TMII merangkum kebudayaan yang mencakup berbagai aspek kehidupan sehari-hari masyarakat di puluhan provinsi Indonesia. (sumber gambar Hypeabis.id/ Himawan L. Nugraha)

Menengok Sejarah TMII, Primadona Wisata Jakarta yang Sempat Jadi Polemik

09 January 2023   |   19:57 WIB
Image
Prasetyo Agung Ginanjar Jurnalis Hypeabis.id

Kawasan Ibu Kota Jakarta memiliki sederet destinasi wisata yang selalu ramai dikunjungi masyarakat saat waktu libur tiba. Salah satunya yang populer adalah Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Wahana miniatur Indonesia ini memang memiliki daya tarik tersendiri bagi yang ingin mengenal lebih jauh kebudayaan Indonesia.

Terletak di Jakarta Timur, TMII memang menjadi representasi kebudayaan Indonesia yang beragam dan multikultur. Keberagaman itu tercermin lewat berbagai rumah adat dari Sabang sampai Merauke yang dibangun di atas lahan seluas 150 hektare itu.

Baca juga: Menjajal Bus Bandros, Wisata Sejarah Sekaligus Keliling Tempat Viral di Bandung

Tak hanya itu, gambaran tersebut juga diwujudkan melalui Anjungan Daerah, yang mewakili suku-suku bangsa yang berada di 33 Provinsi Indonesia. Anjungan provinsi ini dibangun di sekitar danau dengan miniatur Kepulauan Indonesia yang dibuat di sebuah danau yang merepresentasikan lautan dan samudra yang mengeliling Indonesia.

Secara tematik, dihimpun dari laman TMII, pulau-pulau itu juga dibagi atas enam zona, yaitu Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua. Untuk melengkapi latar tradisinya yang beragam, maka setiap anjungan juga menampilkan bangunan khas daerah setempat.

Taman ini sendiri merupakan rangkuman kebudayaan bangsa Indonesia, yang mencakup berbagai aspek kehidupan sehari-hari masyarakat 33 provinsi Indonesia (per 1975) yang ditampilkan dalam anjungan daerah berarsitektur tradisional, serta menampilkan aneka busana, tarian dan tradisi daerah.
 
 
 

Proyek Orde Baru yang Sempat Menuai Polemik

Dalam sejarahnya, gagasan pembangunan TMII pertama kali dicetuskan oleh Siti Hartinah, atau Ibu Tien Soeharto, istri dari Presiden Kedua RI Soeharto. Gagasan itu tercetus pada suatu pertemuan di Jalan Cendana No. 8 Jakarta pada tanggal 13 Maret 1970. 

Tak berselang lama, proyek pembangunan TMII pun mulai dikerjakan pada 1972 meski sempat menuai kritik dari masyarakat, khususnya mahasiswa dan seniman, dan intelektual karena dianggap memboroskan uang belanja negara. Hal ini karena mengingat kebutuhan dananya yang pada waktu itu ditaksir mencapai Rp10,5 miliar.

Beberapa kelompok yang memberikan kritik keras pada  proyek tersebut, yaitu Gerakan Penghematan (Gepeng) yang mendatangi kantor pemerintah terkait pembangunan tersebut. Kemudian ada juga Gerakan Penyelamatan Uang Rakyat yang sempat berdemo di Gedung sekretariat proyek Indonesia Indah di Jalan Matraman Raya 53, Jakarta pada 1972.

Gerakan menentang aksi pembangunan TMII ini bahkan sempat diwarnai kericuhan saat sekonyong-konyong muncul puluhan lelaki yang membawa senjata tajam dan pistol. Mereka menyerang para demonstran dan melepaskan beberapa kali tembakan. Alhasil, imbas dari penyerangan itu pun semakin menuai gelombang protes dari masyarakat yang menuntut proyek TMII dihentikan.

Namun, Presiden Soeharto bergeming, proyek tersebut tetap berlanjut, dan bahkan dia turut menahan beberapa tokoh penentang pembangunan TMII, seperti Arief Budiman dan Poncke. Alhasil, TMII mulai dibangun pada 1972 dan akhirnya diresmikan pada 20 April 1975. TMII pun perlahan menjadi salah satu tujuan wisata favorit masyarakat di Jakarta, terutama pada akhir pekan atau libur sekolah.
 

Revitalisasi & Batal Dikunjungi Delegasi KTT G20

Pada 2022, TMII mengalami revitalisasi yang dipersiapkan untuk menjamu para tamu negara-negara Anggota Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20. Tetapi, setelah menghabiskan dana Rp1,13 triliun, TMII batal dikunjungi delegasi KTT G20 tanpa alasan yang jelas.

Adapun, beberapa kawasan yang direnovasi meliputi penataan area gerbang utama, renovasi joglo Sasono Utomo, Sasono Langgeng Budoyo, dan Sasono Adiguno. Kemudian, ada juga renovasi area museum yang meliputi Museum Theater Garuda, Museum Telkom, dan Museum Keong Mas yang menjadi tempat wisata edukasi di TMII.

Selain itu dilakukan juga penataan lanskap pedestrian anjungan, viewing tower, Kaca Benggala, dan pembangunan community center. Lalu penataan lanskap pulau-pulau di Danau Archipelago, penataan Outer Ring TMII, serta pembangunan ulang gedung parkir bertingkat bagi para pengunjung.

Kini, setelah bersolek TMII pun kian ramai dikunjungi wisatawan, terlebih pada saat momen perayaan tahun baru 2023. Pada momen perayaan pergantian tahun itu TMII pun sempat dimeriahkan dengan beragai acara panggung hiburan, pertunjukan kesenian hingga pesta kembang api.

Adapun, bagi masyarakat yang ingin berkunjung,  TMII dibuka dari pukul 06.00–17:00 WIB. Sementara di akhir pekan, dimulai dari pukul 05.00-17.00 WIB. Sementara itu, harga tiket masuk dibanderol Rp25.000, dengan biaya tambahan Rp15.000 untuk motor, Rp25.000 untuk mobil, dan Rp50.000 untuk bus. Untuk memasuki beberapa wahananya berkisar dari Rp15.000-Rp35.000. 

Editor: Nirmala Aninda

SEBELUMNYA

Rekomendasi Game Paling Bikin Emosi, dari Cat Mario hingga TTS Cak Lontong

BERIKUTNYA

Kereta Panoramic Dihentikan Sementara, Ini Penjelasan Manajemen

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: