Kemendikbudristek Fasilitasi Komunitas Film Gelar Bioskop Alternatif Lewat Dana Indonesiana
23 February 2023 |
10:11 WIB
Antusiasme masyarakat untuk menyaksikan sinema lokal kian tinggi. Melihat peluang itu, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) pun memberikan fasilitas Sinema Makro Dana Indonesiana kepada 39 komunitas film pada 2022.
Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbud Ristek, Hilmar Farid mengatakan, fasilitas itu untuk meningkatkan literasi film di Indonesia. Adapun,dari 39 komunitas film itu, beberapa di antaranya telah memanfaatkan bantuan tersebut dengan menggelar pemutaran film di daerah-daerah yang belum memiliki gedung bioskop.
Baca juga: Jakarta Jadi Pusat Pariwisata & Kreatif, Begini Aktivitas & Keunikannya
“Fasilitasi ini tidak hanya digunakan sebagai ruang bioskop alternatif namun lebih menjadi dukungan kepada komunitas dalam rangka meningkatkan jumlah ruang-ruang pertemuan kebudayaan berbasis audio-visual,” ujar Hilmar Farid dalam siaran tertulis, Kamis,(23/2/23).
Hilmar menjelaskan, Dana Indonesiana atau dana abadi kebudayaan diberikan pemerintah untuk membantu para budayawan berkembang dan meraih prestasi serta menyalurkan ekspresi. Sejak beberapa tahun belakangan secara bertahap dana tersebut mulai dapat digunakan oleh para budayawan yang sangat besar manfaatnya.
"Dana ini menjadi bukti bahwa negara hadir dan bergerak bersama masyarakat untuk menjadi wadah penyedian ruang keragaman ekspresi. Selain itu, dana abadi juga jadi upaya untuk mendorong interaksi budaya dan inisiatif-inisiatif baru dalam upaya pemajuan kebudayaan Indonesia sesuai UU No. 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan," jelas Hilmar.
Adapun, salah satu penerima bantuan program Sinema Mikro Dana Indonesiana adalah Komunitas Kembang Gula. Komunitas ini memiliki program berupa layar tancap keliling di sembilan titik setiap bulannya yang diberi nama Srawung Sinema.
Srawung Sinema merupakan program pemutaran reguler Kembang Gula yang diharapkan dapat mempertemukan filmmaker dengan warga sekitar melalui pemutaran film atau layar tancap dan diskusi. Sejak menerima bantuan, komunitas ini tercatat sudah tiga kali melakukan pemutaran film sejak 2022 hingga awal 2023.
Srawung yang berarti berinteraksi merupakan upaya untuk membuka ruang menonton dan membahas film-film alternatif dengan cara-cara yang kreatif dan tak terbatas, menggunakan pendekatan wacana atau narasi yang dekat dengan persoalan warga sekitar Kota Solo.
“Selama pemutaran berlangsung warga selalu antusias dan memberi respon positif, mereka menyambut baik dan merasa terhibur dengan adanya layar tancap,” kata Fanny Chotimah dari Kembang Gula.
Komunitas lainnya adalah Komunitas Gemulun Indonesia di Jambi yang telah melakukan pemutaran film sebanyak dua kali dari enam kali pemutaran yang direncanakan. Adapun, pemutaran pertama dan kedua dilakukan pada 4 dan 7 Februari 2023 di Taman Tapa Malenggang, danSMKN PP Pemayung, Jambi.
Sean Popo Hardi dari Komunitas Gemulun mengatakan animo masyarakat untuk hadir dan menonton film ini sangat besar. Dia mengutarakan masyarakat terlihat antusias dan menikmati pemutaran yang dilakukan. Hal ini dilihat dari jumlah yang hadir nyaris menyentuh angka ribuan orang.
“Bagi masyarakat, kegiatan seperti ini dapat menjadikan sarana hiburan sekaligus edukasi bagi mereka khususnya generasi muda yang hadir pada saat pemutaran film,” kata Sean Popo Hardi dari Komunitas Gemulun.
Sean Popo berharap kegiatan ini berdampak positif bagi masyarakat dalam menunjang peningkatan pengetahuan lokal dan aspek inovasi bagi generasi muda melalui karya film. “Dengan adanya bantuan dan hibah dari pemerintah membuat geliat film pendek produksi komunitas-komunitas film di daerah menjadi semakin meningkat yang tentu saja diharapkan dapat membuat Film Indonesia semakin dihargai di rumahnya sendiri,” harapnya.
