Ilustrasi takut konsultasi dengan psikolog (Sumber gambar: Freepik)

Tak Perlu Ragu ke Psikolog, 4 Stigma Buruk Ini Tidak Terbukti

06 October 2022   |   14:00 WIB
Image
Chelsea Venda Jurnalis Hypeabis.id

Sampai saat ini masih ada sebagian orang yang ragu pergi ke psikolog untuk berkonsultasi  masalah kesehatan mentalnya. Padahal, menemui psikolog bisa menjadi keputusan terbaik karena dapat membantu mengatasi mental yang sedang dialami oleh seseorang. Namun, kenapa banyak orang ragu pergi ke psikolog?

Isu kesehatan mental memang belum terlalu dianggap serius oleh sebagian masyarakat. Hal itu membuat banyak orang masih belum mau berkonsultasi dengan psikolog meski mereka benar-benar membutuhkannya.

Sebagian orang masih berpendapat pergi ke psikolog adalah buang-buang uang. Sebab, jika hanya mengobrol dan berbagi cerita, mereka bisa melakukannya dengan teman dekat atau keluarga tanpa perlu membayar uang berlebih.

Tentu saja mengobrol dengan teman dekat atau keluarga saat terjadi masalah itu sangat baik. Ketika berada pada masa-masa sulit, tentu sangat penting menemukan dukungan dari lingkungan terdekat. Namun,sebenarnya persahabatan tidak bisa menggantikan terapi dari psikolog.

Ketua Program Studi S2 Magister Psikologi Universitas Diponegoro Dinie Ratri Desiningrum mengatakan yang membedakan psikolog dan teman curhat adalah pada penemuan solusi atas masalah mental yang sedang dihadapi. Psikolog umumnya akan memberikan solusi atau tindak lanjut berupa terapi. Hal itu jelas berbeda dengan teman curhat yang mungkin hanya jadi pendengar dan pembenar dari apa yang sedang kamu alami.

Selain pemahaman masyarakat soal isu kesehatan mental yang belum terbentuk, banyak orang enggan ke psikolog karena munculnya banyak stigma buruk. Lantas apa saja stigma buruk yang masih menyelimuti psikolog hingga hari ini? Simak ulasan berikut ini.


1. Biaya Mahal

Banyak orang berpikir konsultasi kesehatan mental ke psikolog membutuhkan biaya yang mahal. Oleh karena itu, banyak orang yang enggan berkonsultasi ke psikolog karena terkendala biaya. Padahal, stigma psikolog berbiaya mahal tidak sepenuhnya benar.

Sebab, saat ini biaya konsultasi dengan psikolog bisa ditanggung oleh BPJS Kesehatan. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2018 tentang Jaminan Kesehatan, manfaat kesehatan harus bersifat pelayanan kesehatan perorangan yang mencakup promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Jadi, tak perlu lagi takut mengeluarkan biaya mahal karena konsultasi psikolog sudah bisa pakai BPJS Kesehatan.
 

2. Psikolog Tidak Membantu

Ada stigma buruk yang beredar di masyarakat bahwa psikolog sebenarnya tidak membantu menyelesaikan masalah. Cerita ini biasanya disebarkan oleh orang yang pernah konsultasi dengan psikolog satu kali, lalu tidak cocok dan memutuskan tidak memakai layanan psikolog lagi karena tidak terlalu membantu masalahnya.

Perlu dipahami bahwa psikolog adalah individu dengan kepribadian yang unik. Jadi, satu psikolog bisaj jadi akan berbeda dengan lainnya. Sangat mungkin seseorang merasa tidak cocok dengan satu psikolog, tetapi bukan berarti dia jadi tidak cocok dengan semua psikolog. Bisa jadi psikolog lain akan lebih cocok dengan kepribadianmu dan bisa membantumu menyembuhkan kesehatan mental.
 

3. Mendengarkan Doang Buat Apa?

Sebagian orang masih menyepelekan kerja psikolog karena seolah psikolog mendengarkan cerita dari pasien saja. Padahal, psikolog tidak hanya mendengarkan cerita, tapi juga bukan orang yang mengafirmasi setiap omongan dari pasien.

Umumnya, psikolog juga memberikan solusi dan terapi-terapi agar kesehatan mentalnya bisa sembuh. Teknik psikoterapi ini bisa membuat perubahan kepribadian yang bertahan lama dan berefek baik bagi si pasien.


4. Takut Dicap Gila

Sebagian orang enggan pergi ke psikolog karena takut dicap gila. Hal itu membuat pengidap gangguan mental merasa malu jika harus berkonsultasi dengan psikolog. Mereka malu akan dianggap gila oleh lingkungan pertemanannya, keluarga,hingga pekerjaan.

Bukan hanya itu, terkadang seseorang yang pergi ke psikolog juga akan dianggap sebagai seseorang yang lemah. Orang tersebut juga akan dianggap pengecut karena tidak mampu menyelesaikan masalah di dalam dirinya sendiri. Padahal, pergi ke psikolog adalah hal normal dan tidak ada hubungannya dengan gila maupun lemah.



Editor: Indyah Sutriningrum

SEBELUMNYA

Game Wild Hearts Tampilkan Perburuan Kingtusk dalam Trailer Gameplay Perdana

BERIKUTNYA

Komunitas Salihara Akan Mengadakan Siniar Ngomong-ngomong Soal: Aku dan Chairil Anwar

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: