Snack buah kering (Sumber gambar: Freepik)

Snack Buah Kering Lagi Viral, Ahli Gizi Ingatkan Risiko Kesehatan Ini

18 February 2023   |   15:11 WIB
Image
Chelsea Venda Jurnalis Hypeabis.id

Buah kering atau dried fruit belakangan lagi naik daun. Rasanya yang enak dan harga yang cenderung ramah di kantong membuat camilan ini digemari banyak orang. Terlebih, jajanan yang diklaim menyehatkan dan cocok bagi yang sedang menjalankan program diet ini juga lagi viral di TikTok.

Meski baru viral belakangan ini, snack buah kering sebenarnya bukan hal baru. Buah kering sudah ada sejak dahulu dan sering menjadi taburan di oatmeal. Namun, baru-baru ini buah kering lebih sering dikonsumsi sebagai camilan biasa.

Baca juga: 4 Alasan Rutin Konsumsi Buah Naga untuk Kulit Lebih Cantik dan Sehat

Snack buah kering berasal dari buah segar yang telah dihilangkan kandungan air di dalamnya melalui metode pengeringan. Proses ini akan membuat buah menjadi menyusut dan kering. Meski bentuknya lebih kecil dari buah aslinya, camilan yang lagi viral tersebut konon lebih padat energi.

Seiring dengan viralnya makanan tersebut, perdebatan soal kandungan nutrisi dari buah kering makin sering terjadi. Ada yang menganggap bahwa camilan ini sehat, tetapi yang lain berpendapat buah kering tidak lebih baik dari sekadar permen.
 

Manfaat dan Risiko Kesehatan Buah Kering

Buah kering memiliki keunggulan karena lebih awet daripada buah segar, seperti dikutip dari Healthline. Oleh karena itu, camilan ini cocok menjadi makanan praktis yang bisa membantu memenuhi kebutuhan vitamin harian.

Sepotong buah kering memiliki kandungan nutrisi yang hampir sama dengan buah segar. Buah kering juga masih memiliki serat dan mineral yang ideal sama seperti buah aslinya. Satu porsinya bisa memberikan asupan vitamin dan mineral dengan persentase yang besar.

Buah kering juga memiliki sumber antioksidan yang baik, seperti polifenol. Kandungan ini bisa meningkatkan aliran darah, menyehatkan pencernaan, hingga menurunkan risiko kerusakan oksidatif.
 

Sumber gambar: Freepik)

Sumber gambar: Freepik)

Kendati demikian, ada beberapa pengecualian. Sejumlah vitamin tertentu justru berkurang saat buah dikeringkan. Misalnya, jumlah kandungan vitamin C yang turun signifikan setelah buah dikeringkan. Sebaliknya, jumlah kalori pada buah kering malah cenderung naik sehingga perlu diwaspadai.

Ahli Gizi Tan Shot Yen mengatakan bahwa pengeringan buah membuat jumlah kalori pada camilan tersebut meningkat tajam. Dia mencontohkan buah pisang segar dengan berat 100 gram hanya memiliki 89 kalori. Namun, setelah buah pisang tersebut dikeringkan, jumlahnya meningkat menjadi 520 kalori.

Di sisi lain, buah kering yang dijual bebas sering kali menambahkan gula tambahan. Hal itu membuat buah kering memiliki kandungan kalori dan gula yang tinggi.

“Proses pengeringan berpengaruh pada meningkatnya kalori pada buah. Dalam proses pengeringan, kadar air dihilangkan sehingga terjadi konsentrasi pati dan gula,” ungkap dokter Tan kepada Hypeabis.id.

Jadi, dengan berat yang sama, buah kering berisiko meningkatkan kadar gula darah dan asupan kalori berlebihan. Dia pun menyarankan masyarakat agar tidak berlebihan saat mengonsumsi buah kering.

Menurut Tan, buah segar masih jauh lebih menyehatkan dibanding buah kering. Dibanding memenuhi kebutuhan vitamin harian dengan buah kering, dirinya lebih menyarankan mengonsumsi buah dalam bentuk yang masih segar.

Sebab, meski beberapa vitamin masih ada di buah kering, tetap saja buah segar memiliki kandungan yang lebih banyak dan lengkap. Konsumsi buah dengan kondisi yang masih segar juga menghindari seseorang memakan bahan tambahan yang tidak perlu.

Misalnya, dalam proses pengemasan, bahan sulfur dioksida sering ditambahkan di dalam buah kering. Fungsi bahan tersebut untuk mencegah buah berubah warna dan menjadi lebih tahan lama.

Jika dalam takaran yang pas, sulfur dioksida tidak akan terlalu berbahaya. Maksimal penggunaannya ialah 10 miligram per kilogram atau per liter untuk produk jadi. Jika lebih dari itu, sulfur dioksida bisa menimbulkan efek tertentu bagi kesehatan.

“Akan tetapi, pada orang-orang tertentu, sulfur dioksida bisa memicu asma walau dalam konsentrasi yang sangat kecil. Jadi, mesti lebih berhati-hati,” imbuh Tan.

Baca juga: 7 Tips Memilih Buah Naga yang Manis & Segar

Editor: Dika Irawan

SEBELUMNYA

Tiket KA Lebaran 2023 Sudah Bisa Dipesan, Cek Ketentuannya

BERIKUTNYA

Cara Menghapus Akun TikTok Sementara dan Permanen, Ikuti Langkah-langkahnya

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: