Musisi Sebut Sebagian Besar Konser Musik di Indonesia Berjalan Rapi
16 November 2022 |
20:09 WIB
Setelah dua tahun pandemi, animo masyarakat Indonesia terhadap gelaran konser musik saat ini boleh dibilang sangat besar. Tak ayal, setiap gelaran konser musik dari berbagai skala yang mulai dihelat kembali tahun ini nyaris selalu dipadati pengunjung.
Sayangnya, dalam pelaksanaannya, ada beberapa festival musik yang mengalami kendala seperti diantaranya Berdendang Bergoyang di Jakarta, konser NCT 127 di ICE BSD, dan Kickfest 2022 di Bandung. Permasalahan yang dihadapi mulai dari kapasitas penonton yang berlebih hingga kurang terorganisirnya keamanan penonton.
Baca juga: 2 Saint Loco Rayakan Dua Dekade Bermusik lewat Konser A Journey Back Home
Kejadian tersebut rupaya membawa dampak pada konser-konser yang akan dihelat di dalam negeri. Saat ini perizinan penyelenggaraan konser menjadi satu persoalan alot yang tengah dihadapi oleh para promotor dan penyelenggara konser.
Cholil Mahmud, Anggota Komite Musik Dewan Kesenian Jakarta (DKJ), mengatakan sepanjang tahun ini industri konser musik di Indonesia sedang mengalami pertumbuhan setelah urung digelar akibat pandemi selama dua tahun.
Menurutnya, saat ini adalah momentum yang tepat bagi seluruh pelaku industri konser dan festival musik untuk berbenah dan belajar bagaimana menyelenggarakan acara dengan skala besar yang terorganisir, serta mengedepankan keamanan dan kenyamanan seluruh pihak.
Sementara dari sisi penonton, Cholil mengatakan diperlukan adanya pemahaman akan peran dan dampak mereka dalam suatu perhelatan konser. Misalnya, para penonton yang fanatik akan suatu konser atau musisi, juga harus bisa mengontrol dirinya agar tidak merugikan pihak lain.
Menurut pria yang juga dikenal sebagai vokalis grup band Efek Rumah Kaca itu, sebagian besar penyelenggaraan konser di Tanah Air sudah berjalan dengan baik jika dibandingkan dengan segelintir konser yang berujung ricuh.
"Jadi lebih banyak yang rapi. Tetapi kita juga perlu hati-hati jangan sampai ada satu yang enggak rapi itu memakan korban. Jadi safety concern itu penting banget," katanya kepada Hypeabis.id, baru-baru ini.
Sebagai musisi yang kerap menjadi penampil dalam konser maupun festival musik, Cholil mengungkapkan ada beberapa tanda yang bisa dilihat jika suatu promotor konser bermasalah, seperti misalnya alur koordinasi yang tidak lancar hingga pembagian kerja yang tidak teratur. "Kalau penyelenggara yang rapi, pemisahan kerja atau jobdesk-nya itu lebih baik," ucapnya.
Demi berjalannya konser yang aman, Cholil mengatakan diperlukan adanya pengecekan yang ketat dan menyeluruh dari pihak terkait seperti kepolisian terhadap rencana penyelenggaraan konser dari pihak promotor, mulai dari penjualan tiket, tata panggung, alur acara, kontrol keramaian (crowd control), hingga kebutuhan medis.
"Jadi perlu diperjelas lagi dan nanti bisa cross check, apakah yang dikatakan mereka [promotor] benar atau enggak. Hasil penjelasan itu bisa dianalisis lebih lanjut oleh pihak pemberi izin," imbuhnya.
Menurutnya, pihak berwenang perlu mengambil tindakan tegas terhadap promotor konser yang bermasalah, namun tidak menghambat promotor lain yang sudah memiliki organisasi atau manajemen penyelenggaraan konser yang baik. "Jadi enggak pukul rata," tegasnya.
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal APMI Emil Mahyudin, mengatakan pihaknya mendapatkan banyak laporan dari para anggota promotor di mana banyak penyelenggaraan festival musik terdampak akibat insiden yang terjadi di konser Berdendang Bergoyang.
Dampak yang dirasakan antara lain, mulai dari pelarangan untuk mengadakan konser di area outdoor, durasi konser yang dibatasi hanya sampai pukul 6 sore, hingga pembatalan acara.
