Festival Sinema Australia Indonesia 2023 Sajikan 7 Film Pilihan Kelas Internasional
16 February 2023 |
21:30 WIB
Australia tengah getol memajukan industri kreatifnya terutama dalam bidang perfilman. Setelah 2 tahun terselenggara secara virtual, kini Festival Sinema Australia Indonesia (FSAI) 2023 siap tayang di layar bioskop di 7 kota yaitu Jakarta, Surabaya, Makassar, Mataram, Yogyakarrta, Bandung, dan Tangerang Selatan.
Digelarnya FSAi 2023 ini merupakan wujud dari perhatian lebih pemerintah Australia dengan film-filmnya. Duta Besar Australia untuk Indonesia, Penny Williams menyatakan bahwa film-film Australia jarang rilis di Indonesia. Padahal, Australia memiliki potensi besar dalam teknologi industri kreatif perfilman didukung dengan keindahan alamnya.
“Film menjadi salah satu sektor Australia yang p[enting. Kami punya 3.000 industri kreatif di Australia yang ikut menggarap produksi internasional. Mungkin beberapa film yang Anda tonton tidak Anda sadari digarap di Australia, misalnya Sang-chi and the Legend of the Ten Rings atau Godzilla vs Kong, dan beberapa film marvel lainnya,” terang Penny Williams dalam Konferensi Pers FSAI 2023 di CGV Grand Indonesia, 16 Februari 2023.
FSAI 2023 akan digelar mulai 24 Februari hingga 18 Maret 2023 di bioskop Indonesia secara gratis dengan mendaftar. Tahun ini, FSAI menampilkan total 7 film yang terdiri atas lima film produksi Australia, dan dua film karya sutradara Indonesia yang menjalani studi perfilman di Australia yakni Mira Lesmana. Mira Lesmana membawakan dua film drama dalam FSAI 2023 yakni Paranoia dan Humba Dreamns.
Sementara itu lima film Australia lainnya yaitu Penguin Bloom, Moon Rock for Monday, The Drover’s Wife: The Legend of Molly Johnson, Peter Rabbit 2: The Runway, dan yang terakhir adalah film pemenang pernghargaan Toronto International Film Festival 2022 untuk kategori NETPAC Award yang disutradari oleh Jub Clerc, yang menceritakan tentang kehidupan remaja dalam menemukan jati diri mereka dibungkus dengan cerita persahabatan.
Baca juga: Bikin Bangga! 7 Film Indonesia Tayang di Festival Film Internasional Rotterdam
Ada alasan khusus mengapa tujuh film itu yang dipilih oleh FSAI. Penny Williams menjelaskan, film-film yang dibawa tidak menunjuk pada satu genre atau tema, sehingga siapa saja bisa menikmati filmnya dengan gratis.
“Kami cari yang ceritanya bisa menyentuh semua kalangan, jadi ada genre drama, ada cerita untuk anak, cerita remjaa, dan lain-lain. Dan juga kita tidak memfokuskan untuk membawa kisah tentang Australia, kami sugguhkan film dengan alur cerita internasional menggunakan visulaisasi dari teknologi produksi sinema Australia,” ungkap Penny.
Acara yang mempertontonkan film-film dari dua negara ini disambut baik oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno. Dia memaparkan data, jika industri kreatif perfilman sedang jaya belakangan ini. Hal itu dibuktikan dengan lebih dari 44 juta orang menonton film di seluruh Indonesia sepanjang 2022 dari 15 data penonton film teratas.
Hal tersebut dinilai menjadi kesempatan belajar bagi Indonesia dengan kecanggihan teknologi sinema Australia. “Sub sektor film pesat dengan adanya over the top [OTT], jadi film semakin mudah dikonsumsi. Kita juga punya target 4,4 juta lapangan kerja di 2024, dan di sektor ekonomi krwatif banyak ditopang oleh film. Karena setiap produksi film itu bisa melibatkan 200—300 tenaga kerja. Tentu kita ingin belajar dengan FSAI ini bagaimana Austalia mengembangkan dunia sinematik mereka hingga disorot internasional,” jelas Sandiaga Uno.
FSAI sudah digelar hingga 8 kali di Indonesia. Hal itu turut menandai satu windu kerja sama industri kreatif Indonesia dan Australia dalam bisang perfilaman. Sandiaga Uno berharap FSAI bisa menjadi langkah strategis untuk bertukar edukasi mengenai perfilman.
