Salah satu karya yang ditampilkan dalam pameran artina berjudul Little Footsteps karya Dicky Takndare dan Albertho Wanma (Sumber gambar: Hypeabis.id/Luke Andaresta)

Angkat Budaya Nusantara, Pameran artina Jadi Wajah Seni Rupa Kontemporer Indonesia

27 December 2022   |   17:32 WIB
Image
Luke Andaresta Jurnalis Hypeabis.id

Pameran seni kontemporer artina, digelar di Gedung Sarinah, Jakarta, dari 17 Desember 2022 hingga 19 Februari 2023. Mengusung tajuk wastu/loka/kala atau yang berarti wujud/ruang/waktu, pameran ini menampilkan puluhan karya lintas disiplin seni. Mulai dari lukisan media campuran, instalasi, hingga patung.

Menggaet sebanyak 27 seniman, artina berupaya menampilkan karya partisipan lintas generasi dan disiplin seni ydari berbagai keragaman dalam khazanah budaya Nusantara.  Sejumlah seniman dan partisipan yang memamerkan karyanya antara lain Asha Smara Darra, Bibiana Lee, Citra Sasmita, Eddy Susanto, Eko Prawoto, Mella Jaarsma, Popok Tri Wahyudi, Putu Sutawijaya, Sri Astari, dan Yani Mariani Sastranegara. 

Baca juga: Menyimak Rekam Jejak Peran Perempuan dalam Pameran The Truth Inside You

Inisiator sekaligus Direktur Artistik artina, Heri Pemad, menjelaskan berbeda dari beberapa pameran seni yang telah dibuatnya seperti ArtJog dan ArtBali, artina digagas sebagai wadah untuk menampilkan berbagai praktik dan karya seni yang telah ada, serta ingin mendorong penciptaan karya-karya baru yang merespon tema pameran ini secara khusus.

Nama artina merupakan gabungan dua kata yakni art yang berarti seni, dan ina yang berarti Indonesia. Seperti namanya, tema-tema yang akan diusung dalam artina pun akan terfokus pada kebudayaan Nusantara.

Pada edisi perdananya ini, artina mengusung tajuk kuratorial wastu/loka/kala atau yang berarti wujud/ruang/waktu. Tajuk tersebut berangkat dari keyakinan bahwa makna yang disematkan pada suatu budaya sebagai aktivitas, artefak dan perwujudan (wastu) dari nilai-nilai, senantiasa berubah sesuai tempat (loka) dan waktu (kala) di mana dia hidup.
 

g

Salah satu karya yang ditampilkan dalam pameran artina berjudul Sri Naura Paramita (2021) karya Alfiah Rahdini (Sumber gambar: Hypeabis.id/Luke Andaresta)

Heri mengatakan nantinya, pameran artina akan dihelat secara berkala dan hadir di berbagai daerah di Indonesia, tak hanya berpusat di Pulau Jawa. Dengan begitu, deretan karya seni yang tersaji dapat hadir dan dinikmati oleh seluruh masyarakat.

"Walaupun pijakannya pada unsur-unsur lokal, pameran artina akan mengemasnya secara kontemporer agar bisa menjadi pengalaman baru baik secara visual maupun filosofinya," jelasnya saat diwawancarai Hypeabis.id. 

Dalam prosesnya, seniman-seniman yang dipilih dalam pameran artina adalah mereka yang memiliki karya yang kental akan nilai-nilai budaya lokal, sehingga dianggap mampu merepresentasikan makna kebudayaan Nusantara yang dinamis sesuai dengan tema yang diusung.

Lebih dari pameran seni, Heri berharap artina dapat menjadi wajah atau representasi perkembangan seni rupa kontemporer dari karya-karya para seniman Indonesia, namun tetap berakar pada kebudayaan Nusantara.

Sebab, menurutnya, selama ini sejumlah pameran seni yang dihelat terkesan berjalan sendiri-sendiri, dimana tidak adanya bingkai besar yang menunjukkan perkembangan seni rupa kontemporer di Tanah Air.

"Maka dibutuhkan sebuah event [pameran] yang mempunyai karakter atau estetika Nusantara, baik dari karya-karya terdahulu, saat ini, dan yang akan datang. Inilah yang dinamakan seni peristiwa yang harus berkelanjutan," jelasnya.

Kurator Bob Edrian mengatakan proses kurasi pameran ini diarahkan pada tampilnya keragaman teknik, material dan ekspresi artistik yang merepresentasikan ikon, simbol, artefak, narasi maupun konsep-konsep budaya yang pernah atau masih bermakna penting dalam kehidupan masyarakat di Indonesia.

Para seniman, paparnya, tidak hanya memungut tanda-tanda atau narasi tentang kebudayaan Nusantara yang ada, tapi juga mengolahnya kembali untuk menyampaikan makna atau pesan yang lain.

"Proses kreatif para seniman menunjukkan bahwa budaya Nusantara adalah suatu khazanah yang benar-benar hidup, dan terus bertransformasi," ujarnya.

Bob menambahkan selain menampilkan karya-karya seniman kontemporer, pameran ini juga berupaya mengikis batasan yang kaku dalam pengklasifikasian kesenian dengan melibatkan para praktisi dari berbagai disiplin seni, termasuk desain kriya, arsitektur, film, sastra, dan sebagainya.

"Pameran ini berupaya menampilkan paradigma artistik mutakhir yang lahir dari pertukaran dan peleburan beragam perspektif personal, kearifan sosial, dan pengetahuan setempat," tambahnya.

Baca juga: Angkat Cerita Perempuan, Museum Nasional Gelar Pameran The Truth Inside You

Editor: Dika Irawan

SEBELUMNYA

Jelang 2023, Yuk Cek Cara Membuat Resolusi Tahun Baru yang Realistis dan Menarik

BERIKUTNYA

Hampir Ludes, Cek Promo Tiket KKN di Desa Penari: Luwih Dowo, Luwih Medeni

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: