Ilustrasi orang yang dikendalikan. (Sumber gambar : Freepik)

Pacar Dandy Dituding Playing Victim, Simak Tanda & Cara Mengatasinya Menurut Psikolog

28 February 2023   |   15:03 WIB
Image
Desyinta Nuraini Jurnalis Hypeabis.id

Kasus penganiayaan yang dilakukan Mario Dandy Satryo, anak pejabat Direktorat Jenderal Pajak menuai sorotan dalam sepekan terakhir. Selain aksi pemukulan terhadap korban, Critalino David Ozora yang berujung koma, sosok sang pacar, AG turut menyita perhatian.

Kasus tersebut dipicu atas aduan AG kepada Dandy bahwa dia menerima perlakuan tidak menyenangkan dari David. Adapun, David merupakan mantan pacar AG. 

Baca juga: 5 Cara Mengatasi Hubungan yang Mulai Renggang, Kelola Emosi hingga Introspeksi Diri

Sosok AG yang saat ini masih berstatus saksi belum juga muncul ke publik selepas penyerangan yang berujung Dandy ditahan, dan David koma. Namun, nama remaja berusia 15 tahun tersebut ramai disebut-sebut di media sosial. Bahkan, beberapa warganet membuat daftar dampak dari aduan AG.

Tidak sedikit pula akun-akun yang mengaku kenal dengan sosok AG muncul. Beberapa warganet pun menyebutnya sebagai sosok yang melakukan playing victim.


Apa itu playing victim?

Psikolog Lusiana Bintang Siregar mengatakan bahwa motif playing victim sama dengan menghindar. “Jadi seorang terbiasa menghindari resiko atau konsekuensi, sehingga dia coba seolah jadi korban agar tehindar dri tanggung jawab atau konsekuensi,” ujarnya kepada Hypeabis.id, Selasa (28/2/2023).

Jika merujuk pada kasus penganiayaan di atas, menurutnya, playing victim bisa terjadi karena ada kekecewaan dengan pasangan. Dengan demikian, begitu ada kesempatan, orang tersebut menjebak pasangannya.

Sementara itu, ada beberapa tanda atau ciri orang yang berperilaku playing victim. Lusiana menyebut biasanya mereka selalu berpikir negatif, tidak suka diberi saran, merasa selalu tidak bahagia, merasa diri selalu salah. Kemudian selalu menghindar, ddalam suatu masalah tidak terbiasa mencari solusi tetapi malah menyalahkan orang lain.

Sikap ini tentu merugikan bukan hanya terhadap korban tetapi juga pelaku. Selain menimbulkan fitnah terhadap orang lain, pelaku pada akhirnya sulit mendapatkan teman, lama kelamaan merasa sendiri, dan merusak hubungan diri dan orang lain. “Lebih jauh bisa membahayakan orang lain karena masalah yang dibuatnya,” tegas Lusiana.

Sifat playing victim tidak lepas dari peran kedua orang tua atau contoh yang diberikan. “Bisa juga kebiasaan parenting yang membenarkan anak menghindari taggung jawabnya,” imbuhnya.


Bagaimana cara mengatasi orang yang terbiasa melakukan playing victim?

Menurut Lusiana, sebenarnya harus dicegah sejak usia dini sampai remaja, sebab jikalau  dewasa akan lebih sulit mengubah. Namun, ada beberapa langkah yang bisa dicoba. Diawali dari parenting dari orang tua, pengasuh, dan lingkungan. Berikan pelaku contoh bertanggung jawab. 

Ketika ada masalah, biarkan anak dahulu yang menyelesaikan, sementara orang tua selalu mendampingi bila anak mengalami kesulitan. Ajaklah anak berdiskusi dalam banyak hal, biarkan dia sesekali menerima hukuman alias konsekuensi atas kesalahannya. “Sambil diajarkan contoh yang benar agar tidak terulang kembali,” tuturnya. 

Langkah berikutnya, sadarkan anak, remaja maupun orang dewasa tentang fakta risiko playing victim. Fakta bahwa ketika dia menyalahkan orang atas perbuatan salah dirinya, maka bisa menimbulkan masalah lain, bahkan membahayakan bagi diri dan orang lain.

Baca juga: Tingkat Kesepian Meningkat: Apakah Jasa Sleep Call Merupakan Solusi Tepat?

Editor: Dika Irawan

SEBELUMNYA

Fakta-Fakta Seputar SatuSehat Mobile, Aplikasi 'Pengganti' PeduliLindungi

BERIKUTNYA

Siapa Marcin Oleksy? Pesepakbola Amputasi Peraih FIFA Puskas Award 2022

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: