Sejarah & Fakta Seputar Hari Dokter Nasional yang Diperingati Setiap 24 Oktober
24 October 2022 |
10:17 WIB
Hari Dokter Nasional diperingati setiap tahunnya pada 24 Oktober. Hari besar ini dirayakan rutin setiap tahun untuk mengingat jasa dokter-dokter hebat di seluauh Indonesia, bukan hanya di bidang kesehatan saja melainkan juga kontribusinya dalam sejarah perjuangan bangsa.
Dalam memperingati hari besar ini, para dokter biasanya mengadakan serangkaian kegiatan yang berhubungan dengan dunia kesehatan dan kedokteran. Mulai dari pengobatan gratis, senam, konsultasi kesehatan, webinar dan lokakarya, dan sejumlah acara lainnya.
Namun, tak lengkap rasanya merayakan Hari Dokter Nasional tanpa mengetahui sejarah di baliknya. Sebab, ternyata ada banyak fakta menarik yang menyelimuti Hari Dokter Nasional, loh. Penasaran? Simak ulasan berikut ini yuk!
Baca juga: Perhatikan 7 Hal Ini agar Konsultasi Online dengan Dokter lebih Efektif
Dikutip dari laman resmi IDI, perubahan Indische menjadi Indonesische merupakan respons dan bentuk nasionalisme yang timbul di antara para dokter dalam negeri ketika itu. Sebab, saat itu dokter pribumi seolah masih dianggap hanya sebagai tenaga kesehatan kelas dua.
Respons tersebut juga menunjukkan profesi dokter telah memantik rasa kesatuan dan persatuan. Pada 1940, VIG juga mengadakan kongres di Solo untuk memperjuangkan peningkatan upah dokter Melayu. Selain itu, mereka juga memperjuangkan pendidikan dokter Melayu menjadi asisten dengan prioritas pertama. Pada 1943, VIG dibubarkan karena Indonesia berada dalam masa pendudukan Jepang. Saat itu VIG diganti menjadi Jawa izi Hooko-Kai.
Terbentuknya IDI berawal dari Persatuan Thabib Indonesia (PB Perthabin) yang mengadakan pertemuan dengan Perkumpulan Dokter Indonesia (DP-PDI) pada 30 Juli 1950. Pertemuan yang diselenggarakan atas usul Dr Seno Sastromidjojo itu membuahkan hasil berupa kesepakatan untuk menggelar Muktamar Dokter Warganegara Indonesia.
Muktamar itu bertujuan untuk mendirikan suatu perkumpulan doter warga negara Indonesia yang baru, dan dapat menjadi representasi dunia dokter Indonesia. Tak tubuh waktu lama, Muktamar Ikatan Dokter Indonesia (MIDI) digelar di Deca Park, yang kemudian dikenal dengan gedung pertemuan Kotapraja Jakarta.
Laman situs resmi IDI mencatat, saat itu ada 181 dokter WNI yang hadir. Sebanyak 62 di antaranya datang dari luar Jakarta. Dalam Muktamar tersebut, Dr Sarwono Prawirohardjo terpilih sebagai ketua umum pertama IDI. Hasil muktamar tersebut kemudian disahkan oleh notaris R. Kadiman pada 24 Oktober 1950.
Pertemuan awal sebelum muktamar pembentukan IDI dilakukan Persatuan Thabib Indonesia (PB Perthabin) dan Perkumpulan Dokter Indonesia (DP-PDI). Namun, nama organisasi bagi para dokter di Indonesia justru tidak diawali kata ‘persatuan’ maupun ‘perkumpulan’.
Melalui muktamar yang digelar pada 1950, para dokter yang hadir kala itu sepakat untuk menggunakan kata 'ikatan' yang dapat merangkum perkumpulan mereka. Dilansir dari situs resmi IDI, kata ‘ikatan’ yang terdapat dalam nama perkumpulan adalah usul dari Dr R Soeharto.
Pengurus periode awal IDI kemudian mulai mencari lokasi kantor. Dr Tan Eng Tie yang saat itu menjadi bendahara IDI ditugaskan membeli gedung IDI di Jalan Sam Ratulangie, Jakarta. Dr Tan membelinya dari seorang warga Belanda dengan harga Rp300.000. Gedung ini sampai sekarang masih menjadi kanotr IDI Pusat.
Pada 2022, gedung sekretariat IDI tersebut diberi nama gedung Dr R Soeharto. Nama Dr R Soeharto dipilih karena dinilai telah memberikan sumbangsih yang besar dalam pembentukan organisasi dokter tersebut. Sekretariat Pengurus Besar IDI masih berkolasi di Jl Dr. G.S.S.Y. Ratulangi no. 29, Menteng, Jakarta Pusat.
Baca juga: Begini Sejarah Hari Aksi Kemanusiaan Sedunia yang Diperingati Setiap 19 Oktober
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Dalam memperingati hari besar ini, para dokter biasanya mengadakan serangkaian kegiatan yang berhubungan dengan dunia kesehatan dan kedokteran. Mulai dari pengobatan gratis, senam, konsultasi kesehatan, webinar dan lokakarya, dan sejumlah acara lainnya.
