Di Pameran Ini Lukisan Maestro S. Sudjojono Dibuat Tampak Hidup
04 December 2022 |
19:34 WIB
Lukisan bergambar pelabuhan dengan perahu berderet itu nampak bergerak-gerak, seiring alunan musik yang menjadi latar belakang pameran karya maestro seni lukis Indonesia S. Sudjojono di Museum Seni Rupa dan Keramik, Kota Tua Jakarta pada Minggu, (4/12/22).
Para pengunjung berdiri dengan tenang saat teknologi digital video mapping itu menyajikan proyeksi gambar bergerak dengan suara deburan ombak dan suara burung camar berterbangan. Mereka seolah ikut 'masuk' dalam lukisan yang menggambarkan perahu yang terombang-ambing oleh ombak di pelabuhan Tanjung Priok itu.
Baca juga: Cerita di Balik Lukisan Claude Monet yang Dilempar Kentang Tumbuk oleh Aktivis
Selintas itulah gambaran mengenai pameran Jakarta Digital Art Festival yang menampilkan tujuh lukisan karya S. Sudjojono. Melalui video mapping itu para pengunjung pun dapat menikmati karya seni dengan pengalaman baru yang lebih estetik dan lebih interaktif .
Pameran imersif itu dibuka dengan pertunjukan magical forest yang menampilkan adegan video mapping hutan tropis di Indonesia dengan beragam flora berwarna-warni. Adegan lalu berpindah ke sederetan karya S. Sudjojono, salah satunya lukisan berjudul Tanjung Priok (1975).
Dalam video itu tampak perahu dan kapal yang berada dalam lukisan tersebut bergerak di atas tembok, pengunjung seolah dibawa menuju salah satu lokasi favorit S.Sudjojono saat melukis di luar ruangan atau plein eir, yakni di Pasar Ikan Jakarta.
Selain Tanjung Priok, dihadirkan pula lukisan bertajuk Gadis Sumatera (1966), Prambanan Seko (1968), Pak Karso (1959), Wanita Di atas Bukit (1950-1970) , Maka Lahirlah Angkatan 66 (1966), dan Pertempuran Antara Sultan Agung dan JP Coen (1973).
Seluruh lukisan di atas enam di antaranya merupakan koleksi Museum Seni Rupa dan Keramik yang turut pula dihadirkan karya aslinya. Adapun, lukisan berjudul Pertempuran Antara Sultan Agung dan JP Coen yang menjadi koleksi Museum Kesejarahan Jakarta tidak dapat dihadirkan karena terbatasnya ruang.
Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi DKI Jakarta, Andhika Permata mengatakan dengan pameran imersif karya S. Sudjojono dapat menjadi salah satu upaya untuk membentuk ekosistem di subsektor seni rupa Indonesia.
"Lewat Jakarta Digital Art Festival, kami mengolaborasikan karya seni lukis maestro pelukis Indonesia dengan video projection mapping agar karya bisa menjadi lebih hidup” kata Andhika dalam siaran tertulis.
Sementara itu, Maya Sudjojono, putri dari maestro lukis S. Sudjojono berharap ke depannya akan lebih banyak lagi lukisan karya maestro lukis Indonesia yang bisa dibuat menjadi digital art dan video mapping agar semakin dikenali khalayak.
Maya menuturkan, saat karya-karya ayahnya, S. Sudjojono dialihwahanakan melalui teknologi video mapping hasilnya memang menjadi lebih hidup. Dia pun turut mengapresiasi pemeran tersebut yang menurutnya tidak kalah dengan gelaran pameran yang diselenggarakan di luar negeri.
Pasalnya, melalui pameran seperti ini para penonton juga akan lebih interaktif dalam mengapresiasi karya seni karena menggunakan indera tambahan lain, yakni pendengaran melalui video mapping yang ditampilkan.
"Harapan khusus kami kedepannya semoga pameran seperti ini bisa diselenggarakan minimal seminggu karena sayang sekali kalau hanya dua hari karena saya yakin ini sesuatu yang sangat baik untuk dilihat para generasi muda," papar Maya pada Hyeabis.id.
Sementara itu, pameran S. Sudjojono The Immersive Experience Jakarta Digital Art Festival 2022 berlangsung di Museum Seni Rupa dan Keramik Kawasan Kota Tua, pada 3-4 Desember 2022.
