Seni Media Baru Berkembang Pesat, Bagaimana Nasib Seni Konvensional?
30 November 2022 |
19:37 WIB
Seni konvensional yang berkaitan dengan lukisan, patung, dan sebagainya masih tetap eksis hingga saat ini meskipun seni media baru terus mengalami perkembangan signifikan dari waktu ke waktu. Hal itu, tidak lepas dari karakteristik karya yang memiliki keunikan tersendiri pada tiap-tiap media tersebut.
Kurator Asikin Hasan mengatakan bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan seni konvensional masih tetap bertahan dan tetap mampu berjalan beriringan sampai hingga saat ini.
Baca juga: Mengabadikan Eksotisme & Keindahan Indonesia dalam Seni Lukis Cat Air
Faktor pertama adalah pengalaman menikmati seni secara langsung atau fisik, berbeda dengan pengalaman menikmati seni media baru. Faktor kedua adalah infrastruktur terkait dengan seni konvensional sangat kuat.
“Di antaranya sejarah, museum, galeri, kolektor, pasar, pencinta seni, dan lain sebagainya,” katanya kepada Hypeabis.id.
Kemudian, faktor lain yang membuat seni konvensional masih tetap eksis adalah karena ada ribuan buku dan teori yang menopang seni konvensional.
Dia mengungkapkan bahwa seni konvensional memang sempat dikira akan mati atau hilang, seiring dengan perkembangan teknologi pada era 1980an. Namun, pada kenyataannya seni konvensional seperti lukisan, patung, dan sebagainya kerap berada di ruang pamer sampai dengan saat ini.
Menurutnya, seni konvensional dan seni media baru berjalan di jalurnya sendiri-sendiri. Di sisi lain, seni media baru di dalam negeri memiliki perkembangan yang sangat cepat, dan kadang membuat generasi yang lebih tua memerlukan energi ekstra untuk mengamati perkembangannya.
Asikin melihat seorang seniman memilih berkarya dalam seni media baru lantaran yang utama adalah habit. Mereka tumbuh bersama teknologi informasi yang menjadi bagian dari kehidupan mereka sehari-hari.
Apalagi mayoritas para seniman yang berkarya dengan seni media baru adalah generasi milenial dan juga generasi Z. “Aspek komunikasi, interaksi, penjelajahan media, dan eksperimentasi adalah bagian yang terus-menerus menantang mereka,” ujarnya.
Seniman media baru pun sangat diuntungkan oleh perkembangan teknologi digital, sehingga mereka bisa mewujudkan dan melakukan eksperimen dengan segala macam gagasan.
Sementara itu, apresiasi publik terhadap media baru juga berkembang jauh pada saat ini. Dia menuturkan apresiasi terhadap karya seni membutuhkan waktu, dimulai dari membangun rasa senang terhadap karya, ingin tahu, dan sebagainya.
Sebelumnya, Asikin menuturkan bahwa media baru yang terus berkembang di dalam negeri dapat memberikan peluang seniman lebih eksploratif dalam menghasilkan karya, dari yang awalnya sulit diwujudkan menjadi mungkin dan memiliki penjelajahan yang tidak terbatas.
Kedua hal tersebut dapat terjadi lantaran seni media baru lebih fokus pada persoalan tentang persoalan-persoalan teknologi dan perkembangan teknologi informasi atau digital.
Karya yang pada awalnya tidak mungkin dan lantas menjadi mungkin juga memiliki penjelajahan yang tidak terbatas. Hal itu juga dapat terlihat dalam pameran interaktif Age of Consent yang diadakan secara daring di laman galeri.salihara.org dari 19 November 2022 sampai dengan 28 Mei 2023.
Dalam pameran itu karya-karya dari para seniman yang terlibat mengajak audiens atau penikmat seni untuk ikut berinteraksi dan terlibat dalam karya yang dikerjakan oleh seniman.
Baca juga: Keuntungan NFT Bagi Seniman, Salah Satunya Memperluas Jangkauan Kolektor
Tidak hanya itu, menurutnya, penjelajahan yang mampu disentuh oleh seni media baru adalah sesuatu yang sangat menarik. Seni dan ilmu pengetahun atau teknologi dapat mungkin saling kait kelindan dalam seni media baru. Sementara di karya seni konvensional, kemungkinan itu kecil.