Namun, tak lengkap rasanya merayakan Hari Dokter Nasional tanpa mengetahui sejarah di baliknya. Sebab, ternyata ada banyak fakta menarik yang menyelimuti Hari Dokter Nasional, loh. Penasaran? Simak ulasan berikut ini yuk!
Baca juga: Perhatikan 7 Hal Ini agar Konsultasi Online dengan Dokter lebih Efektif
1. Sejarah Panjang Wadah Perkumpulan Dokter di Indonesia
Sebelum Ikatan Dokter Indonesia (IDI) terbentuk, komunitas dokter di Indonesia punya sejarah yang begitu panjang. Perkumpulan dokter pertama di Indonesia diberi nama Vereniging van Indische Artsen pada 1911. Setelah berdiri lima belas tahun, pada 1926 organisasi tersebut berubah menjadi Vereniging Van Indonesische Genesjkundigen (VIG).Dikutip dari laman resmi IDI, perubahan Indische menjadi Indonesische merupakan respons dan bentuk nasionalisme yang timbul di antara para dokter dalam negeri ketika itu. Sebab, saat itu dokter pribumi seolah masih dianggap hanya sebagai tenaga kesehatan kelas dua.
Respons tersebut juga menunjukkan profesi dokter telah memantik rasa kesatuan dan persatuan. Pada 1940, VIG juga mengadakan kongres di Solo untuk memperjuangkan peningkatan upah dokter Melayu. Selain itu, mereka juga memperjuangkan pendidikan dokter Melayu menjadi asisten dengan prioritas pertama. Pada 1943, VIG dibubarkan karena Indonesia berada dalam masa pendudukan Jepang. Saat itu VIG diganti menjadi Jawa izi Hooko-Kai.
2. Alasan Diperingati Setiap 24 Oktober
Dikutip dari situs Kementerian Kesehatan, sejarah Hari Dokter Nasional memang tidak bisa dilepaskan dari kelahiran organisasi Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Wadah berkumpulnya para dokter di seluruh penjuru Tanah Air itu resmi terbentuk pada 24 Oktober 1950.Terbentuknya IDI berawal dari Persatuan Thabib Indonesia (PB Perthabin) yang mengadakan pertemuan dengan Perkumpulan Dokter Indonesia (DP-PDI) pada 30 Juli 1950. Pertemuan yang diselenggarakan atas usul Dr Seno Sastromidjojo itu membuahkan hasil berupa kesepakatan untuk menggelar Muktamar Dokter Warganegara Indonesia.
Muktamar itu bertujuan untuk mendirikan suatu perkumpulan doter warga negara Indonesia yang baru, dan dapat menjadi representasi dunia dokter Indonesia. Tak tubuh waktu lama, Muktamar Ikatan Dokter Indonesia (MIDI) digelar di Deca Park, yang kemudian dikenal dengan gedung pertemuan Kotapraja Jakarta.
Laman situs resmi IDI mencatat, saat itu ada 181 dokter WNI yang hadir. Sebanyak 62 di antaranya datang dari luar Jakarta. Dalam Muktamar tersebut, Dr Sarwono Prawirohardjo terpilih sebagai ketua umum pertama IDI. Hasil muktamar tersebut kemudian disahkan oleh notaris R. Kadiman pada 24 Oktober 1950.
3. Aktor di balik Kata Ikatan
Pertemuan awal sebelum muktamar pembentukan IDI dilakukan Persatuan Thabib Indonesia (PB Perthabin) dan Perkumpulan Dokter Indonesia (DP-PDI). Namun, nama organisasi bagi para dokter di Indonesia justru tidak diawali kata ‘persatuan’ maupun ‘perkumpulan’.Melalui muktamar yang digelar pada 1950, para dokter yang hadir kala itu sepakat untuk menggunakan kata 'ikatan' yang dapat merangkum perkumpulan mereka. Dilansir dari situs resmi IDI, kata ‘ikatan’ yang terdapat dalam nama perkumpulan adalah usul dari Dr R Soeharto.
4. Kantor Pertama IDI
Pengurus periode awal IDI kemudian mulai mencari lokasi kantor. Dr Tan Eng Tie yang saat itu menjadi bendahara IDI ditugaskan membeli gedung IDI di Jalan Sam Ratulangie, Jakarta. Dr Tan membelinya dari seorang warga Belanda dengan harga Rp300.000. Gedung ini sampai sekarang masih menjadi kanotr IDI Pusat. Pada 2022, gedung sekretariat IDI tersebut diberi nama gedung Dr R Soeharto. Nama Dr R Soeharto dipilih karena dinilai telah memberikan sumbangsih yang besar dalam pembentukan organisasi dokter tersebut. Sekretariat Pengurus Besar IDI masih berkolasi di Jl Dr. G.S.S.Y. Ratulangi no. 29, Menteng, Jakarta Pusat.
Baca juga: Begini Sejarah Hari Aksi Kemanusiaan Sedunia yang Diperingati Setiap 19 Oktober
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.