Jangan Asal Pilih Obat Covid-19, Waspadai Efek Sampingnya
30 June 2021 |
09:13 WIB
Akhir-akhir ini sering beredar daftar obat yang boleh dikonsumsi oleh pasien Covid-19 yang sedang menjalani isolasi mandiri. Obat-obat tersebut diklaim sebagai obat yang selalu diberikan di rumah sakit untuk pasien Covid.
Akhirnya, banyak masyarakat yang membeli sendiri semua obat yang ada di daftar tersebut saat terinfeksi Covid-19.
Melalui unggahan di akun Instagram pribadinya, Dokter Spesialis Penyakit Dalam RA Adaninggar mengatakan penggunaan obat harus secara rasional untuk mencapai tujuan pengobatan yang tepat, efektif, efisien, dan mengurangi risiko efek yang merugikan.
“Hal itu didasari oleh beberapa hal yaitu sesuai kebutuhan klinis pasien, dosis yang sesuai, lama pemberian yang benar, dan biaya terjangkau. Namun, yang bisa menilai semua indikator tersebut adalah dokter dibantu oleh apoteker” katanya.
Selain itu, dokter yang akrab disapa Ning itu juga mengatakan kondisi klinis pasien Covid pun berbeda-beda mulai dari gejala klinisnya, penyakit komorbid, umur, sampai konsumsi rutin obat penyakit komorbid, sehingga obat yang boleh dan bisa digunakan oleh pasien satu akan berbeda dengan pasien lainnya.
Dalam pasien Covid-19, obat-obat yang diberikan tujuan utamanya adalah untuk mendukung antibodi karena belum ada obat yang secara definitif bisa mengatasinya. Namun, hal itu juga tetap hanya dokter yang layak menentukan obat-obatan apa yang bisa dikonsumsi.
Ning juga mengatakan bahwa saat ini ada tiga jenis obat yang harus diberikan secara rasional untuk pasien Covid-19 sesuai petunjuk dokter yaitu antibiotik, antivirus, dan antiradang.
Obat antibiotik digunakan untuk infeksi bakteri, antivirus untuk menangani penyakit yang disebabkan infeksi virus, dan anti radang diberikan untuk pasien Covid-19 dengan gejala berat seperti alergi, autoimun, dan radang sendi kronik.
“Obat yang boleh dibeli sendiri sementara obat-obat pereda gejala seperti obat flu, batuk-pilek, penurun panas, anti mual dan muntah, pengencer dahak, serta vitamin,” imbuhnya.
Selain itu, ketika membeli obat, selalu cek izin edar BPOM serta konsultasi ke dokter terkait dosis, lama pemberian, indikasi, kontraindikasi, dan risiko efek samping.
Editor; Fajar Sidik
Akhirnya, banyak masyarakat yang membeli sendiri semua obat yang ada di daftar tersebut saat terinfeksi Covid-19.
Melalui unggahan di akun Instagram pribadinya, Dokter Spesialis Penyakit Dalam RA Adaninggar mengatakan penggunaan obat harus secara rasional untuk mencapai tujuan pengobatan yang tepat, efektif, efisien, dan mengurangi risiko efek yang merugikan.
“Hal itu didasari oleh beberapa hal yaitu sesuai kebutuhan klinis pasien, dosis yang sesuai, lama pemberian yang benar, dan biaya terjangkau. Namun, yang bisa menilai semua indikator tersebut adalah dokter dibantu oleh apoteker” katanya.
Selain itu, dokter yang akrab disapa Ning itu juga mengatakan kondisi klinis pasien Covid pun berbeda-beda mulai dari gejala klinisnya, penyakit komorbid, umur, sampai konsumsi rutin obat penyakit komorbid, sehingga obat yang boleh dan bisa digunakan oleh pasien satu akan berbeda dengan pasien lainnya.
Dalam pasien Covid-19, obat-obat yang diberikan tujuan utamanya adalah untuk mendukung antibodi karena belum ada obat yang secara definitif bisa mengatasinya. Namun, hal itu juga tetap hanya dokter yang layak menentukan obat-obatan apa yang bisa dikonsumsi.
Ning juga mengatakan bahwa saat ini ada tiga jenis obat yang harus diberikan secara rasional untuk pasien Covid-19 sesuai petunjuk dokter yaitu antibiotik, antivirus, dan antiradang.
Obat antibiotik digunakan untuk infeksi bakteri, antivirus untuk menangani penyakit yang disebabkan infeksi virus, dan anti radang diberikan untuk pasien Covid-19 dengan gejala berat seperti alergi, autoimun, dan radang sendi kronik.
“Obat yang boleh dibeli sendiri sementara obat-obat pereda gejala seperti obat flu, batuk-pilek, penurun panas, anti mual dan muntah, pengencer dahak, serta vitamin,” imbuhnya.
Selain itu, ketika membeli obat, selalu cek izin edar BPOM serta konsultasi ke dokter terkait dosis, lama pemberian, indikasi, kontraindikasi, dan risiko efek samping.
Editor; Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.