Pameran Seraut Wajah Indonesia di Kanvas Kita di Bentara Budaya, Jakarta (Sumber gambar: Hypeabis.id/Luke Andaresta)

Rayakan Hari Jadi ke-40, Bentara Budaya Gelar Pameran Seraut Wajah Indonesia di Kanvas Kita

27 September 2022   |   17:29 WIB
Image
Luke Andaresta Jurnalis Hypeabis.id

Like
Untuk merayakan hari ulang tahun ke-40, lembaga kebudayaan Bentara Budaya menggelar pameran Seraut Wajah Indonesia di Kanvas Kita. Pameran yang digelar pada 26 September hingga 7 Oktober 202 itu menampilkan 77 karya dari 40 seniman lintas zaman yang merupakan koleksi milik Bentara Budaya.

Angka 77 sendiri mewakili peringatan Kemerdekaan Republik Indonesia yang memasuki usia 77 tahun, sedangkan angka 40 merujuk pada usia Bentara Budaya tahun ini yang memasuki empat dekade.

Seperti namanya, pameran ini mencoba menampilkan karya-karya dari para perupa lintas zaman, yang dinilai telah merepresentasikan atau lebih tepatnya menuangkan arti Indonesia dalam karya seni mereka.

Baca jugaUlang Tahun Ke-40, Bentara Budaya Suguhkan Ragam Acara Kesenian & Kebudayaan

Kata Indonesia dalam tema kuratorial pameran ini diwakili oleh karya-karya yang menampilkan ragam gambaran negeri mulai dari pemandangan alam yang indah, kekayaan flora fauna yang eksotik, hingga adat budaya yang begitu beragam.

Ditampilkan juga dengan sosok manusia Indonesia dengan wajah yang khas, seperti roman dan gesture petani di sawah atau suasana rakyat di pasar, termasuk berbagai gejala sosial budaya yang pernah dilewati pada suatu masa, atau peristiwa dahsyat seperti perang yang berpengaruh pada seluruh lapisan masyarakat.
 

Dua koleksi lukisan karya Hendra Gunawan. (kiri)

Dua koleksi lukisan karya Hendra Gunawan. (kiri) Nelayan (1988, 153×91 cm, Cat minyak di atas kanvas), (kanan) Topeng (1968, 98x72 cm, Cat minyak di atas kanvas). Hypeabis.id/Luke Andaresta

"Kami ingin membuat karya-karya yang dibuat oleh para [perupa] pendahulu itu tetap relevan dengan saat ini, agar anak-anak milenial itu bisa paham," kata Kurator Efix Mulyadi kepada Hypeabis.id melalui wawancara telepon, Selasa (27/9/2022).

Dalam proses kurasinya, Efix menuturkan karya-karya yang ditampilkan dalam pameran tersebut dipilih berdasarkan konteksnya yang paling mewakili tema pameran. Setelah itu, dilihat pula dari sisi “ketokohan” sang pelukis itu sendiri, serta peran dan pengaruhnya secara umum di dalam lingkungan pergaulan seni.

"Terakhir, yang tentu tidak boleh dikesampingkan adalah aura, daya tarik, yang muncul otomatis dari sosok dan karya mereka [para perupa] secara keseluruhan. Karena itu diambil kira-kira yang bisa menarik masyarakat sekarang," katanya.

Sederet nama perupa yang karyanya ditampilkan dalam pameran ini pun cenderung tak asing lagi dalam telinga kita karena sebagian besar diantaranya merupakan maestro seni lukis Indonesia seperti Hendra Gunawan, S. Sudjojono, Affandi, Basuki Abdullah, Masmundari, Nashar, Basuki Resobowo, Barli Sasmitawinata, Trubus Soedarsono, Ahmad Sadali, Dullah, Popo Iskandar, dan Batara Lubis.
 

H

Pameran Seraut Wajah Indonesia di Kanvas Kita di Bentara Budaya, Jakarta (Sumber gambar: Hypeabis.id/Luke Andaresta)

Lewat guratan di atas kanvas, mereka dinilai mampu menggambarkan kondisi Indonesia pada zamannya yang masih relevan hingga saat ini. Efix menjelaskan misalnya seperti seniman Hendra Gunawan sering berhasil menyusupkan empatinya pada sesama lewat penggambaran derita rakyat.

Sosok manusia yang ditampilkan Hendra umumnya kurus, bahkan memanjang mendekati proporsi tubuh wayang kulit, dengan isian volume tubuh dalam paduan warna yang khas. Dalam pameran Seraut Wajah Indonesia di Kanvas Kita, terdapat sebanyak 7 lukisan Hendra ditampilkan, di antaranya Bangke di Jalanan Yogya (1947) yang sarkastik dan Topeng (1962).

Selain itu, suara lantang Sudjojono yang menyerang karya-karya “mooi-indie” pada akhir 1930-an, papar Efix, masih bergema puluhan tahun kemudian, bahkan juga sampai sekarang. Oleh beberapa pengamat, bahkan Sudjojono dalam beberapa lukisannya dipandang berhasil mengungkapkan jiwa zaman pada masa depresi ekonomi. Karyanya yang dipamerkan diantaranya Gerilya (1968) dan Bukit Gersang (1982).

"Uraian sekilas di muka dimaksud untuk memberi sedikit gambaran tentang masalah apa saja yang bisa kita baca dari sebidang kanvas. Jumlah peserta pameran ini 40 orang, yang punya gaya ungkap dan gagasan masing-masing," tambah Efix.

Baca jugaCatat, Ini 5 Gelaran Seni Budaya Sepanjang Oktober 2022 di Indonesia

Tak hanya karya-karya dari maestro, Bentara Budaya juga kali ini memamerkan koleksi lukisan para perupa Bali milik mereka. Beberapa perupa Bali yang karyanya dipamerkan diantaranya Gusti Nyoman Lempad, I Wayan Djudjul, AA Gde Sobrat, Gusti Made Baret, dan Ida Bagus Made Poleng.

Pada pameran ini disertakan juga lukisan dua pelukis non-Indonesia, yaitu Ernezt Dezentje dan Rudolf Bonnet. Keduanya merupakan perupa kelahiran Belanda.

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Gita Carla

SEBELUMNYA

7 Patung Tertinggi di Indonesia yang Wajib Dikunjungi Sebagai Tujuan Wisata

BERIKUTNYA

Makanan Sehat Tidak Harus Membosankan, Cek 5 Tip dari Ahli Gizi dan Masterchef Ini!

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: