Fakta-Fakta tentang Fenomena Ekuinoks, saat Matahari Tepat di Khatulistiwa
23 September 2022 |
16:30 WIB
1
Like
Like
Like
Fenomena ekuinoks merupakan kejadian yang penting bagi planet kita, Bumi. Dalam sudut pandang astronomi, fenomena ekuinoks adalah peristiwa yang sangat berhubungan dengan rotasi dan revolusi bumi terhadap matahari. Namun, peristiwa apa yang membuat munculnya fenomena ekuinoks ini?
Melansir dari Observatorium Bosscha ITB, rotasi dan revolusi bumi sangat berkaitan dengan posisi terbit dan terbenamnya matahari. Secara umum, matahari akan selalu terbit dari timur dan tenggelam ke barat.
Namun, bila diamati, matahari tidak tepat terbit dari timur dan tenggelam ke barat. Ada kalanya matahari condong ke selatan atau utara. Dalam satu tahun, hanya ada dua periode matahari terbit tepat di timur dan tenggelam di barat. Dua periode tersebut sama-sama diberi nama fenomena ekuinoks.
Dunia mengenal bumi dibagi menjadi dua bagian. Dua bagian ini dipisahkan oleh garis ekuator atau garis khatulistiwa. Garis khayal ini lalu dicoba diperluas sehingga seakan-akan bumi memang terbagi jadi dua, yakni langit utara dan langit selatan.
Baca juga: Gerhana Matahari, Ini Saran dari NASA Untuk Melihatnya
Meski tegak lurus terhadap bidang ekuator, sumbu rotasi bumi sebenarnya tidak lurus, tetapi miring sekitar 23,44 derajat. Kemiringan ini yang menyebabkan perubahan posisi terbit dan terbenamnya matahari. Perbedaan tersebut juga menjadikan intensitas cahaya yang diterima di sejumlah tempat akan berbeda. Hal itu membuat musim di bumi wilayah utara dan bumi wilayah selatan tidak sama.
Istilah ekuinoks atau equinox berasal dari bahasa latin, yakni aequus yang berarti ‘sama’ dan nox yang berarti ‘malam’. Secara harfiah, artinya ialah malam yang panjangnya sama.
Meskipun demikian, ekuinoks sebenarnya bukan peristiwa yang terjadi sehari penuh. Akan tetapi, terjadi hanya saat matahari tepat pada titik ekuinoks dan melintas tepat di atas garis khatulistiwa.
Jadi, waktu malam dan siang tidak benar-benar tepat terbagi dalam 12 jam. pada saat terjadi ekuinoks, panjang hari sekitar 12 jam 6,5 menit di ekuator, 12 jam 8 menit di lintang 30 derajat, dan 12 jam 16 menit di lintang 60 derajat.
Ekuinoks terjadi dua kali dalam satu tahun. Fenomena pertama sering disebut vernal equinox atau ekuinoks yang terjadi pada musim semi. Fenomena ini terjadi saat matahari bergerak dari selatan ke langit utara.
Umumnya, peristiwa ini terjadi pada 20-23 Maret yang menandakan dimulainya musim semi di belahan bumi utara dan musim gugur di bumi bagian selatan.
Kemudian, fenomena kedua sering dinamakan autumnal equinox atau ekuinoks pada musim gugur. Peristiwa ini terjadi saat matahari bergerak dari utara ke selatan yang sering kali terjadi pada 20-23 september.
Fenomena ini menandakan musim gugur di belahan bumi utara dan musim semi di belahan bumi selatan. Perlu diketahui, fenomena ekuinoks sangat mungkin terjadi tidak pada tanggal yang sama setiap tahunnya. Sebab, bumi menyelesaikan revolusi selama 365,25 hari dalam setahun.
Padahal, peristiwa ekuinoks tidak berbahaya. Intensitas cahaya matahari yang diterima di negara-negara yang berada di garis khatulistiwa tidak akan mengalami perubahan yang signifikan hingga membuat gelombang panas.
Namun, biasanya BMKG akan selalu mengingatkan fase-fase tersebut untuk selalu menjaga kesehatan. Sebab, umumnya ekuinoks juga berbarengan dengan perubahan musim.
Baca juga: Mengenal Budaya Taplak Haft Sin pada Perayaan Tahun Baru Persia
Sementara itu, warga Iran menganggap ekuinoks sebagai awal tahun baru dan dirayakan dalam festival. Di India, Nepal, dan Bangladesh, ekuinoks juga dirayakan dengan festival Holi.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Melansir dari Observatorium Bosscha ITB, rotasi dan revolusi bumi sangat berkaitan dengan posisi terbit dan terbenamnya matahari. Secara umum, matahari akan selalu terbit dari timur dan tenggelam ke barat.
Namun, bila diamati, matahari tidak tepat terbit dari timur dan tenggelam ke barat. Ada kalanya matahari condong ke selatan atau utara. Dalam satu tahun, hanya ada dua periode matahari terbit tepat di timur dan tenggelam di barat. Dua periode tersebut sama-sama diberi nama fenomena ekuinoks.
Dunia mengenal bumi dibagi menjadi dua bagian. Dua bagian ini dipisahkan oleh garis ekuator atau garis khatulistiwa. Garis khayal ini lalu dicoba diperluas sehingga seakan-akan bumi memang terbagi jadi dua, yakni langit utara dan langit selatan.
Baca juga: Gerhana Matahari, Ini Saran dari NASA Untuk Melihatnya
Meski tegak lurus terhadap bidang ekuator, sumbu rotasi bumi sebenarnya tidak lurus, tetapi miring sekitar 23,44 derajat. Kemiringan ini yang menyebabkan perubahan posisi terbit dan terbenamnya matahari. Perbedaan tersebut juga menjadikan intensitas cahaya yang diterima di sejumlah tempat akan berbeda. Hal itu membuat musim di bumi wilayah utara dan bumi wilayah selatan tidak sama.
Kapan Terjadinya Ekuinoks?
Istilah ekuinoks atau equinox berasal dari bahasa latin, yakni aequus yang berarti ‘sama’ dan nox yang berarti ‘malam’. Secara harfiah, artinya ialah malam yang panjangnya sama.Meskipun demikian, ekuinoks sebenarnya bukan peristiwa yang terjadi sehari penuh. Akan tetapi, terjadi hanya saat matahari tepat pada titik ekuinoks dan melintas tepat di atas garis khatulistiwa.
Jadi, waktu malam dan siang tidak benar-benar tepat terbagi dalam 12 jam. pada saat terjadi ekuinoks, panjang hari sekitar 12 jam 6,5 menit di ekuator, 12 jam 8 menit di lintang 30 derajat, dan 12 jam 16 menit di lintang 60 derajat.
Ekuinoks terjadi dua kali dalam satu tahun. Fenomena pertama sering disebut vernal equinox atau ekuinoks yang terjadi pada musim semi. Fenomena ini terjadi saat matahari bergerak dari selatan ke langit utara.
Umumnya, peristiwa ini terjadi pada 20-23 Maret yang menandakan dimulainya musim semi di belahan bumi utara dan musim gugur di bumi bagian selatan.
Kemudian, fenomena kedua sering dinamakan autumnal equinox atau ekuinoks pada musim gugur. Peristiwa ini terjadi saat matahari bergerak dari utara ke selatan yang sering kali terjadi pada 20-23 september.
Fenomena ini menandakan musim gugur di belahan bumi utara dan musim semi di belahan bumi selatan. Perlu diketahui, fenomena ekuinoks sangat mungkin terjadi tidak pada tanggal yang sama setiap tahunnya. Sebab, bumi menyelesaikan revolusi selama 365,25 hari dalam setahun.
Apa Efek Fenomena Ekuinoks?
Matahari yang tepat berada di garis khatulistiwa sering dianggap akan memunculkan efek tertentu. Biasanya, menjelang peristiwa ekuinoks akan muncul pesan berantai yang menyebut fenomena ini bisa menyebabkan serangan panas dan dehidrasi.Padahal, peristiwa ekuinoks tidak berbahaya. Intensitas cahaya matahari yang diterima di negara-negara yang berada di garis khatulistiwa tidak akan mengalami perubahan yang signifikan hingga membuat gelombang panas.
Namun, biasanya BMKG akan selalu mengingatkan fase-fase tersebut untuk selalu menjaga kesehatan. Sebab, umumnya ekuinoks juga berbarengan dengan perubahan musim.
Ekuinoks Adalah Perayaan
Bagi beberapa negara, ekuinoks adalah sebuah perayaan. Banyak kebudayaan kuno yang menganggap ekuinoks adalah simbol titik balik dan dimulainya hari baru. Di Jepang, ekuinoks musim semi dirayakan dengan hari libur nasional.Baca juga: Mengenal Budaya Taplak Haft Sin pada Perayaan Tahun Baru Persia
Sementara itu, warga Iran menganggap ekuinoks sebagai awal tahun baru dan dirayakan dalam festival. Di India, Nepal, dan Bangladesh, ekuinoks juga dirayakan dengan festival Holi.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.