Artopologi Gelar Pameran Seni Terintegrasi Blockchain 'Rekam Masa'
03 November 2022 |
22:30 WIB
Perusahaan teknologi rintisan Artopologi.com menggelar pameran karya seni yang terintegrasi dengan rantai blok (blockchain) dan tajuk Rekam Masa di Museum Nasional Indonesia. Pameran yang berlangsung 28 Oktober-- 6 November 2022 itu merupakan upaya untuk menghubungkan ekosistem seni dan inovasi teknologi.
Tak hanya mengangkat karya dan peristiwa seni di ruang pamernya, pameran ini juga memperkenalkan kelebihan teknologi blockchain untuk merekam portofolio seorang seniman, jejak satu karya dan menyimpan sertifikat keasliannya dalam bentuk digital.
Seperti namanya, Rekam Masa adalah suatu pameran yang mengambil tema perjalanan waktu antara seni yang berpadu dengan teknologi. Makna 'Rekam Masa’ juga mengacu pada stempel waktu (time stamps) yang menjadi landasan teknologi blockchain, di mana setiap karya seni dalam pameran ini terintegrasi ke dalam jaringan tersebut.
Karya seni fisik yang ditampilkan dalam pameran ini di antaranya lukisan, fotografi, patung, instalasi, pertunjukan, fashion masterpiece, seni digital, serta instalasi art wedding dari para seniman senior seperti Teguh Ostenrik, Galam Zulkifli, Dipo Andy, Mang Moel, FJ Kunting, Rinaldy Yunardi, Didi Budiarjo, Ghea Panggabean, Joshua Irwandi, dan para seniman muda lainnya. Juga terdapat
Pada kesempatan yang sama, juga diluncurkan marketplace (lokapasar) Artopologi.com sebagai platform bertemunya para pencipta dan pecinta seni, sekaligus penyedia layanan sertifikasi keaslian digital berbasis blockchain untuk karya seni fisik seperti lukisan, patung, instalasi seni, objek seni, yang bersifat unik atau tidak ada duanya.
Founder Artopologi, Intan Wibisono, mengatakan penyelenggaraan pameran ini dibuat untuk mendorong upaya konvergensi dunia seni dengan teknologi. Sebab, dia menjelaskan bahwa saat ini teknologi telah bergerak menuju Web3 yang merupakan generasi ketiga dari jaringan internet.
Setiap karya seni yang ditampilkan di Artopologi akan didaftarkan di blockchain untuk mendapatkan certificate of authenticity (COA) atau sertifikat digital yang menjamin keotentikannya.
"Sertifikat tersebut juga berfungsi mengoptimalkan perlindungan hak penciptanya, sekaligus memberikan rasa aman bagi pecinta seni yang mengoleksi karya tersebut,” ujar Intan.
Menurutnya, teknologi blockchain dikenal unggul untuk mencatat sejarah data karya dan peristiwa seni, karena aman, transparan, otomatis, dan terdesentralisasi. Oleh karena itu, lanjutnya, integrasi antara seni dengan teknologi adalah keniscayaan untuk mendorong perkembangan dunia seni itu sendiri bertumbuh mengikuti zaman.
Baca juga 4 Cara Bisnis Kecil Dapat Manfaat dari Blockchain
“Berangkat dari keinginan untuk berkontribusi dalam dunia seni, kami ingin menghubungkan ekosistem seni dengan inovasi teknologi, sebagai gerbang baru pembuka jalan bagi seni untuk terus tumbuh dan bergerak maju,” katanya.
Anggota Dewan Pengawas Badan Layanan Umum Museum dan Cagar Budaya, Ricky Pesik, menyatakan apresiasi dan dukungan atas inisiatif Artopologi menyediakan platform yang dapat dibilang eksperimental namun sangat penting untuk perkembangan ekosistem seni rupa kontemporer secara keseluruhan.
Dia pun berharap ke depannya museum bisa menjadi ruang yang dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak untuk menjadi ruang bersama memperkenalkan terobosan baru di dunia seni.
