Fisik yang Aktif, Rekomendasi WHO untuk Mengurangi Beban Kesehatan
20 October 2022 |
21:51 WIB
Beruntunglah Genhype yang senang berolah raga dan memiliki fisik yang aktif. Selain akan mendapat tubuh yang sehat, juga berpartisipasi dalam mengurangi potensi penyakit jantung, diabetes, obesitas dan penyakit degeneratif lainnya saat ini dan masa mendatang.
Tubuh yang tidak aktif tampaknya menjadi fenomena dunia. Salah satu sebabnya antara lain maraknya penggunaan gawai yang menjadikan seseorang, dari bayi hingga lansia lebih suka memelototi telepon pintarnya, baik itu untuk main, belajar, berhubungan dengan teman dan keluarga, hingga bekerja secara daring dibandingkan dengan aktif bergerak.
Ditambah lagi, dengan pengurangan aktivitas sosial pada masa pandemi Covid-19 selama dua tahun lebih membuat munculnya istilah kaum rebahan.
Makin banyak orang yang tidak aktif secara fisik yang terjadi di seluruh dunia ini menjadi perhatian tersendiri bagi World Health Organization.
Menurut WHO, hampir 500 juta orang berisiko terkena penyakit jatung, obesitas, diabetes atau penyakit noncommunicable disease (NCDs) pada 2020-2030, jika pemerintah di seluruh dunia tidak mengambil tindakan segera untuk mempromosikan manfaat memiliki tubuh yang bugar.
Biaya akibat tubuh yang tidak aktif akan sangat mengerikan. Menurut WHO, kondisi tersebut akan menimbulkan beban biaya kesehatan tambahan US$27 miliar setiap tahunnya.
WHO, dikutip dari un.org, mengeluarkan The Global Status Report on Physical Activity 2022, yang mengukur bagaimana pemerintah mengimplementasikan rekomendasi untuk meningkatkan aktivitas fisik warganya pada semua usia dan kondisi.
Beberapa temuan dalam laporan itu antara lain, kurang dari 50 persen negara memiliki kebijakan terkait aktivitas fisik, tetapi yang beroperasi 40 persen.Selain itu, hanya 30 persen negara yang memiliki arahan aktivitas fisik nasional untuk semua umur.
Terkait dengan kebijakan transportasi, sekitar 40 persen negara memiliki standar desain jalan yang membuat berjalan dan bersepeda lebih aman.
Data dari 194 negara menunjukkan bahwa kemajuan untuk kebijakan aktivitas fisik sangat lambat dan semua negara perlu mengakselerasi promosi untuk membantu menahan dan mengurangi biaya yang sudah membebani pelayanan kesehatan.
“Kami ingin makin banyak negara mempercepat implementasi kebijakan untuk men-support warganya untuk lebih aktif dengan berjalan, bersepeda dan aktivitas fisik yang lain,” kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus.
Dia menambahkan negara akan mendapat keuntungan yang besar, tidak hanya untuk kesehatan mental dan fisik individu, tetapi juga untuk masyarakat, lingkungan dan ekonomi.
“Kami berharap semua negara dan partner akan menggunakan laporan tersebut untuk membangun masyarakat yang lebih aktif, lebih sehat dan lebih fair,” lanjutnya.
Untuk membantu negara meningkatkan aktivitas fisiknya warganya, Global action plan on physical activity WHO (GAPPA) 2018-2030 memberikan 20 rekomendasinya.
Rekomendasi tersebut antara lain mencakup infrastruktur jalan yang lebih aman untuk mendorong lebih banyak yang bersepeda dan berjalan, menyediakan lebih banyak pogram dan kesempatan untuk aktivitas fisik di tempat-tempat utama seperti penitipan anak, sekolah, fasilitas kesehatan primer, dan tempat kerja.
Laporan itu merekomendasikan negara untuk memprioritaskan kebugaran warganya, yang merupakan kunci meningkatkan kesehatan dan mencegah terjadinya NCDs, mengintegrasikan aktivitas fisik kedalam kebijakan yang relevan, mengembangkan alat, arahan, dan pelatihan.
“Ini bagus untuk kesehatan masyarakat dan ekonomi, mempromosikan aktivitas fisik kepada setiap orang,” kata Ruediger Krech, Director in the Department of Health Promotion, WHO.
Dia mengatakan perlunya memfasiliitasi program yang inklusif untuk aktivitas fisik bagi semua, dan meyakinkan masyarakat medapatkan akses yang lebih mudah.
Laporan ini juga meminta semua negara melakukan aksi yang lebih tegas dan terakselerasi oleh semua stakeholder untuk bekerja bersama agar dapat mengurangi 15?ri prevalensi physical inactive pada 2030.