Baca juga: Perlu Waktu 77 Tahun untuk Menyadari Lukisan Mondrian Ini Ternyata dipajang Terbalik
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Dika Irawan
Para pengunjung berdiri dengan tenang saat teknologi digital video mapping itu menyajikan proyeksi gambar bergerak dengan suara deburan ombak dan suara burung camar berterbangan. Mereka seolah ikut 'masuk' dalam lukisan yang menggambarkan perahu yang terombang-ambing oleh ombak di pelabuhan Tanjung Priok itu.
Baca juga: Cerita di Balik Lukisan Claude Monet yang Dilempar Kentang Tumbuk oleh Aktivis
Selintas itulah gambaran mengenai pameran Jakarta Digital Art Festival yang menampilkan tujuh lukisan karya S. Sudjojono. Melalui video mapping itu para pengunjung pun dapat menikmati karya seni dengan pengalaman baru yang lebih estetik dan lebih interaktif .
Pameran imersif itu dibuka dengan pertunjukan magical forest yang menampilkan adegan video mapping hutan tropis di Indonesia dengan beragam flora berwarna-warni. Adegan lalu berpindah ke sederetan karya S. Sudjojono, salah satunya lukisan berjudul Tanjung Priok (1975).
Dalam video itu tampak perahu dan kapal yang berada dalam lukisan tersebut bergerak di atas tembok, pengunjung seolah dibawa menuju salah satu lokasi favorit S.Sudjojono saat melukis di luar ruangan atau plein eir, yakni di Pasar Ikan Jakarta.
Selain Tanjung Priok, dihadirkan pula lukisan bertajuk Gadis Sumatera (1966), Prambanan Seko (1968), Pak Karso (1959), Wanita Di atas Bukit (1950-1970) , Maka Lahirlah Angkatan 66 (1966), dan Pertempuran Antara Sultan Agung dan JP Coen (1973).
Seluruh lukisan di atas enam di antaranya merupakan koleksi Museum Seni Rupa dan Keramik yang turut pula dihadirkan karya aslinya. Adapun, lukisan berjudul Pertempuran Antara Sultan Agung dan JP Coen yang menjadi koleksi Museum Kesejarahan Jakarta tidak dapat dihadirkan karena terbatasnya ruang.
Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi DKI Jakarta, Andhika Permata mengatakan dengan pameran imersif karya S. Sudjojono dapat menjadi salah satu upaya untuk membentuk ekosistem di subsektor seni rupa Indonesia.
"Lewat Jakarta Digital Art Festival, kami mengolaborasikan karya seni lukis maestro pelukis Indonesia dengan video projection mapping agar karya bisa menjadi lebih hidup” kata Andhika dalam siaran tertulis.
Sementara itu, Maya Sudjojono, putri dari maestro lukis S. Sudjojono berharap ke depannya akan lebih banyak lagi lukisan karya maestro lukis Indonesia yang bisa dibuat menjadi digital art dan video mapping agar semakin dikenali khalayak.
Maya menuturkan, saat karya-karya ayahnya, S. Sudjojono dialihwahanakan melalui teknologi video mapping hasilnya memang menjadi lebih hidup. Dia pun turut mengapresiasi pemeran tersebut yang menurutnya tidak kalah dengan gelaran pameran yang diselenggarakan di luar negeri.
Pasalnya, melalui pameran seperti ini para penonton juga akan lebih interaktif dalam mengapresiasi karya seni karena menggunakan indera tambahan lain, yakni pendengaran melalui video mapping yang ditampilkan.
"Harapan khusus kami kedepannya semoga pameran seperti ini bisa diselenggarakan minimal seminggu karena sayang sekali kalau hanya dua hari karena saya yakin ini sesuatu yang sangat baik untuk dilihat para generasi muda," papar Maya pada Hyeabis.id.
Sementara itu, pameran S. Sudjojono The Immersive Experience Jakarta Digital Art Festival 2022 berlangsung di Museum Seni Rupa dan Keramik Kawasan Kota Tua, pada 3-4 Desember 2022.
Baca juga: Perlu Waktu 77 Tahun untuk Menyadari Lukisan Mondrian Ini Ternyata dipajang Terbalik
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.