Menikmati Pameran Monumen Karya Yusman Sebagai Gerbang Literasi Sejarah Bangsa
01 September 2022 |
19:19 WIB
Sebuah monumen galibnya dibangun sebagai penanda kawasan di ruang publik yang berkaitan erat dengan riwayat atau peristiwa sejarah terhadap sosok berjasa yang pantas dimonumenkan dan berfungsi sebagai citra memori kolektif sebuah bangsa.
Seniman dalam membangun sebuah monumen terlebih dulu membuat bentuk tiruan atau maket dalam ukuran yang lebih kecil sebagai gambaran atau tolok ukur visual untuk skala yang tepat dalam membangun karya aslinya.
Sekiranya inilah yang ditampilkan seniman patung Yusman dalam pameran tunggal bertajuk Gerbang di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta pada 1-30 September 2022. Karya-karya yang ditampilkan sendiri antara lain terdiri atas patung figuratif dan non figuratif, maket monumen hingga relief.
Pameran ini menampilkan karya-karya patung yang dikerjakan oleh Yusman dalam 35 judul karya. Namun jumlah patung dalam pameran ini lebih dari 40 patung, karena satu judul karya ada yang terdiri atas satu patung, dan juga beberapa patung.
Pematung generasi ketiga dalam sejarah tradisi patung monumen Indonesia itu berharap lewat karya-karyanya generasi muda yang tidak bersinggungan langsung dengan peristiwa sejarah dapat melakukan literasi sejarah sekaligus mengenal tokoh-tokoh pahlawan yang mengantar kemerdekaan Indonesia.
“Pameran ini juga bertujuan untuk memupuk jiwa nasionalisme dan patriotisme yang mencintai bangsa,” papar pematung asal Pasaman, Sumatera Barat itu saat melakukan press tour, Kamis, (1/9/2022).
Sementara itu, kurator pameran Suwarno Wisetrotomo mengatakan tajuk pameran Gerbang dapat diartikan sebagai penanda pintu masuk atau gapura, pada suatu area, untuk melakukan aktivitas tertentu, misalnya pelesir, penelitian, atau eksplorasi sesuai yang diangankan.
Terlebih menurut dia patung dan monumen yang dikerjakan Yusman sebagian besar merupakan pesanan Tentara Nasional Indonesia (TNI), dan ini cenderung memiliki konsekuensi “tafsir sepihak” dari institusi pemberi tugas.
"Dalam pandangan saya pada ranah inilah yang menjadi tegangan menarik untuk didiskusikan terkait bagaimana mempercakapkan sejarah, tafsir interpretasi visual, dan monumen serta pertautannya dengan memori kolektif bangsa," katanya.
Hal ini memang dapat disimak melalui patung berukuran gigantik setinggi 9 meter bertajuk Pangsar Jenderal Sudirman Bergerilya di area outdoor Galeri Nasional yang menggambarkan adegan suasana perang saat Sang Jenderal dalam kondisi ringkih akibat sakit paru-paru bergerilya dengan ditandu empat orang.
Dalam adegan perang tahun 1949 itu, Jenderal Sudirman yang teguh membela keutuhan NKRI juga nampak dikawal dua orang tentara dan di belakangnya beriringan pasukan yang menenteng senjata laras panjang, pistol di pinggang serta pakaian seadanya.
Iring-iringan karya patung ini semakin ke belakang atau berada di samping Gedung A Galeri Nasional akan makin tidak realis dan hanya menyisakan citra bentuk dan yang tersisa hanya terdiri dari onggokan batu yang makin mengecil.
Menurut Suwarno, hal ini juga bisa ditafsirkan sebagai sebuah metafor bahwa sejarah juga dapat berlaku seperti itu, akan tampak samar dan bisa menjadi seonggok batu jika tidak diberikan oleh guru yang tepat.
Saat memasuki ruang pamer di Gedung B, pengunjung akan dihadapkan pada tema yang berbeda. Yakni maket patung karya-karya Yusman seperti; Macan Kumbang (Fiberglass, 36 x 9x 19 cm, 1996), Siliwangi (Fiberglass, 40 x 24 x 68 cm, 1996), dan Kolonel Abunjani (fiberglass, 21 x 21 x 44, 1998) yang merupakan pesanan berbagai institusi dan tersebar di berbagai wilayah Indonesia.
Ruang kedua kemudian berisi patung karya Yusman yang berkaitan dengan Jenderal Sudirman, di mana dalam ruang ini juga terdapat maket dari patung Pangsar Jenderal Sudirman Naik Gunung (Fiberglass, 210 x 117 x 147 cm, 2014) yang karya dengan ukuran aslinya terdapat di markas Besar TNI di Cilangkap, Jakarta Timur.
Kemudian memasuki ruang terakhir pengunjung disuguhi karya-karya bersifat lebih personal dan hanya memacak karya hasil idenya sendiri tanpa intervensi pihak lain sebagaimana dipajang di ruang sebelumnya. Antara lain seperti Kepala Keluarga (Broonze, 22 x 57 x 75 cm, 2016) atau Kekasih (Broonze, 60 x 80 x 196 cm, 2016).