Emil mengatakan pihaknya akan terus melakukan advokasi dengan beberapa pemangku kebijakan guna memastikan bahwa industri konser musik di Indonesia bisa terus berjalan. "Kami sangat berkeyakinan bahwa konser musik itu adalah industri yang paling memberikan efek bola salju terhadap pertumbuhan ekonomi," imbuhnya.
Editor: Dika Irawan
Sayangnya, dalam pelaksanaannya, ada beberapa festival musik yang mengalami kendala seperti diantaranya Berdendang Bergoyang di Jakarta, konser NCT 127 di ICE BSD, dan Kickfest 2022 di Bandung. Permasalahan yang dihadapi mulai dari kapasitas penonton yang berlebih hingga kurang terorganisirnya keamanan penonton.
Baca juga: 2 Saint Loco Rayakan Dua Dekade Bermusik lewat Konser A Journey Back Home
Kejadian tersebut rupaya membawa dampak pada konser-konser yang akan dihelat di dalam negeri. Saat ini perizinan penyelenggaraan konser menjadi satu persoalan alot yang tengah dihadapi oleh para promotor dan penyelenggara konser.
Cholil Mahmud, Anggota Komite Musik Dewan Kesenian Jakarta (DKJ), mengatakan sepanjang tahun ini industri konser musik di Indonesia sedang mengalami pertumbuhan setelah urung digelar akibat pandemi selama dua tahun.
Menurutnya, saat ini adalah momentum yang tepat bagi seluruh pelaku industri konser dan festival musik untuk berbenah dan belajar bagaimana menyelenggarakan acara dengan skala besar yang terorganisir, serta mengedepankan keamanan dan kenyamanan seluruh pihak.
Sementara dari sisi penonton, Cholil mengatakan diperlukan adanya pemahaman akan peran dan dampak mereka dalam suatu perhelatan konser. Misalnya, para penonton yang fanatik akan suatu konser atau musisi, juga harus bisa mengontrol dirinya agar tidak merugikan pihak lain.
Menurut pria yang juga dikenal sebagai vokalis grup band Efek Rumah Kaca itu, sebagian besar penyelenggaraan konser di Tanah Air sudah berjalan dengan baik jika dibandingkan dengan segelintir konser yang berujung ricuh.
"Jadi lebih banyak yang rapi. Tetapi kita juga perlu hati-hati jangan sampai ada satu yang enggak rapi itu memakan korban. Jadi safety concern itu penting banget," katanya kepada Hypeabis.id, baru-baru ini.
Sebagai musisi yang kerap menjadi penampil dalam konser maupun festival musik, Cholil mengungkapkan ada beberapa tanda yang bisa dilihat jika suatu promotor konser bermasalah, seperti misalnya alur koordinasi yang tidak lancar hingga pembagian kerja yang tidak teratur. "Kalau penyelenggara yang rapi, pemisahan kerja atau jobdesk-nya itu lebih baik," ucapnya.
Demi berjalannya konser yang aman, Cholil mengatakan diperlukan adanya pengecekan yang ketat dan menyeluruh dari pihak terkait seperti kepolisian terhadap rencana penyelenggaraan konser dari pihak promotor, mulai dari penjualan tiket, tata panggung, alur acara, kontrol keramaian (crowd control), hingga kebutuhan medis.
"Jadi perlu diperjelas lagi dan nanti bisa cross check, apakah yang dikatakan mereka [promotor] benar atau enggak. Hasil penjelasan itu bisa dianalisis lebih lanjut oleh pihak pemberi izin," imbuhnya.
Menurutnya, pihak berwenang perlu mengambil tindakan tegas terhadap promotor konser yang bermasalah, namun tidak menghambat promotor lain yang sudah memiliki organisasi atau manajemen penyelenggaraan konser yang baik. "Jadi enggak pukul rata," tegasnya.
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal APMI Emil Mahyudin, mengatakan pihaknya mendapatkan banyak laporan dari para anggota promotor di mana banyak penyelenggaraan festival musik terdampak akibat insiden yang terjadi di konser Berdendang Bergoyang.
Dampak yang dirasakan antara lain, mulai dari pelarangan untuk mengadakan konser di area outdoor, durasi konser yang dibatasi hanya sampai pukul 6 sore, hingga pembatalan acara.
Emil mengatakan pihaknya akan terus melakukan advokasi dengan beberapa pemangku kebijakan guna memastikan bahwa industri konser musik di Indonesia bisa terus berjalan. "Kami sangat berkeyakinan bahwa konser musik itu adalah industri yang paling memberikan efek bola salju terhadap pertumbuhan ekonomi," imbuhnya.
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.