Kurangi Sampah Rumah Tangga, Yuk Jangan Sisakan Makanan
27 September 2022 |
21:00 WIB
Bagi Genhype yang kerap menyisakan makanan dan membuangnya ke tempat sampah, yuk mulai berubah dan habiskan makanan kalian. Makanan sisa yang terbuang itu memberikan kontribusi terhadap penumpukan sampah rumah tangga dan berdampak negatif bagi lingkungan.
Laporan kajian food loss and waste (FLW) di Indonesia oleh Bappenas dan Waste4Change 2021 menunjukkan bahwa pada rentang 2000 – 2019, FLW atau sampah makanan di Indonesia mendominasi sekitar 44 persen sampah nasional. Besaran itu setara dengan 23 – 48 juta ton sampah per tahun.
Dari total itu, berdasarkan laman Waste4Change, dari sisi sektor dan jenis pangan, tercatat timbulan terbesar terjadi di tanaman pangan. Ketegori padi-padian mencapai sebanyak 44 persen. Adapun, sektor pangan paling tidak efisien adalah tanaman holtikultura, yakni kategori sayur-sayuran yang mencapai 62,8 persen.
Baca juga: Kiat Praktis Mengurangi Food Waste ala Chef Ragil
Kondisi itu berarti bahwa lebih banyak sayur-sayuran yang terbuang daripada yang terkonsumsi oleh masyarakat.
Timbulan FLW Indonesia pada 2045 dapat mencapai 344 kg/kapita/tahun jika tanpa pengendalian. Sementara itu, dengan strategi pengendalian yang telah disusun, timbulan FLW pada 2045 dapat ditahan di 166 kg/kapita/ tahun.
Sementara itu, guna meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mengurangi dan mengelola sampah makanan, PT Bank DBS Indonesia bekerja sama dengan PT Waste4Change Alam Indonesia kembali menyelenggarakan program Makan Tanpa Sisa.
Mona Monika, Head of Group Strategic Marketing & Communications Bank DBS Indonesia, menuturkan bahwa pihaknya berharap program ini dapat memberikan kontribusi terhadap target perusahaan dalam penyelamatan sampah makanan sebesar 26 ton melalui berbagai kegiatan.
“Bank DBS Indonesia berharap kolaborasi dengan Waste4Change dan Vida Bekasi dapat berdampak positif dan signifikan bagi perubahan perilaku warga Vida untuk konsisten mengompos sebagian sampah organik yang mereka hasilkan,” katanya.
Adhitya Prayoga, Head of Strategic Services Waste4Change, berharap pesan program Makan Tanpa Sisa ini dapat sampai ke masyarakat luas bahwa sampah organik seperti sisa makanan dan dapur harus semaksimal mungkin dikelola sejak dari hulu.
“Indonesia di tahun 2021 ditetapkan sebagai kontributor sampah makanan terbesar di dunia dan terbukti bahwa salah satu akar masalah persampahan di Indonesia adalah food waste yang setiap tahun jumlahnya hampir selalu mendominasi total sampah nasional,” katanya dalam rilis yang diterima Hypeabis.id.
Sebagai penanda dimulainya program ini, Festival Makan Tanpa Sisa bertajuk Kurangi & Kelola Sampah Makanan untuk Jaga Masa Depan digelar di Perumahan Vida Bekasi, Minggu, 25 September 2022.
Festival ini berupa kegiatan yang berisi kompetisi memasak antarperwakilan cluster serta workshop edukasi tentang mengompos.
Selain itu, kegiatan lain dalam program ini adalah composting challenge yang menjadi poin utama dengan tujuan membuat warga terbiasa mengompos sampah sisa makanan di rumah. Kegiatan terakhir adalah campaign edukasi.
Kegiatan ini berisi pemberian edukasi seputar sampah organik dan cara pengelolaannya. Dengan kegiatan ini, diharapkan sekitar 90 warga Perumahan Vida Bekasi, khususnya anggota Bank Sampah Vida dapat konsisten menerapkan kegiatan mengompos dalam keseharian.
Program Makan Tanpa Sisa akan berjalan selama tiga bulan dengan berisikan kegiatan-kegiatan tersebut. Untuk diketahui, masih dalam rilis, data pada Juli 2022 menunjukkan bahwa 2.000 kepala keluarga yang menghuni perumahan Vida Bekasi telah menghasilkan sekitar 47,5 ton timbulan sampah organik.
Jika tidak dikelola dengan optimal, timbulan sampah itu dapat menimbulkan efek negatif bagi lingkungan. Jadi, perlu tindakan kolaboratif dari berbagai pihak untuk mewujudkan pengelolaan sampah makanan yang bertanggung jawab.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Laporan kajian food loss and waste (FLW) di Indonesia oleh Bappenas dan Waste4Change 2021 menunjukkan bahwa pada rentang 2000 – 2019, FLW atau sampah makanan di Indonesia mendominasi sekitar 44 persen sampah nasional. Besaran itu setara dengan 23 – 48 juta ton sampah per tahun.
Dari total itu, berdasarkan laman Waste4Change, dari sisi sektor dan jenis pangan, tercatat timbulan terbesar terjadi di tanaman pangan. Ketegori padi-padian mencapai sebanyak 44 persen. Adapun, sektor pangan paling tidak efisien adalah tanaman holtikultura, yakni kategori sayur-sayuran yang mencapai 62,8 persen.
Baca juga: Kiat Praktis Mengurangi Food Waste ala Chef Ragil
Kondisi itu berarti bahwa lebih banyak sayur-sayuran yang terbuang daripada yang terkonsumsi oleh masyarakat.
Timbulan FLW Indonesia pada 2045 dapat mencapai 344 kg/kapita/tahun jika tanpa pengendalian. Sementara itu, dengan strategi pengendalian yang telah disusun, timbulan FLW pada 2045 dapat ditahan di 166 kg/kapita/ tahun.
PROGRAM MAKAN TANPA SISA
Sementara itu, guna meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mengurangi dan mengelola sampah makanan, PT Bank DBS Indonesia bekerja sama dengan PT Waste4Change Alam Indonesia kembali menyelenggarakan program Makan Tanpa Sisa.Mona Monika, Head of Group Strategic Marketing & Communications Bank DBS Indonesia, menuturkan bahwa pihaknya berharap program ini dapat memberikan kontribusi terhadap target perusahaan dalam penyelamatan sampah makanan sebesar 26 ton melalui berbagai kegiatan.
“Bank DBS Indonesia berharap kolaborasi dengan Waste4Change dan Vida Bekasi dapat berdampak positif dan signifikan bagi perubahan perilaku warga Vida untuk konsisten mengompos sebagian sampah organik yang mereka hasilkan,” katanya.
Adhitya Prayoga, Head of Strategic Services Waste4Change, berharap pesan program Makan Tanpa Sisa ini dapat sampai ke masyarakat luas bahwa sampah organik seperti sisa makanan dan dapur harus semaksimal mungkin dikelola sejak dari hulu.
“Indonesia di tahun 2021 ditetapkan sebagai kontributor sampah makanan terbesar di dunia dan terbukti bahwa salah satu akar masalah persampahan di Indonesia adalah food waste yang setiap tahun jumlahnya hampir selalu mendominasi total sampah nasional,” katanya dalam rilis yang diterima Hypeabis.id.
Sebagai penanda dimulainya program ini, Festival Makan Tanpa Sisa bertajuk Kurangi & Kelola Sampah Makanan untuk Jaga Masa Depan digelar di Perumahan Vida Bekasi, Minggu, 25 September 2022.
Festival ini berupa kegiatan yang berisi kompetisi memasak antarperwakilan cluster serta workshop edukasi tentang mengompos.
Selain itu, kegiatan lain dalam program ini adalah composting challenge yang menjadi poin utama dengan tujuan membuat warga terbiasa mengompos sampah sisa makanan di rumah. Kegiatan terakhir adalah campaign edukasi.
Kegiatan ini berisi pemberian edukasi seputar sampah organik dan cara pengelolaannya. Dengan kegiatan ini, diharapkan sekitar 90 warga Perumahan Vida Bekasi, khususnya anggota Bank Sampah Vida dapat konsisten menerapkan kegiatan mengompos dalam keseharian.
Program Makan Tanpa Sisa akan berjalan selama tiga bulan dengan berisikan kegiatan-kegiatan tersebut. Untuk diketahui, masih dalam rilis, data pada Juli 2022 menunjukkan bahwa 2.000 kepala keluarga yang menghuni perumahan Vida Bekasi telah menghasilkan sekitar 47,5 ton timbulan sampah organik.
Jika tidak dikelola dengan optimal, timbulan sampah itu dapat menimbulkan efek negatif bagi lingkungan. Jadi, perlu tindakan kolaboratif dari berbagai pihak untuk mewujudkan pengelolaan sampah makanan yang bertanggung jawab.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.