Nah, Genhype, tunggu apa lagi, ayo kita bergerak untuk tubuh yang sehat dan bugar.
Editor: M R Purboyo
Tubuh yang tidak aktif tampaknya menjadi fenomena dunia. Salah satu sebabnya antara lain maraknya penggunaan gawai yang menjadikan seseorang, dari bayi hingga lansia lebih suka memelototi telepon pintarnya, baik itu untuk main, belajar, berhubungan dengan teman dan keluarga, hingga bekerja secara daring dibandingkan dengan aktif bergerak.
Ditambah lagi, dengan pengurangan aktivitas sosial pada masa pandemi Covid-19 selama dua tahun lebih membuat munculnya istilah kaum rebahan.
Makin banyak orang yang tidak aktif secara fisik yang terjadi di seluruh dunia ini menjadi perhatian tersendiri bagi World Health Organization.
Menurut WHO, hampir 500 juta orang berisiko terkena penyakit jatung, obesitas, diabetes atau penyakit noncommunicable disease (NCDs) pada 2020-2030, jika pemerintah di seluruh dunia tidak mengambil tindakan segera untuk mempromosikan manfaat memiliki tubuh yang bugar.
Biaya akibat tubuh yang tidak aktif akan sangat mengerikan. Menurut WHO, kondisi tersebut akan menimbulkan beban biaya kesehatan tambahan US$27 miliar setiap tahunnya.
WHO, dikutip dari un.org, mengeluarkan The Global Status Report on Physical Activity 2022, yang mengukur bagaimana pemerintah mengimplementasikan rekomendasi untuk meningkatkan aktivitas fisik warganya pada semua usia dan kondisi.
Beberapa temuan dalam laporan itu antara lain, kurang dari 50 persen negara memiliki kebijakan terkait aktivitas fisik, tetapi yang beroperasi 40 persen.Selain itu, hanya 30 persen negara yang memiliki arahan aktivitas fisik nasional untuk semua umur.
Terkait dengan kebijakan transportasi, sekitar 40 persen negara memiliki standar desain jalan yang membuat berjalan dan bersepeda lebih aman.
Data dari 194 negara menunjukkan bahwa kemajuan untuk kebijakan aktivitas fisik sangat lambat dan semua negara perlu mengakselerasi promosi untuk membantu menahan dan mengurangi biaya yang sudah membebani pelayanan kesehatan.
“Kami ingin makin banyak negara mempercepat implementasi kebijakan untuk men-support warganya untuk lebih aktif dengan berjalan, bersepeda dan aktivitas fisik yang lain,” kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus.
Dia menambahkan negara akan mendapat keuntungan yang besar, tidak hanya untuk kesehatan mental dan fisik individu, tetapi juga untuk masyarakat, lingkungan dan ekonomi.
“Kami berharap semua negara dan partner akan menggunakan laporan tersebut untuk membangun masyarakat yang lebih aktif, lebih sehat dan lebih fair,” lanjutnya.
Untuk membantu negara meningkatkan aktivitas fisiknya warganya, Global action plan on physical activity WHO (GAPPA) 2018-2030 memberikan 20 rekomendasinya.
Rekomendasi tersebut antara lain mencakup infrastruktur jalan yang lebih aman untuk mendorong lebih banyak yang bersepeda dan berjalan, menyediakan lebih banyak pogram dan kesempatan untuk aktivitas fisik di tempat-tempat utama seperti penitipan anak, sekolah, fasilitas kesehatan primer, dan tempat kerja.
Berjalan kaki menyehatkan. (sumber gambar: Hypeabis/Himawan L. Nugraha)
Laporan itu merekomendasikan negara untuk memprioritaskan kebugaran warganya, yang merupakan kunci meningkatkan kesehatan dan mencegah terjadinya NCDs, mengintegrasikan aktivitas fisik kedalam kebijakan yang relevan, mengembangkan alat, arahan, dan pelatihan.
“Ini bagus untuk kesehatan masyarakat dan ekonomi, mempromosikan aktivitas fisik kepada setiap orang,” kata Ruediger Krech, Director in the Department of Health Promotion, WHO.
Dia mengatakan perlunya memfasiliitasi program yang inklusif untuk aktivitas fisik bagi semua, dan meyakinkan masyarakat medapatkan akses yang lebih mudah.
Laporan ini juga meminta semua negara melakukan aksi yang lebih tegas dan terakselerasi oleh semua stakeholder untuk bekerja bersama agar dapat mengurangi 15?ri prevalensi physical inactive pada 2030.
Nah, Genhype, tunggu apa lagi, ayo kita bergerak untuk tubuh yang sehat dan bugar.
Editor: M R Purboyo
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.