Yakin camilan Sehat Benar-Benar Menyehatkan? Cek Dulu Faktanya
02 August 2021 |
13:07 WIB
Tak dapat dipungkiri jika menghentikan kebiasaan mencamil atau mengudap bukan perkara mudah. Terlebih dalam kondisi seperti saat ini, ketika semuanya terpaksa dilakukan dari dalam rumah, tak terkecuali bekerja. Hasrat mencamil makin sulit dikendalikan.
Bahkan sebagian orang mengaku sulit berkonsentrasi saat bekerja di rumah tanpa ditemani camilan, karena terus-terusan merasa lapar. Alhasil, dalam waktu kurang dari satu bulan berat badan melonjak.
Mungkin sebagian dari kita ada yang mencoba mengatasi permasalahan tersebut dengan membeli camilan sehat yang diklaim rendah kalori. Camilan tersebut biasanya dibuat dari kombinasi sereal dan biji-bijian tertentu.
Lantas, apakah camilan sehat yang harganya sudah barang tentu lebih mahal dibandingkan camilan pada umumnya itu layak jadi teman kerja Anda di rumah?
Faktanya, jika diakumulasi kalori yang dikonsumsi lewat camilan tersebut tak jauh berbeda dengan camilan yang selama ini dianggap tidak sehat lantaran berkalori tinggi dan kadar nutrisinya rendah.
Ahli gizi dr. Tan Shot Yen memberikan contoh, kalori yang dari salad salmon dan quinoa yang dianggap sebagai camilan sehat tak ada bedanya dengan satu loyang piza.
Siapa sangka jika jumlah kalori salad salmon dan quinoa yang terlihat sehat sebesar 900 kalori. Demikian halnya dengan camilan dari kombinasi sereal dan biji-bijian yang biasanya ditemani secangkir kopi.
Terlihat lebih sehat karena kalorinya diklaim rendah. Namun faktanya, jika diakumulasi kalori yang dikonsumsi selama sepekan dari camilan tersebut sebesar 5.054 kalori. Lebih besar dibandingkan dengan kalori dari 16,5 burger keju dari restoran cepat saji sebesar 4.966 kalori.
"Yang kelihatannya sehat jika tidak paham isi sebenarnya urusan bisa ngeri," katanya.
Jika demikian bagaimana solusinya? Apakah ada cara yang bisa dilakukan untuk menghentikan rasa lapar atau setidaknya mengerem hasrat untuk mencamil?
Tan menjelaskan upaya yang dapat dilakukan agar tidak terus menerus merasa lapar adalah menambah asupan serat saat makan besar di pagi, siang, dan malam hari. Selain itu, konsumsi makanan dengan kadar gula tinggi dan makanan ultra proses juga harus dihentikan.
"Masalah orang kebanyakan tidak cukup sayur dan buah. Enggak ada serat. Makanan tinggi [gula] rafinasi atau industri. Makanya [jadi] lekas lapar. Untuk karbohidrat yang berserat itu sehat ya," ungkapnya.
Adapun, untuk makanan ultra proses yang dimaksud adalah makanan dengan tambahan bahan tertentu atau food addivites seperti gula rafinasi, garam, lemak, perisa, penguat rasa, dan sebagainya.
Biasanya makanan tersebut adalah makanan praktis yang disukai lidah. Selain itu, makanan ultra proses juga ada yang dibuat dari bahan kimia dan dibuat agar bisa menyerupai bahan aslinya.
Lebih lanjut,Tan mengatakan alih-alih mengurangi konsumsi secara perlahan, alangkah lebih baik jika konsumsi makanan tidak sehat itu benar-benar dihentikan.
"Pelan-pelan tidak membuat orang berhenti sama sekali. Sama seperti pelan-pelan kurangi rokok. Berhenti? Tidak. Tetapi jika dokter sudah bilang kanker paru? Nah [berhenti]," tegasnya.
Editor: Dika Irawan
Bahkan sebagian orang mengaku sulit berkonsentrasi saat bekerja di rumah tanpa ditemani camilan, karena terus-terusan merasa lapar. Alhasil, dalam waktu kurang dari satu bulan berat badan melonjak.
Mungkin sebagian dari kita ada yang mencoba mengatasi permasalahan tersebut dengan membeli camilan sehat yang diklaim rendah kalori. Camilan tersebut biasanya dibuat dari kombinasi sereal dan biji-bijian tertentu.
Lantas, apakah camilan sehat yang harganya sudah barang tentu lebih mahal dibandingkan camilan pada umumnya itu layak jadi teman kerja Anda di rumah?
Faktanya, jika diakumulasi kalori yang dikonsumsi lewat camilan tersebut tak jauh berbeda dengan camilan yang selama ini dianggap tidak sehat lantaran berkalori tinggi dan kadar nutrisinya rendah.
Ahli gizi dr. Tan Shot Yen memberikan contoh, kalori yang dari salad salmon dan quinoa yang dianggap sebagai camilan sehat tak ada bedanya dengan satu loyang piza.
Siapa sangka jika jumlah kalori salad salmon dan quinoa yang terlihat sehat sebesar 900 kalori. Demikian halnya dengan camilan dari kombinasi sereal dan biji-bijian yang biasanya ditemani secangkir kopi.
Terlihat lebih sehat karena kalorinya diklaim rendah. Namun faktanya, jika diakumulasi kalori yang dikonsumsi selama sepekan dari camilan tersebut sebesar 5.054 kalori. Lebih besar dibandingkan dengan kalori dari 16,5 burger keju dari restoran cepat saji sebesar 4.966 kalori.
"Yang kelihatannya sehat jika tidak paham isi sebenarnya urusan bisa ngeri," katanya.
Jika demikian bagaimana solusinya? Apakah ada cara yang bisa dilakukan untuk menghentikan rasa lapar atau setidaknya mengerem hasrat untuk mencamil?
Tan menjelaskan upaya yang dapat dilakukan agar tidak terus menerus merasa lapar adalah menambah asupan serat saat makan besar di pagi, siang, dan malam hari. Selain itu, konsumsi makanan dengan kadar gula tinggi dan makanan ultra proses juga harus dihentikan.
"Masalah orang kebanyakan tidak cukup sayur dan buah. Enggak ada serat. Makanan tinggi [gula] rafinasi atau industri. Makanya [jadi] lekas lapar. Untuk karbohidrat yang berserat itu sehat ya," ungkapnya.
Adapun, untuk makanan ultra proses yang dimaksud adalah makanan dengan tambahan bahan tertentu atau food addivites seperti gula rafinasi, garam, lemak, perisa, penguat rasa, dan sebagainya.
Biasanya makanan tersebut adalah makanan praktis yang disukai lidah. Selain itu, makanan ultra proses juga ada yang dibuat dari bahan kimia dan dibuat agar bisa menyerupai bahan aslinya.
Lebih lanjut,Tan mengatakan alih-alih mengurangi konsumsi secara perlahan, alangkah lebih baik jika konsumsi makanan tidak sehat itu benar-benar dihentikan.
"Pelan-pelan tidak membuat orang berhenti sama sekali. Sama seperti pelan-pelan kurangi rokok. Berhenti? Tidak. Tetapi jika dokter sudah bilang kanker paru? Nah [berhenti]," tegasnya.
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.