Editor: Fajar Sidik
Kurator Asikin Hasan mengatakan bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan seni konvensional masih tetap bertahan dan tetap mampu berjalan beriringan sampai hingga saat ini.
Baca juga: Mengabadikan Eksotisme & Keindahan Indonesia dalam Seni Lukis Cat Air
Faktor pertama adalah pengalaman menikmati seni secara langsung atau fisik, berbeda dengan pengalaman menikmati seni media baru. Faktor kedua adalah infrastruktur terkait dengan seni konvensional sangat kuat.
“Di antaranya sejarah, museum, galeri, kolektor, pasar, pencinta seni, dan lain sebagainya,” katanya kepada Hypeabis.id.
Kemudian, faktor lain yang membuat seni konvensional masih tetap eksis adalah karena ada ribuan buku dan teori yang menopang seni konvensional.
Dia mengungkapkan bahwa seni konvensional memang sempat dikira akan mati atau hilang, seiring dengan perkembangan teknologi pada era 1980an. Namun, pada kenyataannya seni konvensional seperti lukisan, patung, dan sebagainya kerap berada di ruang pamer sampai dengan saat ini.
Menurutnya, seni konvensional dan seni media baru berjalan di jalurnya sendiri-sendiri. Di sisi lain, seni media baru di dalam negeri memiliki perkembangan yang sangat cepat, dan kadang membuat generasi yang lebih tua memerlukan energi ekstra untuk mengamati perkembangannya.
“Saya kagum melihat generasi media baru sekarang. Mereka punya energi lebih yang mempercepat perkembangannya dalam berkarya,” ujar Kurator Asikin Hasan.
Asikin melihat seorang seniman memilih berkarya dalam seni media baru lantaran yang utama adalah habit. Mereka tumbuh bersama teknologi informasi yang menjadi bagian dari kehidupan mereka sehari-hari.
Apalagi mayoritas para seniman yang berkarya dengan seni media baru adalah generasi milenial dan juga generasi Z. “Aspek komunikasi, interaksi, penjelajahan media, dan eksperimentasi adalah bagian yang terus-menerus menantang mereka,” ujarnya.
Seniman media baru pun sangat diuntungkan oleh perkembangan teknologi digital, sehingga mereka bisa mewujudkan dan melakukan eksperimen dengan segala macam gagasan.
Sementara itu, apresiasi publik terhadap media baru juga berkembang jauh pada saat ini. Dia menuturkan apresiasi terhadap karya seni membutuhkan waktu, dimulai dari membangun rasa senang terhadap karya, ingin tahu, dan sebagainya.
Sebelumnya, Asikin menuturkan bahwa media baru yang terus berkembang di dalam negeri dapat memberikan peluang seniman lebih eksploratif dalam menghasilkan karya, dari yang awalnya sulit diwujudkan menjadi mungkin dan memiliki penjelajahan yang tidak terbatas.
Kedua hal tersebut dapat terjadi lantaran seni media baru lebih fokus pada persoalan tentang persoalan-persoalan teknologi dan perkembangan teknologi informasi atau digital.
Karya yang pada awalnya tidak mungkin dan lantas menjadi mungkin juga memiliki penjelajahan yang tidak terbatas. Hal itu juga dapat terlihat dalam pameran interaktif Age of Consent yang diadakan secara daring di laman galeri.salihara.org dari 19 November 2022 sampai dengan 28 Mei 2023.
Dalam pameran itu karya-karya dari para seniman yang terlibat mengajak audiens atau penikmat seni untuk ikut berinteraksi dan terlibat dalam karya yang dikerjakan oleh seniman.
Baca juga: Keuntungan NFT Bagi Seniman, Salah Satunya Memperluas Jangkauan Kolektor
Tidak hanya itu, menurutnya, penjelajahan yang mampu disentuh oleh seni media baru adalah sesuatu yang sangat menarik. Seni dan ilmu pengetahun atau teknologi dapat mungkin saling kait kelindan dalam seni media baru. Sementara di karya seni konvensional, kemungkinan itu kecil.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.