Makna "Luang" Bagi Perupa Muda Maruto
07 July 2021 |
08:49 WIB
Luang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti lowong (tidak dihuni, ditempati, dan sebagainya); kosong. Arti lainnya adalah senggang, tidak sibuk.
Luang inilah yang menjadi judul karya perupa Muda Maruto dalam presentasi karyanya di Selasar Sunaryo Art Space. Maruto mewujudkan dalam “Luang,” cara-cara kita mengatur dan mencitrakan apa yang kita tunjuk sebagai yang sesuai.
"Ideal-ideal praktis acapkali terwujud lewat kemanasukaan kesan dari hal dan cara-cara yang tepat guna." Demikian adalah cara alami manusia bekerja secara hemat tenaga serta pikiran. Yang insani adalah yang tersistemkan, dan yang paling efisien sehingga tangan dan kepala dapat membayangkan jelajah dan terobosan, atau kenyamanan berikutnya.
Keteraturan adalah suatu capaian yang nirada, abstrak. Merupakan hak bagi semua dan datang dari tempat-tempat yang acak. Jejaknya, ditentukan oleh jelajah upaya untuk dapat mencapai wujud tertentu.
Maruto mengambil kesederhanaan cara-cara pekerja—tukang—mencapai tujuan teknis sebagai kepingan-kepingan bayang-bayang idealisasi.
Persoalan tepat guna, bagi masyarakat yang terbatas akses namun harus menyelesaikan kerja, menjadi soal memintas, sehingga kerap tercipta alat-alat yang terpiuh dari rancangan aslinya, dan terasing dari mutu.
Namun memintas juga menciptakan ruang kosong dan ruang abu-abu, menciptakan waktu untuk bebas dari kerja yang ditentukan dan dimaknai oleh kerja juga.
Maka waktu luang, meskipun pribadi, juga sesungguhnya terasing, dan hanya corak jejak-jejaknya yang dapat dilacak dan dirancang balik supaya apa dan siapa yang ada dapat jadi aktual.
Editor: M R Purboyo
Luang inilah yang menjadi judul karya perupa Muda Maruto dalam presentasi karyanya di Selasar Sunaryo Art Space. Maruto mewujudkan dalam “Luang,” cara-cara kita mengatur dan mencitrakan apa yang kita tunjuk sebagai yang sesuai.
"Ideal-ideal praktis acapkali terwujud lewat kemanasukaan kesan dari hal dan cara-cara yang tepat guna." Demikian adalah cara alami manusia bekerja secara hemat tenaga serta pikiran. Yang insani adalah yang tersistemkan, dan yang paling efisien sehingga tangan dan kepala dapat membayangkan jelajah dan terobosan, atau kenyamanan berikutnya.
sumber gambar : ROH & SSAS
Maruto mengambil kesederhanaan cara-cara pekerja—tukang—mencapai tujuan teknis sebagai kepingan-kepingan bayang-bayang idealisasi.
Persoalan tepat guna, bagi masyarakat yang terbatas akses namun harus menyelesaikan kerja, menjadi soal memintas, sehingga kerap tercipta alat-alat yang terpiuh dari rancangan aslinya, dan terasing dari mutu.
Namun memintas juga menciptakan ruang kosong dan ruang abu-abu, menciptakan waktu untuk bebas dari kerja yang ditentukan dan dimaknai oleh kerja juga.
Maka waktu luang, meskipun pribadi, juga sesungguhnya terasing, dan hanya corak jejak-jejaknya yang dapat dilacak dan dirancang balik supaya apa dan siapa yang ada dapat jadi aktual.
Editor: M R Purboyo
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.