Pameran Patung Tunggal karya Yusman mulai dapat dikunjungi publik pada 2-30 September 2022, pukul 10.00-19.00 WIB, di Gedung B dan area outdoor Galeri Nasional Indonesia. Sebelum berkunjung, pengunjung dapat melakukan registrasi daring melalui situs web gni.kemdikbud.go.id/kunjungi-kami.
Editor: M R Purboyo
Seniman dalam membangun sebuah monumen terlebih dulu membuat bentuk tiruan atau maket dalam ukuran yang lebih kecil sebagai gambaran atau tolok ukur visual untuk skala yang tepat dalam membangun karya aslinya.
Sekiranya inilah yang ditampilkan seniman patung Yusman dalam pameran tunggal bertajuk Gerbang di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta pada 1-30 September 2022. Karya-karya yang ditampilkan sendiri antara lain terdiri atas patung figuratif dan non figuratif, maket monumen hingga relief.
Pameran ini menampilkan karya-karya patung yang dikerjakan oleh Yusman dalam 35 judul karya. Namun jumlah patung dalam pameran ini lebih dari 40 patung, karena satu judul karya ada yang terdiri atas satu patung, dan juga beberapa patung.
Pematung generasi ketiga dalam sejarah tradisi patung monumen Indonesia itu berharap lewat karya-karyanya generasi muda yang tidak bersinggungan langsung dengan peristiwa sejarah dapat melakukan literasi sejarah sekaligus mengenal tokoh-tokoh pahlawan yang mengantar kemerdekaan Indonesia.
“Pameran ini juga bertujuan untuk memupuk jiwa nasionalisme dan patriotisme yang mencintai bangsa,” papar pematung asal Pasaman, Sumatera Barat itu saat melakukan press tour, Kamis, (1/9/2022).
Sementara itu, kurator pameran Suwarno Wisetrotomo mengatakan tajuk pameran Gerbang dapat diartikan sebagai penanda pintu masuk atau gapura, pada suatu area, untuk melakukan aktivitas tertentu, misalnya pelesir, penelitian, atau eksplorasi sesuai yang diangankan.
Terlebih menurut dia patung dan monumen yang dikerjakan Yusman sebagian besar merupakan pesanan Tentara Nasional Indonesia (TNI), dan ini cenderung memiliki konsekuensi “tafsir sepihak” dari institusi pemberi tugas.
"Dalam pandangan saya pada ranah inilah yang menjadi tegangan menarik untuk didiskusikan terkait bagaimana mempercakapkan sejarah, tafsir interpretasi visual, dan monumen serta pertautannya dengan memori kolektif bangsa," katanya.
Hal ini memang dapat disimak melalui patung berukuran gigantik setinggi 9 meter bertajuk Pangsar Jenderal Sudirman Bergerilya di area outdoor Galeri Nasional yang menggambarkan adegan suasana perang saat Sang Jenderal dalam kondisi ringkih akibat sakit paru-paru bergerilya dengan ditandu empat orang.
Dalam adegan perang tahun 1949 itu, Jenderal Sudirman yang teguh membela keutuhan NKRI juga nampak dikawal dua orang tentara dan di belakangnya beriringan pasukan yang menenteng senjata laras panjang, pistol di pinggang serta pakaian seadanya.
Iring-iringan karya patung ini semakin ke belakang atau berada di samping Gedung A Galeri Nasional akan makin tidak realis dan hanya menyisakan citra bentuk dan yang tersisa hanya terdiri dari onggokan batu yang makin mengecil.
Menurut Suwarno, hal ini juga bisa ditafsirkan sebagai sebuah metafor bahwa sejarah juga dapat berlaku seperti itu, akan tampak samar dan bisa menjadi seonggok batu jika tidak diberikan oleh guru yang tepat.
Saat memasuki ruang pamer di Gedung B, pengunjung akan dihadapkan pada tema yang berbeda. Yakni maket patung karya-karya Yusman seperti; Macan Kumbang (Fiberglass, 36 x 9x 19 cm, 1996), Siliwangi (Fiberglass, 40 x 24 x 68 cm, 1996), dan Kolonel Abunjani (fiberglass, 21 x 21 x 44, 1998) yang merupakan pesanan berbagai institusi dan tersebar di berbagai wilayah Indonesia.
Ruang kedua kemudian berisi patung karya Yusman yang berkaitan dengan Jenderal Sudirman, di mana dalam ruang ini juga terdapat maket dari patung Pangsar Jenderal Sudirman Naik Gunung (Fiberglass, 210 x 117 x 147 cm, 2014) yang karya dengan ukuran aslinya terdapat di markas Besar TNI di Cilangkap, Jakarta Timur.
Kemudian memasuki ruang terakhir pengunjung disuguhi karya-karya bersifat lebih personal dan hanya memacak karya hasil idenya sendiri tanpa intervensi pihak lain sebagaimana dipajang di ruang sebelumnya. Antara lain seperti Kepala Keluarga (Broonze, 22 x 57 x 75 cm, 2016) atau Kekasih (Broonze, 60 x 80 x 196 cm, 2016).
Pameran Patung Tunggal karya Yusman mulai dapat dikunjungi publik pada 2-30 September 2022, pukul 10.00-19.00 WIB, di Gedung B dan area outdoor Galeri Nasional Indonesia. Sebelum berkunjung, pengunjung dapat melakukan registrasi daring melalui situs web gni.kemdikbud.go.id/kunjungi-kami.
Editor: M R Purboyo
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.