strabismus terjadi akibat gangguan atau kelemahan kontrol otak terhadap otot mata (Sumber gambar ilustrasi: pexels/ cottonbro studio)

Penyandang Mata Juling Rentan Terhadap Berbagai Ancaman Ini

12 November 2022   |   19:32 WIB
Image
Yudi Supriyanto Jurnalis Hypeabis.id

Penderita strabismus atau yang kerap disebut mata juling berisiko sulit mendapatkan hidup yang berkualitas, selain kesehatan penglihatan lantaran beberapa faktor yang dialami oleh para penderita. Salah satunya adalah stigma yang keliru di masyarakat. 

Dokter Gusti G. Suardana, Direktur Medik RS Mata JEC, mengatakan bahwa masyarakat masih melihat penyandang strabismus sebagai kelompok yang berbeda. Prasangka, kesalahpahaman, dan perlakuan negatif akibat stigma yang keliru turut meningkatkan tekanan sosial yang mau tidak mau sering dialami oleh penderita.

Baca juga: Begini Cara Mencegah Kelainan Refraksi pada Mata

“Penyandang mata juling tidak hanya berisiko terdampak dari sisi kesehatan penglihatannya saja. Strabismus juga memberi dampak yang menyulitkan penyandangnya mendapatkan hidup berkualitas,” katanya.

Dia menambahkan bahwa temuan lain menyebutkan penyandang strabismus berisiko mengalami gangguan mental 10 persen lebih tinggi, termasuk lebih rentang terhadap gangguan psikologis seperti keinginan bunuh diri, depresi, ansietas, fobia sosial, hingga skizofrenia.

Terhadap anak-anak, penderita strabismus berisiko memengaruhi perkembangan fungsi penglihatan anak. Kemudian, tanpa penanganan yang tepat, penderita juga berisiko terkena mata malas atau ambliopia dan gangguan perkembangan binokularitas.

Binokularitas adalah gangguan pada pembentukan kemampuan penglihatan tiga dimensi atau binokular.  Dia menuturkan bahwa strabismus terjadi akibat gangguan atau kelemahan kontrol otak terhadap otot mata, sehingga bola mata tidak berada di posisi yang sejajar satu sama lain (neuromuscular weakness).

Sebuah studi terbaru melaporkan prevalensi strabismus secara global diperkirakan mencapai 1,93 persen. Angka ini menunjukkan bahwa setidaknya 148 juta orang di seluruh dunia menyandang strabismus.

Sementara itu, hasil pemeriksaan mata lengkap terhadap 3.009 anak usia 6-72 bulan di Singapura memperlihatkan bahwa 15 persen di antaranya mengalami strabismus.

Dokter Darwan M. Purba mengatakan bahwa setiap orang berhak mendapatkan penglihatan optimal dan hidup yang berkualitas. Penyandang strabismus juga tidak berbeda, dan memiliki kesempatan yang sama.  “Hidup mereka secara psikososial tidak berhenti lantaran menyandang strabismus,” katanya.

Dia menambahkan bahwa para penderita strabismus harus mendapatkan dorongan untuk bisa bangkit. Salah satu dari sejumlah dorongan itu adalah melalui operasi mata juling, sehingga para penderita mampu kian berkembang dan maju menggapai masa depan yang lebih baik.

Tidak hanya itu, dia juga memiliki harapan bahwa masyarakat luas di dalam negeri menjadi memiliki pengetahuan bahwa mata juling atau strabismus bisa ditangani dan diperbaiki dengan kegiatan Bakti Sosial Operasi Mata Juling.

Untuk diketahui, RS Mata JEC @ Kedoya menggagas Bakti Sosial Operasi Mata Juling JEC untuk meningkatkan kualitas hidup penyandang strabismus di Indonesia melalui pemberian operasi mata juling gratis kepada 100 pasien. Inisiatif ini diklaim menjadi aksi sosial perdana yang berfokus pada penanganan mata juling di Indonesia.

Pelaksanaan tindakan operasi terhadap seratus penyandang mata juling berlangsung mulai 7 hingga 18 November 2023 di Rumah Sakit Mata JEC @ Kedoya.

Baca juga: Menghilangkan Mata Panda Cukup Pakai Es Batu, Simak Caranya Yuk!

Editor: Dika Irawan

SEBELUMNYA

Selain Stadion, Qatar Memiliki Sejumlah Galeri Seni yang Menarik untuk Didatangi

BERIKUTNYA

Rosakis, Youtuber Asal Korea yang Gemar Memasak Makanan Asli Indonesia

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: