KA Wisata Mak Itam akan terdiri dari satu kereta dengan kapasitas penumpang 30 orang (Sumber foto: PT KAI)

KA Wisata Mak Itam Kembali Beroperasi, Cek Sejarah Singkatnya Kereta Ini

21 December 2022   |   10:32 WIB
Image
Yudi Supriyanto Jurnalis Hypeabis.id

Like
Bagi Genhype yang hendak menikmati Situs Ombilin Coal Mining Heritage of Sawahlunto yang merupakan Warisan Dunia UNESCO, kalian bisa menaiki Kereta Api Wisata Mak Itam yang kembali beroperasi setelah delapan tahun tidak beroperasi untuk berwisata di kawasan tersebut.

Kereta Api Wisata Mak Itam pertama kali beroperasi pada 2009 silam, dan berhenti total total pada 2014. Setelah berhenti total, kereta ini akan kembali beroperasi setelah sejumlah badan usaha milik negara (BUMN) bekerja sama untuk membuatnya dapat kembali beroperasi.

Dikutip dari laman PT KAI dan Indonesia.go.id, Kereta Api Wisata Mak Itam memiliki sejarah panjang dalam industri perkeretaapian di dalam negeri. Sebelum menjadi kereta wisata yang dioperasikan pertama kali pada 2009, Mak Itam yang merupakan nama lokomotif uap bergerigi seri E1060 buatan Jerman pada 1965, menarik kereta barang batu bara di kawasan Ombilin Sawahlunto, Sumatra Barat.

Mak Itam menjadi andalan dalam menarik kereta barang batu bara dari 1966 sampai dengan 1988. Teknologi lokomotif dengan bahan bakar diesel membuat lokomotif dengan bahan bakar batu bara ini pun tidak lagi digunakan. Lokomotif produksi pabrik Maschinenfabrik di Esslingen, Jerman, itu pun “beristirahat” di Museum Kereta Api Ambarawa, Jawa Tengah.

Pada 2007, Mak Itam kembali ke Sumatra Barat untuk menjadi koleksi Museum Kereta Api Sawahlunto. Museum ini merupakan bentuk pemanfaatan Stasiun Sawahlunto seiring penurunan aktivitas penambangan. Penurunan aktivitas penambangan memberikan dampak terhadap aktivitas kereta api.

Mak Itam yang masih dalam kondisi layak operasi saat berpindah dari Jawa Tengah ke Sumatra Barat pada saat itu menjadi salah satu dari tiga lokomotif uap di Indonesia yang dapat dioperasikan. Lokomotif lainnya adalah lokomotif uap penarik kereta wisata rute Ambarawa-Bedono dan lokomotif uap penarik Jaladara, kereta wisata di dalam Kota Solo.

Dua tahun berselang, yakni pada 2009, lokomotif berwarna hitam legam itu pun menjadi penarik gerbong kereta untuk tujuan wisata dengan rute Sawahlunto – Muaro Kalaban dengan jarak delapan kilometer.

Tidak hanya itu, lokomotif ini pun menjadi penarik kereta wisata Danau Singkarak bergantian dengan lokomotif diesel pada 2009. Mak Itam bahkan menjadi lokomotif untuk kereta wisata saat ajang lomba balap sepeda Tour de Singkarak terselenggara pada 2011 dan 2012.

Pada saat itu, para peserta balap sepeda internasional dari berbagai negara naik kereta wisata dengan lokomotif Mak Itam. Tidak lama berselang, lokomotif tua itu pun mengalami kebocoran pipa pemanas air di ruang pembakaran, yang membuatnya tidak dapat dioperasikan.

Dalam rilis yang diterima Hypeabis.id, PT Kereta Api Indonesia mendatangkan tim ahli perbaikan lokomotif uap dari Museum Kereta Api Ambarawan dalam upaya menghidupkan kembali Mak Itam yang telah berusia 57 tahun agar dapat kembali beroperasi.

Kerusakan yang terdapat di lokomotif bersejarah itu berhasil diperbaiki lebih cepat dari target yang ditetapkan. Sebenarnya, target penyelesaian perbaikan Mak Itam adalah pada 2023.

Mak Itam akan menarik satu kereta yang terbuat dari kayu dengan kapasitas penumpang saat beroperasi kembali. Kereta dari kayu tersebut memiliki kapasitas penumpang sampai sebanyak 30 wisatawan.  

Kemudian, KAI juga mereaktivasi jalur Sawahlunto – Muaro Kalaban sepanjang 4 kilometer sebagai bagian dalam pengoperasian kembali Kereta Api Wisata Mak Itam. Perbaikan rel, dua unit jembatan, terowongan, persinyalan, bangunan stasiun, dan dipo adalah perbaikan yang dilakukan oleh perusahaan.

Jalur Sawahlunto - Muaro Kalaban sendiri pertama kali dibangun oleh Perusahaan Kereta Api Negara Sumatra Staats Spoorwegen (SSS), dan dioperasikan sejak 1894.

Alasan utama pembangunan awal kereta api di Sumatera Barat adalah sebagai sarana pengangkutan batu bara di Ombilin, Sawahlunto. Namun, akhir 2000 produksi batu bara di Sawahlunto semakin berkurang, dan secara otomatis aktivitas kereta api di jalur ini pun berhenti.

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Gita Carla

SEBELUMNYA

Mengenal Arti Kata Atapu dan Bahasa Gaul Terviral Lainnya Sepanjang 2022

BERIKUTNYA

Piala AFF 2022: Thailand & Kamboja Raih Poin Penuh, Ini Posisi Sementara Indonesia di Grup A

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: