Keajaiban TikTok, Novel Thriller yang Terbit 11 Tahun Lalu Jadi Buku Terlaris di Amazon
13 February 2023 |
20:34 WIB
Butuh 14 tahun bagi Lloyd Devereux Richards untuk menulis novel thriller yang dia beri judul Stone Maidens. Selama 11 tahun, buku itu tak kunjung laku hingga putrinya mengunggah sebuah video di TikTok. Dalam klip berdurasi 17 detik, seorang pria lanjut usia terlihat duduk di depan komputernya sambil menggumamkan lagu Beautiful Boy (Darling Boy).
Putri Richards menuliskan bagaimana ayahnya dengan tekun menyusun sebuah novel thriller selama 14 tahun terakhir. Selama itu pula, Richards tetap bekerja penuh waktu dan tidak pernah mengenyampingkan keluarganya. Dia masih menemukan waktu untuk melanjutkan hobi yang membuatnya bahagia, meski novel karangannya tidak laku banyak.
Baca juga: Colleen Hoover Rajai Penjualan Novel Terlaris 2022
Tujuan dari diunggahnya video tersebut tak lain adalah untuk mendorong penjualan Stone Maidens. Putri Richards juga menyampaikan bahwa ayahnya tidak begitu familiar dengan keberadaan TikTok di internet saat ini.
Tak disangka, hanya butuh waktu satu hari sejak video tersebut diunggah hingga novel karangan Richards menjadi buku bergenre thriller terlaris dan buku terlaris peringkat ketujuh secara keseluruhan di e-commerce Amazon.
Richards pun terlihat begitu terharu dengan respon internet terhadap klip yang diunggah putrinya. Ada semburat rasa bangga saat putrinya memberi tahu bahwa karya debutnya kini telah dibaca oleh ribuan orang dan menerima ulasan positif dari hampir 727 pembaca di Amazon. Reaksinya luar biasa, 89 persen memberi peringkat tertinggi yakni lima bintang, tujuh persen lainnya empat bintang.
"Ini luar biasa. Beberapa hari terakhir, saya tidak bisa memahami [apa yang terjadi]. Saya merasa diberkati," ujarnya dalam salah satu klip.
Menurut biografi penulis, Lloyd Devereux Richards dahulunya bekerja sebagai pengacara di Vermont dan sebelumnya di pengadilan banding Indiana, di mana dia terlibat, antara lain, dengan kasus seorang pembunuh berantai yang dijatuhi hukuman mati.
Novel debutnya, Stone Maidens, juga berkisah tentang seorang pembunuh berantai yang sedang dilacak oleh antropolog forensik dari FBI. Novel fiksi itu diterbitkan oleh Thomas & Mercer, salah satu merek penerbitan yang dioperasikan sendiri oleh Amazon.
Menurut jurnalis Isabella A. Caldart, yang menyebut dirinya sebagai sosiolog budaya pop di Twitter, fenomena Stone Maidens adalah contoh utama dari kekuatan TikTok dan komunitas BookTok.
Dia mengatakan fenomena ini dengan masifnya mempublikasikan seorang penulis yang sama sekali tidak dikenal, menjadi ikon yang viral di media sosial, bahkan dengan akun baru yang mungkin tidak menjamin engagement tinggi.
TikTok memang tak diragukan lagi sebagai media sosial yang jadi andalan media pemasaran akhir-akhir ini, tapi keberadaan komunitas seperti BookTok juga tidak bisa dikesampingkan.
Dilansir oleh spiegel.de, BookTok adalah subcommunity di TikTok yang muncul sekitar 2020. Menggunakan tagar #BookTok, pengguna TikTok khususnya para generasi muda, memanfaatkan komunitas ini untuk mempublikasikan ulasan buku favorit mereka dalam format video pendek.
Novel romansa, thriller dan fantasi dalam kategori young adult sangat sukses di BookTok. Di samping itu, rekomendasi dan algoritma TikTok menciptakan hype baru tentang buku yang telah lama diterbitkan hingga berdampak secara nyata pada angka penjualan, hingga menjadi buku terlaris seperti Stone Maidens.
Kalau Genhype aktif di TikTok atau #BookTok, kalian pasti sudah tidak asing lagi dengan popularitas penulis asal Amerika Serikat, Colleen Hoover. Novelnya yang berjudul It Ends with Us diterbitkan pada 2016 dan baru menjadi buku terlaris setelah banyak diulas di BookTok.
Novel karangan Hoover menduduki peringkat tujuh dalam daftar sepuluh buku terlaris versi New York Times tahun lalu.
Fenomena BookTok ini juga telah menyadarkan penerbit dan toko buku akan potensi dari media sosial terhadap budaya membaca buku. Saat ini sudah banyak dari mereka yang eksis di media sosial untuk memasarkan novel-novel terlaris maupun karya pendatang baru dengan cara menarik.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Dika Irawan
Putri Richards menuliskan bagaimana ayahnya dengan tekun menyusun sebuah novel thriller selama 14 tahun terakhir. Selama itu pula, Richards tetap bekerja penuh waktu dan tidak pernah mengenyampingkan keluarganya. Dia masih menemukan waktu untuk melanjutkan hobi yang membuatnya bahagia, meski novel karangannya tidak laku banyak.
Baca juga: Colleen Hoover Rajai Penjualan Novel Terlaris 2022
Tujuan dari diunggahnya video tersebut tak lain adalah untuk mendorong penjualan Stone Maidens. Putri Richards juga menyampaikan bahwa ayahnya tidak begitu familiar dengan keberadaan TikTok di internet saat ini.
Tak disangka, hanya butuh waktu satu hari sejak video tersebut diunggah hingga novel karangan Richards menjadi buku bergenre thriller terlaris dan buku terlaris peringkat ketujuh secara keseluruhan di e-commerce Amazon.
Richards pun terlihat begitu terharu dengan respon internet terhadap klip yang diunggah putrinya. Ada semburat rasa bangga saat putrinya memberi tahu bahwa karya debutnya kini telah dibaca oleh ribuan orang dan menerima ulasan positif dari hampir 727 pembaca di Amazon. Reaksinya luar biasa, 89 persen memberi peringkat tertinggi yakni lima bintang, tujuh persen lainnya empat bintang.
@stonemaidens After 25 years of little hope, this happened. Never give up! #stonemaidens #booktok #authorsoftiktok #1bestseller ? stuff we did - favsoundds
"Ini luar biasa. Beberapa hari terakhir, saya tidak bisa memahami [apa yang terjadi]. Saya merasa diberkati," ujarnya dalam salah satu klip.
Menurut biografi penulis, Lloyd Devereux Richards dahulunya bekerja sebagai pengacara di Vermont dan sebelumnya di pengadilan banding Indiana, di mana dia terlibat, antara lain, dengan kasus seorang pembunuh berantai yang dijatuhi hukuman mati.
Novel debutnya, Stone Maidens, juga berkisah tentang seorang pembunuh berantai yang sedang dilacak oleh antropolog forensik dari FBI. Novel fiksi itu diterbitkan oleh Thomas & Mercer, salah satu merek penerbitan yang dioperasikan sendiri oleh Amazon.
Menurut jurnalis Isabella A. Caldart, yang menyebut dirinya sebagai sosiolog budaya pop di Twitter, fenomena Stone Maidens adalah contoh utama dari kekuatan TikTok dan komunitas BookTok.
Dia mengatakan fenomena ini dengan masifnya mempublikasikan seorang penulis yang sama sekali tidak dikenal, menjadi ikon yang viral di media sosial, bahkan dengan akun baru yang mungkin tidak menjamin engagement tinggi.
TikTok memang tak diragukan lagi sebagai media sosial yang jadi andalan media pemasaran akhir-akhir ini, tapi keberadaan komunitas seperti BookTok juga tidak bisa dikesampingkan.
Dilansir oleh spiegel.de, BookTok adalah subcommunity di TikTok yang muncul sekitar 2020. Menggunakan tagar #BookTok, pengguna TikTok khususnya para generasi muda, memanfaatkan komunitas ini untuk mempublikasikan ulasan buku favorit mereka dalam format video pendek.
Novel romansa, thriller dan fantasi dalam kategori young adult sangat sukses di BookTok. Di samping itu, rekomendasi dan algoritma TikTok menciptakan hype baru tentang buku yang telah lama diterbitkan hingga berdampak secara nyata pada angka penjualan, hingga menjadi buku terlaris seperti Stone Maidens.
Kalau Genhype aktif di TikTok atau #BookTok, kalian pasti sudah tidak asing lagi dengan popularitas penulis asal Amerika Serikat, Colleen Hoover. Novelnya yang berjudul It Ends with Us diterbitkan pada 2016 dan baru menjadi buku terlaris setelah banyak diulas di BookTok.
Novel karangan Hoover menduduki peringkat tujuh dalam daftar sepuluh buku terlaris versi New York Times tahun lalu.
Fenomena BookTok ini juga telah menyadarkan penerbit dan toko buku akan potensi dari media sosial terhadap budaya membaca buku. Saat ini sudah banyak dari mereka yang eksis di media sosial untuk memasarkan novel-novel terlaris maupun karya pendatang baru dengan cara menarik.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.