Anak-anak bermain (Sumber gambar ilustrasi : pexels/Lukas)

Pentingnya Peran Pendidikan Usia Dini di Masa Golden Age Anak

02 January 2023   |   10:30 WIB
Image
Yudi Supriyanto Jurnalis Hypeabis.id

Pendidikan merupakan elemen penting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Untuk itu, tidak jarang orang tua mulai memberikan pendidikan terhadap anak sejak usia dini melalui lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).

Kanaya Bella Safitri, guru Rumah Main Cikal Surabaya, mengatakan bahwa PAUD menjadi salah satu sarana pendamping untuk membantu dan mendampingi pertumbuhkan dan perkembangan anak pada usia 0 - 8 tahun pada seluruh aspek kepribadian anak.

"Dalam pendidikan anak usia dini, para guru akan menghadirkan aktivitas atau kegiatan stimulasi dan pengembangan karakter anak yang akan mendorong anak untuk mengenali dirinya dan mempersiapkan pendidikan dasar," katanya dalam siaran pers yang diterima Hypeabis.id. 

Baca juga: Tips Menstimulasi Anak Agar Gemar Membaca sejak Usia Dini

Dia menuturkan bahwa usia 5 tahun adalah usia emas (golden age) untuk perkembangan anak, baik kognitif, emosional, dan spiritual mereka. Jadi, anak perlu perhatian dan pendekatan khusus untuk dapat memaksimalkan potensinya. 

Menurut Kanaya, lingkungan dan pola asuh menjadi salah satu dari sejumlah faktor utama dalam keberhasilan perkembangan emosional terhadap anak. PAUD membantu memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak dan berfokus pada seluruh aspek kepribadian anak, mulai dari aspek kognitif, bahasa, sosial, emosional, dan fisik.

"Dan tentunya di dampingi dengan guru-guru yang memang sudah memiliki dasar pendidikan tentang pendidikan anak-anak," katanya.  

Dia menuturkan bahwa terdapat beberapa cara lembaga PAUD dalam memperkenalkan dan mendampingi perkembangan emosi anak usia dini. Pertama adalah lembaga pendidikan anak usia dini perlu memiliki kurikulum yang memiliki tujuan mempersiapkan anak-anak untuk menghadapi masa depan dengan kematangan emosi yang baik, bukan hanya untuk di sekolah atau sebuah materi saja. 

Kanaya juga menyampaikan lembaga pendidikan anak usia dini perlu menggunakan kurikulum dengan pendekatan personalisasi dan berbasis kompetensi. Cakupan kurikulum itu adalah bagaimana cara menjalankan kehidupan sehari-hari dengan menjadi individu yang berguna bagi setiap insan manusia dan dunia.

"Bagaimana cara menjadi individu yang berwawasan luas, berpikiran terbuka, dan juga bagaimana cara menjadi pemikir efektif dan terlatih di masa depan nanti," katanya.

Kedua, lembaga pendidikan anak usia dini juga perlu berupaya melakukan kolaborasi dengan orang tua. Tujuan kolaborasi ini adalah untuk membangun dialog berkala akan perkembangan emosi anak di rumah. 

Dialog tiga arah, bersama anak, orang tua, dan guru perlu dilakukan pada setiap tiga bulan sekali. Dalam dialog itu, terdapat pembahasan mengenai perkembangan anak, mengukur, dan mengenal kebutuhan yang tepat untuk anak. 

"Agar tepat sasaran, termasuk terkait emosinya," kata Kanaya.

Untuk diketahui, pendidikan anak secara optimal sejak usia dini adalah langkah awal pembentukan karakter positif dan pengembangan diri anak secara utuh, termasuk dari sisi emosional dan mental. Jadi, orang tua perlu memiliki kesadaran penuh dalam mengenali dan memahami perkembangan emosi anak terhadap lingkungan sekitarnya.

Kanaya mengatakan bahwa kepekaan orang tua untuk memahami perkembangan emosi anak secara penuh dan melakukan pendampingan dalam pengenalan dan pengelolaan emosi dalam keseharian akan memberikan dampak positif terhadap anak.

Salah satu dari sejumlah dampak positif itu adalah mencegah kemungkinan timbulnya tindakan destruktif yang disebabkan oleh ketidakmampuan dalam pengelolaan emosi.

“Selama ini, di sekitar kita seringkali mendengar banyak anak yang mengalami gangguan kesehatan mental. Kenapa ini bisa terjadi sebenarnya? Salah satu faktornya adalah karena adanya ketidaksiapan anak untuk dapat menyikapi kondisi lingkungan di sekitarnya,” katanya.

Dia menuturkan perasaan negatif yang dirasakan anak tanpa pendampingan, seperti kecewa, marah, dan malu dapat mengarah pada tindakan destruktif anak, lantaran anak tidak mampu mengenali dan mengelola emosi.

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Nirmala Aninda
 

SEBELUMNYA

Kemirikebo Downhill Track, Wisata Trek Bersepeda Ekstrem di Lereng Gunung

BERIKUTNYA

Duo KAV Project Rilis Single Anyar bertajuk Sesaat Menghilang

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: