dia melihat perkembangan anak di setiap fase secara optimal merupakan salah satu kebahagiaan bagi orang tua. Perasaan bahagia ini seringkali diungkapkan oleh orang tua dengan mengabadikan cerita dan potret anak di media sosial.
Untuk diketahui, terdapat empat pola asuh yang diterapkan oleh orang tua. Pertama, authorative, yakni pola asuh dengan membuat aturan dan bersikap tegas. Namun, orang tua memiliki sikap fleksibel, memberikan dukungan, dan melatih anak untuk mengatur dirinya sendiri.
Kedua, pola asuh authoritarian. Dalam pola ini, orang tua bertindak otoriter atau sangat mengontrol perilaku anak. Berbeda dengan authorative, ibu dan bapak tidak menjaga kehangatan hubungan dengan anak.
Ketiga adalah uninvolved, yakni orang tua cenderung pasif dan menjaga jarak dengan kehidupan anak. Namun, kebutuhan dasar anak seperti makan, minum, pendidikan, dan sebagainya tetap diperhatikan dan dipenuhi. Keempat, indulgent. Dalam pola ini orang tua sangat terlibat dengan kehidupan anak. Namun, cenderung tidak memberikan arahan yang jelas.
Dalam laman ncbi.nlm.nih.gov disebutkan ada banyak perbedaan di antara keluarga dalam mengasuh anak. Latar belakang budaya berdampak besar pada bagaimana keluarga itu ada dan cara anak-anak diasuh.
Baca juga: Bunda Terlalu Khawatir? Yuk Cari Tahu Cara Mencegah Hyperparenting
Beberapa faktor yang menentukan keragaman gaya pengasuhan di antara keluarga di Amerika Serikat seperti status sosial ekonomi, keluarga, ideologi budaya, etnis, spiritual, dan sebagainya. Setiap orang tua disebutkan memiliki pendekatan yang berbeda dalam cara berinteraksi dan membimbing anak-anak. Moral, prinsip, dan perilaku seorang anak pada umumnya dibentuk melalui ikatan ini.
Editor: Fajar Sidik
Pendidik Anak Usia Dini di Rumah Main Cikal Lebak Bulus Ina Winangsih mengatakan ada dua alasan orang tua muda membagikan cerita cara mengasuh anak yang dilakukan melalui berbagai platform media sosial.
Pertama adalah rasa senang berbagi. Ina mengatakan pada dasarnya semua orang senang berbagi dengan orang yang dikenal. Media sosial menjadi sarana yang sangat cocok karena praktis dan bisa menjangkau kerabat yang sangat jauh.
“Terutama setelah melewati masa pandemi dimana orang-orang tidak dapat bertemu secara langsung, konten media sosial menjadi salah satu hal yang dapat digunakan untuk dapat saing berbagi dan mengikuti perkembangan,” katanya.
Baca juga: Bunda, Yuk Terapkan 4 Strategi Digital Parenting
Selain itu, proses penggunaan teknologi sebagai ruang atau sarana untuk membentuk peluang baru juga bisa menjadi salah satu alasan orang tua terdorong untuk membuat konten bersama anak. Mereka membagikan informasi mulai dari kegiatan anak, pola makan yang diterapkan oleh anak, cerita tentang memilih sekolah, dan sebagainya.
Kedua adalah bentuk aktualisasi diri. Dia menuturkan aktualisasi diri merupakan sebuah porses bagi orang tua untuk menjadi versi terbaik dirinya guna memberikan pengasuhan terbaik bagi anak walaupun seringkali menghadapi tantangan atau kesulitan dalam mengasuh.
Mereka biasanya akan berbagi cerita refleksi diri di media sosial di setiap perkembangan anak. Menurutnya, langkah ini merupakan alasan yang baik selama oraang tua tetap menjaga privasi sang buah hati.
Dia menambahkan aktivitas berbagi cerita cara mengasuh anak atau mengabadikan pengembangan diri sang buah hati di media sosial dikenal dengan sharenting. Istilah ini muncul di tengah pengasuhan pada era digitalisasi.
Menurutnya, sharenting berasal dari dua frasa, yakni share yang memiliki arti membagikan atau mencarikan. Kemudian, parenting yang berarti pengasuhan anak.
Dia melihat perkembangan anak di setiap fase secara optimal merupakan salah satu kebahagiaan bagi orang tua. Perasaan bahagia ini seringkali diungkapkan oleh orang tua dengan mengabadikan cerita dan potret anak di media sosial.
Untuk diketahui, terdapat empat pola asuh yang diterapkan oleh orang tua. Pertama, authorative, yakni pola asuh dengan membuat aturan dan bersikap tegas. Namun, orang tua memiliki sikap fleksibel, memberikan dukungan, dan melatih anak untuk mengatur dirinya sendiri.
Kedua, pola asuh authoritarian. Dalam pola ini, orang tua bertindak otoriter atau sangat mengontrol perilaku anak. Berbeda dengan authorative, ibu dan bapak tidak menjaga kehangatan hubungan dengan anak.
Ketiga adalah uninvolved, yakni orang tua cenderung pasif dan menjaga jarak dengan kehidupan anak. Namun, kebutuhan dasar anak seperti makan, minum, pendidikan, dan sebagainya tetap diperhatikan dan dipenuhi. Keempat, indulgent. Dalam pola ini orang tua sangat terlibat dengan kehidupan anak. Namun, cenderung tidak memberikan arahan yang jelas.
Dalam laman ncbi.nlm.nih.gov disebutkan ada banyak perbedaan di antara keluarga dalam mengasuh anak. Latar belakang budaya berdampak besar pada bagaimana keluarga itu ada dan cara anak-anak diasuh.
Baca juga: Bunda Terlalu Khawatir? Yuk Cari Tahu Cara Mencegah Hyperparenting
Beberapa faktor yang menentukan keragaman gaya pengasuhan di antara keluarga di Amerika Serikat seperti status sosial ekonomi, keluarga, ideologi budaya, etnis, spiritual, dan sebagainya. Setiap orang tua disebutkan memiliki pendekatan yang berbeda dalam cara berinteraksi dan membimbing anak-anak. Moral, prinsip, dan perilaku seorang anak pada umumnya dibentuk melalui ikatan ini.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.