Dana Indonesiana 2023 direncanakan akan dibuka kembali pada pertengahan Maret 2023, untuk informasi lebih lanjut dapat mengakses secara berkala danaindonesiana.kemdikbud.go.id dan media sosial Ditjen Kebudayaan @budayasaya.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbud Ristek, Hilmar Farid mengatakan, fasilitas itu untuk meningkatkan literasi film di Indonesia. Adapun,dari 39 komunitas film itu, beberapa di antaranya telah memanfaatkan bantuan tersebut dengan menggelar pemutaran film di daerah-daerah yang belum memiliki gedung bioskop.
Baca juga: Jakarta Jadi Pusat Pariwisata & Kreatif, Begini Aktivitas & Keunikannya
“Fasilitasi ini tidak hanya digunakan sebagai ruang bioskop alternatif namun lebih menjadi dukungan kepada komunitas dalam rangka meningkatkan jumlah ruang-ruang pertemuan kebudayaan berbasis audio-visual,” ujar Hilmar Farid dalam siaran tertulis, Kamis,(23/2/23).
Hilmar menjelaskan, Dana Indonesiana atau dana abadi kebudayaan diberikan pemerintah untuk membantu para budayawan berkembang dan meraih prestasi serta menyalurkan ekspresi. Sejak beberapa tahun belakangan secara bertahap dana tersebut mulai dapat digunakan oleh para budayawan yang sangat besar manfaatnya.
"Dana ini menjadi bukti bahwa negara hadir dan bergerak bersama masyarakat untuk menjadi wadah penyedian ruang keragaman ekspresi. Selain itu, dana abadi juga jadi upaya untuk mendorong interaksi budaya dan inisiatif-inisiatif baru dalam upaya pemajuan kebudayaan Indonesia sesuai UU No. 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan," jelas Hilmar.
Adapun, salah satu penerima bantuan program Sinema Mikro Dana Indonesiana adalah Komunitas Kembang Gula. Komunitas ini memiliki program berupa layar tancap keliling di sembilan titik setiap bulannya yang diberi nama Srawung Sinema.
Srawung Sinema merupakan program pemutaran reguler Kembang Gula yang diharapkan dapat mempertemukan filmmaker dengan warga sekitar melalui pemutaran film atau layar tancap dan diskusi. Sejak menerima bantuan, komunitas ini tercatat sudah tiga kali melakukan pemutaran film sejak 2022 hingga awal 2023.
Srawung yang berarti berinteraksi merupakan upaya untuk membuka ruang menonton dan membahas film-film alternatif dengan cara-cara yang kreatif dan tak terbatas, menggunakan pendekatan wacana atau narasi yang dekat dengan persoalan warga sekitar Kota Solo.
“Selama pemutaran berlangsung warga selalu antusias dan memberi respon positif, mereka menyambut baik dan merasa terhibur dengan adanya layar tancap,” kata Fanny Chotimah dari Kembang Gula.
Komunitas lainnya adalah Komunitas Gemulun Indonesia di Jambi yang telah melakukan pemutaran film sebanyak dua kali dari enam kali pemutaran yang direncanakan. Adapun, pemutaran pertama dan kedua dilakukan pada 4 dan 7 Februari 2023 di Taman Tapa Malenggang, danSMKN PP Pemayung, Jambi.
Sean Popo Hardi dari Komunitas Gemulun mengatakan animo masyarakat untuk hadir dan menonton film ini sangat besar. Dia mengutarakan masyarakat terlihat antusias dan menikmati pemutaran yang dilakukan. Hal ini dilihat dari jumlah yang hadir nyaris menyentuh angka ribuan orang.
“Bagi masyarakat, kegiatan seperti ini dapat menjadikan sarana hiburan sekaligus edukasi bagi mereka khususnya generasi muda yang hadir pada saat pemutaran film,” kata Sean Popo Hardi dari Komunitas Gemulun.
Sean Popo berharap kegiatan ini berdampak positif bagi masyarakat dalam menunjang peningkatan pengetahuan lokal dan aspek inovasi bagi generasi muda melalui karya film. “Dengan adanya bantuan dan hibah dari pemerintah membuat geliat film pendek produksi komunitas-komunitas film di daerah menjadi semakin meningkat yang tentu saja diharapkan dapat membuat Film Indonesia semakin dihargai di rumahnya sendiri,” harapnya.
Dana Indonesiana 2023 direncanakan akan dibuka kembali pada pertengahan Maret 2023, untuk informasi lebih lanjut dapat mengakses secara berkala danaindonesiana.kemdikbud.go.id dan media sosial Ditjen Kebudayaan @budayasaya.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.