Uji Coba Pencampuran 2 Jenis Vaksin Covid-19, Ahli Klaim Efektif Atasi Varian Delta
30 June 2021 |
09:26 WIB
Genhype pasti sudah tahu kalau vaksin menjadi salah satu cara untuk mencegah dan mengurangi risiko keparahan gejala apabila terinfeksi Covid-19. Selama ini, sebagian dari kita yang sudah divaksin, diberikan 2 dosis vaksin dengan jenis yang sama. Namun apa jadinya bila jenis yang diberikan berbeda?
Sebelumnya, dikabarkan bahwa satu studi yang dilakukan oleh kelompok penelitian Com-Cov dari Oxford University, di Inggris, ternyata mencampurkan dua merek vaksin yang berbeda lebih dari sekadar aman bahkan lebih efektif menangani Covid-19, lho.
Dalam uji coba ini, para ahli melihat kemanjuran pemberian dua dosis vaksin Pfizer, dua dosis vaksin AstraZeneca, dan dua dosis vaksin Pfizer diikuti AstraZeneca atau sebaliknya.
Adapun penelitian ini dilakukan untuk menawarkan fleksibilitas terhadap vaksin AstraZeneca yang berpotensi kurang efektif terhadap Covid-19 varian Delta.
Beberapa negara diketahui sudah menggunakan dosis campuran, seperti yang terjadi di Spanyol dan Jerman dengan mencampur pemakaian vaksin mRNA Pfizer atau Moderna, sebagai dosis kedua kepada orang yang lebih muda dan telah menerima dosis pertama vaksin AstraZeneca.
Studi Com-Cov melibatkan 850 sukarelawan berusia 50 tahun ke atas, yang menerima dua dosis vaksin dalam jangka waktu 4 minggu.
Hasilnya, pemberian vaksin AstraZeneca yang diikuti oleh Pfizer menginduksi antibodi dan respons sel T yang lebih tinggi daripada pemberian vaksin Pfizer diikuti oleh AstraZenceca. Kedua campuran ini pun menginduksi antibodi yang lebih tinggi daripada dua dosis AstraZeneca.
Respons antibodi tertinggi terlihat setelah dua dosis vaksin Pfizer diberikan dan respons sel T tertinggi terlihat dari pemberian vaksin AstraZeneca diikuti oleh Pfizer.
Sebelumnya, Prof Matthew Snape dari Universitas Oxford, peneliti utama dalam Studi Com-Cov ini mengatakan temuan menunjukkan jadwal dosis campuran efektif mengatasi Covid-19 termasuk varian Delta walaupun pemberian dilakukan dalam waktu 4 minggu.
Hasil uji coba dosis campuran untuk interval penyuntikan 12 minggu, katanya, akan tersedia di Inggris bulan depan. Namun, ada laporan bahwa mencampur vaksin ternyata menghasilkan lebih banyak efek samping jangka pendek seperti kedinginan, sakit kepala, dan nyeri otot.
Editor: Roni Yunianto
Sebelumnya, dikabarkan bahwa satu studi yang dilakukan oleh kelompok penelitian Com-Cov dari Oxford University, di Inggris, ternyata mencampurkan dua merek vaksin yang berbeda lebih dari sekadar aman bahkan lebih efektif menangani Covid-19, lho.
Dalam uji coba ini, para ahli melihat kemanjuran pemberian dua dosis vaksin Pfizer, dua dosis vaksin AstraZeneca, dan dua dosis vaksin Pfizer diikuti AstraZeneca atau sebaliknya.
Adapun penelitian ini dilakukan untuk menawarkan fleksibilitas terhadap vaksin AstraZeneca yang berpotensi kurang efektif terhadap Covid-19 varian Delta.
Beberapa negara diketahui sudah menggunakan dosis campuran, seperti yang terjadi di Spanyol dan Jerman dengan mencampur pemakaian vaksin mRNA Pfizer atau Moderna, sebagai dosis kedua kepada orang yang lebih muda dan telah menerima dosis pertama vaksin AstraZeneca.
Studi Com-Cov melibatkan 850 sukarelawan berusia 50 tahun ke atas, yang menerima dua dosis vaksin dalam jangka waktu 4 minggu.
Hasilnya, pemberian vaksin AstraZeneca yang diikuti oleh Pfizer menginduksi antibodi dan respons sel T yang lebih tinggi daripada pemberian vaksin Pfizer diikuti oleh AstraZenceca. Kedua campuran ini pun menginduksi antibodi yang lebih tinggi daripada dua dosis AstraZeneca.
Respons antibodi tertinggi terlihat setelah dua dosis vaksin Pfizer diberikan dan respons sel T tertinggi terlihat dari pemberian vaksin AstraZeneca diikuti oleh Pfizer.
Sebelumnya, Prof Matthew Snape dari Universitas Oxford, peneliti utama dalam Studi Com-Cov ini mengatakan temuan menunjukkan jadwal dosis campuran efektif mengatasi Covid-19 termasuk varian Delta walaupun pemberian dilakukan dalam waktu 4 minggu.
Hasil uji coba dosis campuran untuk interval penyuntikan 12 minggu, katanya, akan tersedia di Inggris bulan depan. Namun, ada laporan bahwa mencampur vaksin ternyata menghasilkan lebih banyak efek samping jangka pendek seperti kedinginan, sakit kepala, dan nyeri otot.
Editor: Roni Yunianto
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.