(Ikuti terus laporan Hypeabis.id di Google News)
Editor: Roni Yunianto
Digelarnya FSAi 2023 ini merupakan wujud dari perhatian lebih pemerintah Australia dengan film-filmnya. Duta Besar Australia untuk Indonesia, Penny Williams menyatakan bahwa film-film Australia jarang rilis di Indonesia. Padahal, Australia memiliki potensi besar dalam teknologi industri kreatif perfilman didukung dengan keindahan alamnya.
“Film menjadi salah satu sektor Australia yang p[enting. Kami punya 3.000 industri kreatif di Australia yang ikut menggarap produksi internasional. Mungkin beberapa film yang Anda tonton tidak Anda sadari digarap di Australia, misalnya Sang-chi and the Legend of the Ten Rings atau Godzilla vs Kong, dan beberapa film marvel lainnya,” terang Penny Williams dalam Konferensi Pers FSAI 2023 di CGV Grand Indonesia, 16 Februari 2023.
FSAI 2023 akan digelar mulai 24 Februari hingga 18 Maret 2023 di bioskop Indonesia secara gratis dengan mendaftar. Tahun ini, FSAI menampilkan total 7 film yang terdiri atas lima film produksi Australia, dan dua film karya sutradara Indonesia yang menjalani studi perfilman di Australia yakni Mira Lesmana. Mira Lesmana membawakan dua film drama dalam FSAI 2023 yakni Paranoia dan Humba Dreamns.
Sementara itu lima film Australia lainnya yaitu Penguin Bloom, Moon Rock for Monday, The Drover’s Wife: The Legend of Molly Johnson, Peter Rabbit 2: The Runway, dan yang terakhir adalah film pemenang pernghargaan Toronto International Film Festival 2022 untuk kategori NETPAC Award yang disutradari oleh Jub Clerc, yang menceritakan tentang kehidupan remaja dalam menemukan jati diri mereka dibungkus dengan cerita persahabatan.
Baca juga: Bikin Bangga! 7 Film Indonesia Tayang di Festival Film Internasional Rotterdam
Ada alasan khusus mengapa tujuh film itu yang dipilih oleh FSAI. Penny Williams menjelaskan, film-film yang dibawa tidak menunjuk pada satu genre atau tema, sehingga siapa saja bisa menikmati filmnya dengan gratis.
“Kami cari yang ceritanya bisa menyentuh semua kalangan, jadi ada genre drama, ada cerita untuk anak, cerita remjaa, dan lain-lain. Dan juga kita tidak memfokuskan untuk membawa kisah tentang Australia, kami sugguhkan film dengan alur cerita internasional menggunakan visulaisasi dari teknologi produksi sinema Australia,” ungkap Penny.
Acara yang mempertontonkan film-film dari dua negara ini disambut baik oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno. Dia memaparkan data, jika industri kreatif perfilman sedang jaya belakangan ini. Hal itu dibuktikan dengan lebih dari 44 juta orang menonton film di seluruh Indonesia sepanjang 2022 dari 15 data penonton film teratas.
Sandiaga Uno (Sumber gambar: Indah Permata Hati/Hypeabis.id)
Hal tersebut dinilai menjadi kesempatan belajar bagi Indonesia dengan kecanggihan teknologi sinema Australia. “Sub sektor film pesat dengan adanya over the top [OTT], jadi film semakin mudah dikonsumsi. Kita juga punya target 4,4 juta lapangan kerja di 2024, dan di sektor ekonomi krwatif banyak ditopang oleh film. Karena setiap produksi film itu bisa melibatkan 200—300 tenaga kerja. Tentu kita ingin belajar dengan FSAI ini bagaimana Austalia mengembangkan dunia sinematik mereka hingga disorot internasional,” jelas Sandiaga Uno.
FSAI sudah digelar hingga 8 kali di Indonesia. Hal itu turut menandai satu windu kerja sama industri kreatif Indonesia dan Australia dalam bisang perfilaman. Sandiaga Uno berharap FSAI bisa menjadi langkah strategis untuk bertukar edukasi mengenai perfilman.
(Ikuti terus laporan Hypeabis.id di Google News)
Editor: Roni Yunianto
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.