Eksplorasi Alam Entang Wiharso dalam Patung Bunga Rafflesia di Art Jakarta Gardens 2023
09 February 2023 |
17:41 WIB
Berkunjung ke area drop off lobby Hutan Kota Plataran, Senayan, Jakarta, pandangan pengunjung bakal tertuju pada satu patung berbentuk bunga raksasa. Patung berdimensi 306 cm x 163 cm itu didominasi warna hijau pada bagian bawahnya yang merupakan kelopak, dan di tengahnya terdapat kepala putik merah menyala.
Namun, pada putik tersebut, menempel sebuah monster kecil berbentuk seperti sel berwarna merah muda lengkap dengan mata. Patung berjudul The Protector and Little Monster ini merupakan buah karya seniman Entang Wiharso yang dibawa oleh Can's Gallery di pameran Art Jakarta Gardens 2023.
Patung ini adalah representasi dan simbol pengingat tentang makna keseimbangan sekaligus sebagai penjaga. Entang tertarik dengan bunga amorphophallus titanium atau yang lebih dikenal dengan nama rafflesia, karena keindahannya juga karena jenisnya sebagai tanaman karnivor.
Baca juga: Karya 5 Maestro Patung Bakal Hadir di Art Jakarta Gardens 2023, Cek Profilnya
Baginya, tanaman ini merupakan bagian dari penjaga keseimbangan ekosistem. Meskipun berasal dari Asia Tenggara termasuk Indonesia, bunga tersebut telah bermigrasi secara global sejak zaman kolonial sebagai simbol dan klaim era emas penjajah. Hal itu jugalah yang menjadi alasan kenapa bunga tersebut diberi nama rafflesia.
Entang mengatakan, karyanya yang terinspirasi dari unsur-unsur alam ini tak lepas dari latar belakangnya sebagai anak seorang petani. Sejak kecil, seniman lulusan Institut Seni Indonesia Yogyakarta ini dekat dengan alam, sehingga hal itupun yang turut menginspirasinya dalam membuat karya-karya seni.
"Dari tanaman itu kami belajar tentang sistem, belajar tentang migrasi atau sesuatu itu berasal dari mana," katanya seperti dikutip dari video interaktif Art Jakarta Gardens.
Begitu besarnya ikatan Entang dengan alam, membuatnya seolah memiliki koneksi dan memori dengan tanaman-tanaman tertentu yang menurutnya juga menjadi identitas. Hal itu pun yang menginspirasinya untuk membuat program tahunan menanam pohon-pohon buah di Amerika, negara yang kini ditinggalinya.
Pohon-pohon itu dilihatnya sebagai living sculptures atau patung-patung yang hidup karena mengalami proses grafting atau sambung tunas, dimana jaringan tanaman disambungkan untuk meneruskan pembesaran sebuah tanaman. Bagian atas dari tanaman yang disambung tersebut dinamai batang atas, sedangkan bagian bawahnya disebut batang bawah
"Hal itu yang akhirnya mempengaruhi karya-karya saya saat ini, seperti mengeksplorasi tentang vegetasi. Sesuatu yang menarik tapi sempat saya tinggal, dan sekarang kembali lagi," imbuh seniman berusia 55 tahun itu.
Lahir di Tegal, Jawa Tengah, Entang Wiharso adalah seniman yang terbilang produktif membuat karya dengan berbagai eksplorasi medium dengan tema-tema yang mencakup persoalan politik, ekonomi, krisis identitas dan isu budaya, dengan ciri khas gaya visualnya yang lantang, grotesk dan teatrikal, mencampurkan berbagai elemen tradisi dengan pendekatan kontemporer.
Baca juga: Wawancara Khusus Fair Director Art Jakarta Gardens Tom Tandio: Pasar Seni di Indonesia akan Tumbuh Masif
Karya-karyanya meliputi lukisan, patung, instalasi dan performance art. Karyanya adalah bentangan dunia yang tanpa batas, saling lebur, penuh jukstaposisi masa lalu dan masa kini, dongeng dan keseharian, sejarah dan mitos, dengan sosok-sosok yang yang bergerak di antara realisme dan surrealisme.