“Semoga akan hadir pameran-pameran dengan terobosan, konsep, dan model baru yang memberi ruang kepada seniman-seniman kita menampilkan cara-cara baru kepada publik,” katanya.
Editor: Roni Yunianto
Tak hanya mengangkat karya dan peristiwa seni di ruang pamernya, pameran ini juga memperkenalkan kelebihan teknologi blockchain untuk merekam portofolio seorang seniman, jejak satu karya dan menyimpan sertifikat keasliannya dalam bentuk digital.
Seperti namanya, Rekam Masa adalah suatu pameran yang mengambil tema perjalanan waktu antara seni yang berpadu dengan teknologi. Makna 'Rekam Masa’ juga mengacu pada stempel waktu (time stamps) yang menjadi landasan teknologi blockchain, di mana setiap karya seni dalam pameran ini terintegrasi ke dalam jaringan tersebut.
Karya seni fisik yang ditampilkan dalam pameran ini di antaranya lukisan, fotografi, patung, instalasi, pertunjukan, fashion masterpiece, seni digital, serta instalasi art wedding dari para seniman senior seperti Teguh Ostenrik, Galam Zulkifli, Dipo Andy, Mang Moel, FJ Kunting, Rinaldy Yunardi, Didi Budiarjo, Ghea Panggabean, Joshua Irwandi, dan para seniman muda lainnya. Juga terdapat
Pada kesempatan yang sama, juga diluncurkan marketplace (lokapasar) Artopologi.com sebagai platform bertemunya para pencipta dan pecinta seni, sekaligus penyedia layanan sertifikasi keaslian digital berbasis blockchain untuk karya seni fisik seperti lukisan, patung, instalasi seni, objek seni, yang bersifat unik atau tidak ada duanya.
Founder Artopologi, Intan Wibisono, mengatakan penyelenggaraan pameran ini dibuat untuk mendorong upaya konvergensi dunia seni dengan teknologi. Sebab, dia menjelaskan bahwa saat ini teknologi telah bergerak menuju Web3 yang merupakan generasi ketiga dari jaringan internet.
Setiap karya seni yang ditampilkan di Artopologi akan didaftarkan di blockchain untuk mendapatkan certificate of authenticity (COA) atau sertifikat digital yang menjamin keotentikannya.
"Sertifikat tersebut juga berfungsi mengoptimalkan perlindungan hak penciptanya, sekaligus memberikan rasa aman bagi pecinta seni yang mengoleksi karya tersebut,” ujar Intan.
Menurutnya, teknologi blockchain dikenal unggul untuk mencatat sejarah data karya dan peristiwa seni, karena aman, transparan, otomatis, dan terdesentralisasi. Oleh karena itu, lanjutnya, integrasi antara seni dengan teknologi adalah keniscayaan untuk mendorong perkembangan dunia seni itu sendiri bertumbuh mengikuti zaman.
Baca juga 4 Cara Bisnis Kecil Dapat Manfaat dari Blockchain
“Berangkat dari keinginan untuk berkontribusi dalam dunia seni, kami ingin menghubungkan ekosistem seni dengan inovasi teknologi, sebagai gerbang baru pembuka jalan bagi seni untuk terus tumbuh dan bergerak maju,” katanya.
Anggota Dewan Pengawas Badan Layanan Umum Museum dan Cagar Budaya, Ricky Pesik, menyatakan apresiasi dan dukungan atas inisiatif Artopologi menyediakan platform yang dapat dibilang eksperimental namun sangat penting untuk perkembangan ekosistem seni rupa kontemporer secara keseluruhan.
Dia pun berharap ke depannya museum bisa menjadi ruang yang dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak untuk menjadi ruang bersama memperkenalkan terobosan baru di dunia seni.
“Semoga akan hadir pameran-pameran dengan terobosan, konsep, dan model baru yang memberi ruang kepada seniman-seniman kita menampilkan cara-cara baru kepada publik,” katanya.
Editor: Roni Yunianto
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.