Sejarah Hari Kesaktian Pancasila, Apa Bedanya dengan Hari Lahir Pancasila?
30 September 2022 |
10:45 WIB
1
Like
Like
Like
Indonesia memiliki banyak momentum bersejarah yang diperingati rutin setiap tahun. Salah satunya adalah Hari Kesaktian Pancasila yang jatuh pada 1 Oktober. Besok, masyarakat akan diingatkan kembali kisah tragis dan perjuangan para tokoh bangsa untuk menegakkan ideologi yang berlandaskan Pancasila.
Pada tahun ini, tema yang diangkat dalam peringatan Hari Kesaktian Pancasila yakni, Bangkit Bergerak Bersama Pancasila. Upacara peringatan akan digelar di Monumen Pancasila Sakti, Jalan Raya Pondok Gede, Lubang Buaya, Jakarta Timur, pada 1 Oktober 2022. Upacara berlangsung pukul 08.00 WIB - 08.31 WIB.
Lepas dari peringatan hari bersejarah ini, masih banyak masyarakat yang bias mengartikan antara Hari Kesaktian Pancasila dan Hari Lahir Pancasila. Nah, buat kamu yang masih bingung membedakan keduanya, berikut ini penjelasannya yang dirangkum Hypeabis.id dari berbagai sumber.
Baca juga: Sejarah Hari Radio Nasional yang Punya Peran Penting pada Masa Kemerdekaan
Diperingati setiap 1 Oktober Hari Kesaktian Pancasila tidak lepas dari peristiwa G30S/PKI yang terjadi pada 30 September 1965. Pada tanggal tersebut, sejumlah perwira militer diculik dan dibunuh oleh sekelompok orang yang tergabung dengan Partai Komunis Indonesia (PKI).
Enam jenderal dan satu letnan TNI AD, di antaranya Jenderal TNI (Anumerta) Achmad Yani, Letjen (Anumerta) Suprapto, Meyjen (Anumerta) MT Haryono, dan Letjen (Anumerta) Siswondo Parman. Lalu, Mayjen (Anumerta) DI Pandjaitan, Mayjen (Anumerta) Sutoyo Siswomihardjo, serta Letnan Satu Corps Zeni (Anumerta) Pierre Andreas Tandean, tewas dalam operasi PKI yang berlangsung dini hari. Jasad mereka ditemukan pada 4 Oktober 1965 di sebuah lubang berdiameter 75 sentimeter dan kedalaman 12 meter di Lubang Buaya, Jakarta Timur.
Adanya peristiwa ini lantas membuat Soeharto yang saat itu berpangkat mayor jenderal (mayjen), menjadi inisiator upaya penumpasan pemberontakan PKI. Dia menyusun siasat bersama beberapa petinggi militer seperti Jenderal AH Nasution yang berhasil selamat dari penculikan PKI dan Letnan Jenderal TNI Sarwo Edhie.
Akhirnya, seluruh elite PKI yang diduga menjadi dalang peristiwa pembunuhan tujuh petinggi militer tersebut berhasil ditangkap dan dieksekusi. Sementara itu, pada 17 September 1966, terbit Surat Keputusan Menteri/Panglima Angkatan Darat Jenderal Soeharto. Dalam surat tersebut, peringatan Hari Kesaktian Pancasila harus dilakukan oleh seluruh pasukan Angkatan Darat dengan mengikutsertakan angkatan lainnya serta elemen masyarakat.
Ketika Soeharto menjabat sebagai Presiden ke-2 RI, ketujuh perwira militer yang tewas di tangan PKI diberi kehormatan dengan menyandang gelar sebagai Pahlawan Revolusi dan 1 Oktober diperingati sebagai Hari Kesaktian Pancasila. Pada hari tersebut, masyarakat diimbau untuk mengibarkan bendera setengah tiang.
Pada tahun ini, tema yang diangkat dalam peringatan Hari Kesaktian Pancasila yakni, Bangkit Bergerak Bersama Pancasila. Upacara peringatan akan digelar di Monumen Pancasila Sakti, Jalan Raya Pondok Gede, Lubang Buaya, Jakarta Timur, pada 1 Oktober 2022. Upacara berlangsung pukul 08.00 WIB - 08.31 WIB.
Lepas dari peringatan hari bersejarah ini, masih banyak masyarakat yang bias mengartikan antara Hari Kesaktian Pancasila dan Hari Lahir Pancasila. Nah, buat kamu yang masih bingung membedakan keduanya, berikut ini penjelasannya yang dirangkum Hypeabis.id dari berbagai sumber.
Baca juga: Sejarah Hari Radio Nasional yang Punya Peran Penting pada Masa Kemerdekaan
1. Hari Kesaktian Pancasila
Diperingati setiap 1 Oktober Hari Kesaktian Pancasila tidak lepas dari peristiwa G30S/PKI yang terjadi pada 30 September 1965. Pada tanggal tersebut, sejumlah perwira militer diculik dan dibunuh oleh sekelompok orang yang tergabung dengan Partai Komunis Indonesia (PKI).
Enam jenderal dan satu letnan TNI AD, di antaranya Jenderal TNI (Anumerta) Achmad Yani, Letjen (Anumerta) Suprapto, Meyjen (Anumerta) MT Haryono, dan Letjen (Anumerta) Siswondo Parman. Lalu, Mayjen (Anumerta) DI Pandjaitan, Mayjen (Anumerta) Sutoyo Siswomihardjo, serta Letnan Satu Corps Zeni (Anumerta) Pierre Andreas Tandean, tewas dalam operasi PKI yang berlangsung dini hari. Jasad mereka ditemukan pada 4 Oktober 1965 di sebuah lubang berdiameter 75 sentimeter dan kedalaman 12 meter di Lubang Buaya, Jakarta Timur.
Adanya peristiwa ini lantas membuat Soeharto yang saat itu berpangkat mayor jenderal (mayjen), menjadi inisiator upaya penumpasan pemberontakan PKI. Dia menyusun siasat bersama beberapa petinggi militer seperti Jenderal AH Nasution yang berhasil selamat dari penculikan PKI dan Letnan Jenderal TNI Sarwo Edhie.
Akhirnya, seluruh elite PKI yang diduga menjadi dalang peristiwa pembunuhan tujuh petinggi militer tersebut berhasil ditangkap dan dieksekusi. Sementara itu, pada 17 September 1966, terbit Surat Keputusan Menteri/Panglima Angkatan Darat Jenderal Soeharto. Dalam surat tersebut, peringatan Hari Kesaktian Pancasila harus dilakukan oleh seluruh pasukan Angkatan Darat dengan mengikutsertakan angkatan lainnya serta elemen masyarakat.
Ketika Soeharto menjabat sebagai Presiden ke-2 RI, ketujuh perwira militer yang tewas di tangan PKI diberi kehormatan dengan menyandang gelar sebagai Pahlawan Revolusi dan 1 Oktober diperingati sebagai Hari Kesaktian Pancasila. Pada hari tersebut, masyarakat diimbau untuk mengibarkan bendera setengah tiang.
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.