Karya-karya seniman yang kini berbasis di Rhode Island, AS, ini juga telah dikoleksi di berbagai galeri dan institusi di dunia seperti Karya-karya Entang menjadi koleksi, antara lain, The Guy and Myriam Ullens Foundation, Swiss; Thomas Olbricht Collection, Berlin, Jerman; Mori Art Museum, Tokyo, Jepang; National Gallery of Victoria, Melbourne, Australia; dan OHD Museum of Modern & Contemporary.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Roni Yunianto
Namun, pada putik tersebut, menempel sebuah monster kecil berbentuk seperti sel berwarna merah muda lengkap dengan mata. Patung berjudul The Protector and Little Monster ini merupakan buah karya seniman Entang Wiharso yang dibawa oleh Can's Gallery di pameran Art Jakarta Gardens 2023.
Patung ini adalah representasi dan simbol pengingat tentang makna keseimbangan sekaligus sebagai penjaga. Entang tertarik dengan bunga amorphophallus titanium atau yang lebih dikenal dengan nama rafflesia, karena keindahannya juga karena jenisnya sebagai tanaman karnivor.
Baca juga: Karya 5 Maestro Patung Bakal Hadir di Art Jakarta Gardens 2023, Cek Profilnya
Baginya, tanaman ini merupakan bagian dari penjaga keseimbangan ekosistem. Meskipun berasal dari Asia Tenggara termasuk Indonesia, bunga tersebut telah bermigrasi secara global sejak zaman kolonial sebagai simbol dan klaim era emas penjajah. Hal itu jugalah yang menjadi alasan kenapa bunga tersebut diberi nama rafflesia.
Patunf berjudul The Protector and Little Monster karya Entang Wiharso (Sumber gambar: Hypeabis.id/Luke Andaresta)
Entang mengatakan, karyanya yang terinspirasi dari unsur-unsur alam ini tak lepas dari latar belakangnya sebagai anak seorang petani. Sejak kecil, seniman lulusan Institut Seni Indonesia Yogyakarta ini dekat dengan alam, sehingga hal itupun yang turut menginspirasinya dalam membuat karya-karya seni.
"Dari tanaman itu kami belajar tentang sistem, belajar tentang migrasi atau sesuatu itu berasal dari mana," katanya seperti dikutip dari video interaktif Art Jakarta Gardens.
Begitu besarnya ikatan Entang dengan alam, membuatnya seolah memiliki koneksi dan memori dengan tanaman-tanaman tertentu yang menurutnya juga menjadi identitas. Hal itu pun yang menginspirasinya untuk membuat program tahunan menanam pohon-pohon buah di Amerika, negara yang kini ditinggalinya.
Pohon-pohon itu dilihatnya sebagai living sculptures atau patung-patung yang hidup karena mengalami proses grafting atau sambung tunas, dimana jaringan tanaman disambungkan untuk meneruskan pembesaran sebuah tanaman. Bagian atas dari tanaman yang disambung tersebut dinamai batang atas, sedangkan bagian bawahnya disebut batang bawah
"Hal itu yang akhirnya mempengaruhi karya-karya saya saat ini, seperti mengeksplorasi tentang vegetasi. Sesuatu yang menarik tapi sempat saya tinggal, dan sekarang kembali lagi," imbuh seniman berusia 55 tahun itu.
Patunf berjudul The Protector and Little Monster karya Entang Wiharso (Sumber gambar: Hypeabis.id/Luke Andaresta)
Lahir di Tegal, Jawa Tengah, Entang Wiharso adalah seniman yang terbilang produktif membuat karya dengan berbagai eksplorasi medium dengan tema-tema yang mencakup persoalan politik, ekonomi, krisis identitas dan isu budaya, dengan ciri khas gaya visualnya yang lantang, grotesk dan teatrikal, mencampurkan berbagai elemen tradisi dengan pendekatan kontemporer.
Baca juga: Wawancara Khusus Fair Director Art Jakarta Gardens Tom Tandio: Pasar Seni di Indonesia akan Tumbuh Masif
Karya-karyanya meliputi lukisan, patung, instalasi dan performance art. Karyanya adalah bentangan dunia yang tanpa batas, saling lebur, penuh jukstaposisi masa lalu dan masa kini, dongeng dan keseharian, sejarah dan mitos, dengan sosok-sosok yang yang bergerak di antara realisme dan surrealisme.
Karya-karya seniman yang kini berbasis di Rhode Island, AS, ini juga telah dikoleksi di berbagai galeri dan institusi di dunia seperti Karya-karya Entang menjadi koleksi, antara lain, The Guy and Myriam Ullens Foundation, Swiss; Thomas Olbricht Collection, Berlin, Jerman; Mori Art Museum, Tokyo, Jepang; National Gallery of Victoria, Melbourne, Australia; dan OHD Museum of Modern & Contemporary.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Roni Yunianto
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.