Ilustrasi cek darah (Sumber gambar - Unsplash - CDC)

Pentingnya Pemeriksaan Tekanan Darah Mandiri

23 August 2022   |   13:04 WIB

Pernahkah Anda berinisiatif mengukur tekanan darah sendiri? Jika belum, tidak ada salahnya untuk melakukan langkah tersebut. Melakukan pengukuran darah secara mandiri akan membantu mendeteksi berbagai penyakit, terutama hipertensi. Apalagi, saat ini sudah terdapat banyak alat yang bisa digunakan untuk mengukur tekanan darah secara akurat. 

Mengutip Bisnis Indonesia Weekend edisi 8 Januari 2017, Dokter Spesialis Jantung Siska Suridanda Danny menjelaskan, memeriksa tekanan darah secara mandiri sangat penting, terutama bagi mereka yang memiliki faktor risiko hipertensi. Pemeriksaan juga bisa dilakukan dengan mudah menggunakan sejumlah alat yang jamak dijual di pasaran. 

“Ini membantu sekali memberikan diagnosis hipertensi lebih dini sehingga bisa cepat ditanggulangi,” ujarnya. 

Baca juga: Hari Hipertensi Sedunia, Saatnya Cek Tekanan Darah

Kendati sudah diperiksa di rumah sakit atau klinik, pemeriksaan mandiri juga perlu dilakukan. Pasalnya, dalam dunia kedokteran dikenal istilah white coat hypertension, yakni kondisi tekanan darah seseorang yang tinggi ketika diukur di depan dokter tetapi menjadi normal jika diukur di rumah. 

Hal ini lebih disebabkan oleh rasa cemas ketika berada di rumah sakit yang dapat mempengaruhi hasil tekanan darah. Siska menjelaskan pemeriksaan secara mandiri di rumah lebih mencerminkan kondisi sehari-hari. Bagi mereka yang sedang menjalani pengobatan, pemeriksaan secara mandiri juga membantu penentuan jenis dan dosis obat tertentu. 

Namun, Siska mengingatkan pemberian dosis obat dan tata cara pemeriksaan ini tetap harus dikonsultasikan dengan dokter. Terkait dengan alat yang digunakan, sebaiknya dikonsultasikan dengan dokter. Pasalnya, beberapa orang membutuhkan alat khusus yang sesuai dengan kondisinya. 

Di sisi lain, kesadaran masyarakat terhadap penyakit tekanan darah tinggi ini dinilai masih minim kendati menjadi salah satu penyakit yang banyak diderita. Menurut Dokter Spesialis Penyakit Dalam Yuda Turana, pengetahuan masyarakat dan tenaga kesehatan di Indonesia soal hipertensi saat ini masih rendah. 

Dari riset yang ada, sekitar 60 persen penderita hipertensi justru tidak sadar kalau mereka memiliki penyakit tersebut. Sementara itu, 80 persen di antaranya tidak melakukan kontrol terhadap tekanan darah mereka.
 

Gejala Hipertensi

Hipertensi sebenarnya bukan tanpa gejala. Beberapa pengidap penyakit ini biasanya mengalami sakit kepala terutama di bagian belakang pada pagi hari, pusing, vertigo, telinga yang berdengung hingga gangguan penglihatan. Hipertensi juga menimbulkan sejumlah gejala seperti jantung berdebar-debar, sulit bernapas setelah bekerja keras, mudah lelah, wajah memerah, dan hidung berdarah. 

“Hipertensi bisa disebabkan oleh faktor genetik dan faktor lingkungan,” katanya. 

Yuda menjelaskan hipertensi biasanya menyerang pada usia 35 tahun-55 tahun. Hipertensi juga bisa diturunkan secara genetis. Dari faktor lingkungan, faktor yang mempengaruhi antara lain dari sisi makanan, obesitas, dan kondisi penyakit lain seperti diabetes mellitus. 

Baca juga: Pengetahuan Dasar Menangani Cedera, Mulai dari Luka Berdarah hingga Keracunan

Apa yang paling berbahaya dari hipertensi? Penyakit ini terutama bisa meningkatkan risiko stroke, gagal ginjal, dan gagal jantung. Jika dalam tubuh juga ditemukan kadar kolesterol dan gula darah yang tinggi, kemungkinan terserang penyakit jantung akan semakin besar. Itu sebabnya masyarakat harus tetap waspada dengan melakukan pemeriksaan tekanan darah secara mandiri. 

Editor: Dika Irawan

SEBELUMNYA

Penuh Teka-teki, Ada Misteri Berdarah Pulau Pribadi di Film Glass Onion: A Knives Out Mystery

BERIKUTNYA

Simak Peluang Kemitraan Waroeng Steak and Shake yang Sudah Eksis 22 tahun

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: