Brand Fesyen Pria Ini Garap Kategori Produk Kecantikan
02 March 2023 |
19:52 WIB
Peluang bisnis kecantikan di Indonesia memang sedang naik daun dan terus bertumbuh secara signifikan ya Genhype. Tak heran banyak pelaku usaha yang berlomba-lomba ingin mengambil ceruk pasar di kategori tersebut. Hal ini mendorong para pebisnis lokal juga menggarap produk itu.
Bahkan brand fesyen yang selama ini fokus pada busana pria, Cottonology pun mulai melakukan ekspansi produk kecantikan, khususnya perawatan kulit pada kuartal I/2023 ini. Adapun produk yang diluncurkan adalah body lotion dan sunscreen yang diperuntukkan bagi mereka yang sering terpapar sinar matahari dan radiasi udara.
Carolina Danella Laksono, CEO Cottonology menuturkan pertumbuhan positif tahun lalu membuat pihaknya lebih agresif melakukan ekspansi ke segmen yang lebih luas dengan variasi produk baru. Apalagi selama ini konsumen sudah mengasosiasikan brand lokal asal Bandung tersebut dengan busana pria.
Padahal, sambungnya, industri kecantikan di Indonesia masih memiliki pasar yang terbuka luas. Maka sebagai brand lokal, Cottonology ingin mengambil andil agar brand lokal bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri, apalagi secara kualitas produk buatan dalam negeri bukan saja tidak kalah dengan produk impor, bahkan bisa lebih unggul.
Apalagi jika dilihat dari sisi harga, brand lokal memiliki harga yang jauh lebih terjangkau karena bahan-bahan material yang digunakan berasal dari dalam negeri sehingga tidak terpengaruh ekonomi global.
Carolina mengatakan bahwa peluncuran kategori produk baru ini dilakukan menjelang peringatan Hari Perempuan Internasional (International Women’s Day) sekaligus untuk merayakan pencapaian sosial, ekonomi, budaya, dan politik perempuan.
Tahun ini, peringatan yang jatuh setiap tanggal 8 Maret tersebut mengambil tema Gender equality today for a sustainable tomorrow yang dipilih untuk menjawab tantangan dunia saat ini dan yang akan datang. Para perempuan diharapkan untuk bisa menjawab tantangan dunia.
“Salah satu tantangannya adalah pemberdayaan wanita, karena banyak wanita yang tidak diberi kesempatan dalam berkarir setara dengan kaum pria,” tuturnya.
Cottonology, sambungnya, telah banyak mempekerjakan wanita yang berasal dari lingkungan sekitar pabrik beroperasi, mulai dari ibu rumah tangga, pedagang kecil, mahasiswi, pembantu rumah tangga dan lainnya.
“Kami ingin membuka kesempatan seluas mungkin bagi perempuan untuk bisa mendapatkan penghasilan tambahan di luar pekerjaan pokok mereka,” ucapnya.
Lulusan University of California, Berkeley ini menambahkan, proses produksi fesyen dan body care ini dibantu oleh 100 persen tenaga kerja lokal dengan kesetaraan upah antara pekerja laki-laki dengan perempuan.
Di samping itu, perusahaan yang dibangun sejak 2017 ini pun juga membuka kesempatan berkarir yang terbuka bagi seluruh pegawainya tanpa memandang gender.
Baca juga: Cottonology Mengeluarkan Desain Pakaian Pokemon Seri Kedua
“Kami ingin, dalam skala lokal, Cottonology menjadi brand percontohan bagi UKM-UKM lain dalam menghargai pekerja wanita. Kita memang tidak bisa mempengaruhi kebijakan pemerintah, namun setidaknya kita bisa mulai dari lingkungan terdekat kita. Cottonology bukan sekedar brand, tapi juga aktivis sosial yang membawa perubahan bagi masyarakat sekitar.”
Editor: M R Purboyo
Bahkan brand fesyen yang selama ini fokus pada busana pria, Cottonology pun mulai melakukan ekspansi produk kecantikan, khususnya perawatan kulit pada kuartal I/2023 ini. Adapun produk yang diluncurkan adalah body lotion dan sunscreen yang diperuntukkan bagi mereka yang sering terpapar sinar matahari dan radiasi udara.
Carolina Danella Laksono, CEO Cottonology menuturkan pertumbuhan positif tahun lalu membuat pihaknya lebih agresif melakukan ekspansi ke segmen yang lebih luas dengan variasi produk baru. Apalagi selama ini konsumen sudah mengasosiasikan brand lokal asal Bandung tersebut dengan busana pria.
Carolina Danella Laksono (sumber foto Instagram)
Padahal, sambungnya, industri kecantikan di Indonesia masih memiliki pasar yang terbuka luas. Maka sebagai brand lokal, Cottonology ingin mengambil andil agar brand lokal bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri, apalagi secara kualitas produk buatan dalam negeri bukan saja tidak kalah dengan produk impor, bahkan bisa lebih unggul.
Apalagi jika dilihat dari sisi harga, brand lokal memiliki harga yang jauh lebih terjangkau karena bahan-bahan material yang digunakan berasal dari dalam negeri sehingga tidak terpengaruh ekonomi global.
Carolina mengatakan bahwa peluncuran kategori produk baru ini dilakukan menjelang peringatan Hari Perempuan Internasional (International Women’s Day) sekaligus untuk merayakan pencapaian sosial, ekonomi, budaya, dan politik perempuan.
Tahun ini, peringatan yang jatuh setiap tanggal 8 Maret tersebut mengambil tema Gender equality today for a sustainable tomorrow yang dipilih untuk menjawab tantangan dunia saat ini dan yang akan datang. Para perempuan diharapkan untuk bisa menjawab tantangan dunia.
“Salah satu tantangannya adalah pemberdayaan wanita, karena banyak wanita yang tidak diberi kesempatan dalam berkarir setara dengan kaum pria,” tuturnya.
Cottonology, sambungnya, telah banyak mempekerjakan wanita yang berasal dari lingkungan sekitar pabrik beroperasi, mulai dari ibu rumah tangga, pedagang kecil, mahasiswi, pembantu rumah tangga dan lainnya.
“Kami ingin membuka kesempatan seluas mungkin bagi perempuan untuk bisa mendapatkan penghasilan tambahan di luar pekerjaan pokok mereka,” ucapnya.
Lulusan University of California, Berkeley ini menambahkan, proses produksi fesyen dan body care ini dibantu oleh 100 persen tenaga kerja lokal dengan kesetaraan upah antara pekerja laki-laki dengan perempuan.
Di samping itu, perusahaan yang dibangun sejak 2017 ini pun juga membuka kesempatan berkarir yang terbuka bagi seluruh pegawainya tanpa memandang gender.
Baca juga: Cottonology Mengeluarkan Desain Pakaian Pokemon Seri Kedua
“Kami ingin, dalam skala lokal, Cottonology menjadi brand percontohan bagi UKM-UKM lain dalam menghargai pekerja wanita. Kita memang tidak bisa mempengaruhi kebijakan pemerintah, namun setidaknya kita bisa mulai dari lingkungan terdekat kita. Cottonology bukan sekedar brand, tapi juga aktivis sosial yang membawa perubahan bagi masyarakat sekitar.”
Editor: M R Purboyo
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.