Hari Hipertensi Sedunia, Saatnya Cek Tekanan Darah
17 May 2022 |
14:45 WIB
Hari Hipertensi Sedunia diperingati pada 17 Mei setiap tahunnya. Peringatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga tekanan darah, serta faktor risiko hipertensi secara efektif dan berkesinambungan agar mewujudkan hidup sehat yang lebih lama.
Hipertensi atau tekanan darah tinggi juga disebut sebagai ‘the silent killer’ karena sering terjadi tanpa keluhan, sehingga penderita tidak mengetahui dirinya menyandang hipertensi dan baru diketahui setelah terjadi komplikasi.
Oleh karena itu, sama seperti tahun-tahun sebelumnya, tema Hari Hipertensi Sedunia tahun ini adalah measure your blood pressure, control it, live longer yang menekankan pentingnya mengukur dan mengendalikan tekanan darah untuk mencapai hidup yang berkualitas.
Tema tersebut terus diusung mengingat prevalensi hipertensi di dunia, termasuk di Indonesia, sampai saat ini tetap tinggi atau belum mengalami perubahan selama 3 dekade terakhir.
Oleh karena itu, kesadaran terhadap hipertensi tetap menjadi isu global yang penting dan memerlukan keterlibatan semua pihak.
Ketua Perhimpunan Dokter Hipertensi atau Indonesian Society of Hypertension (InaSH) Erwinanto mengatakan prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan survei tahun 2018, yakni sekitar 34%, di mana angka tersebut tidak berubah dari hasil survei pada 2007.
“Penyebabnya adalah tingginya kasus baru hipertensi karena tingginya faktor risiko hipertensi seperti diabetes mellitus (kencing manis), kegemukan, konsumsi garam yang tinggi dan merokok,” kata dokter Erwin dalam acara konferensi pers virtual, Selasa (17/5/2022).
Lebih lanjut, dokter Erwin menjelaskan tekanan darah harus dikendalikan baik bagi pasien hipertensi maupun individu yang tidak menderita hipertensi. Bukti penelitian yang ada, paparnya, secara konsisten memperlihatkan bahwa penurunan tekanan darah bagi pasien hipertensi menurunkan risiko penyakit kardiovaskular, stroke dan gagal ginjal yang selain berhubungan dengan tingkat kematian tinggi juga menghabiskan biaya terbesar dari penyakit katastropik di Indonesia.
Adapun, bagi individu yang bukan penyandang hipertensi, tekanan darah juga perlu dikendalikan untuk mencegah terjadinya hipertensi. Dokter Erwin menjelaskan setiap peningkatan tekanan darah sebesar 20/10 mmHg, dimulai dari tekanan darah 115/75 mmHg, berhubungan dengan peningkatan kematian akibat penyakit jantung koroner dan stroke sebesar dua kali.
“Peningkatan tekanan darah juga meningkatkan kejadian penyakit ginjal secara bermakna. Di tingkat masyarakat, pencegahan hipertensi diharapkan dapat menurunkan prevalensi hipertensi,” imbuhnya.
Baca juga: Hipertensi Punya Risiko Besar pada Perempuan, Simak Penjelasannya!
Menurut hasil Survey May Measurement Month yang dilakukan oleh Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia pada 2017 yang mengikutsertakan partisipan di daerah perkotaan berusia muda umur rerata 43 tahun, menunjukkan hanya 52,5% penyandang hipertensi yang minum obat penurun tekanan darah.
Oleh karena itu, dokter Erwin mengimbau masyarakat untuk mengukur tekanan darah secara akurat, untuk mengetahui menderita hipertensi atau tidak.
Jika menderita hipertensi, dokter Erwin mengimbau kendalikan tekanan darah melalui usaha menurunkannya dengan cara terapi perubahan gaya hidup dengan atau tanpa terapi obat. Jika tidak menderita hipertensi, kendalikan tekanan darah melalui usaha pencegahan agar tekanan darah tidak naik melalui terapi perubahan gaya hidup.
“Pengendalian tekanan darah yang dilakukan akan berdampak hidup lebih lama karena peningkatan tekanan darah merupakan faktor risiko terjadinya penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskular), stroke dan ginjal,” tambahnya.
Editor: Fajar Sidik
Hipertensi atau tekanan darah tinggi juga disebut sebagai ‘the silent killer’ karena sering terjadi tanpa keluhan, sehingga penderita tidak mengetahui dirinya menyandang hipertensi dan baru diketahui setelah terjadi komplikasi.
Oleh karena itu, sama seperti tahun-tahun sebelumnya, tema Hari Hipertensi Sedunia tahun ini adalah measure your blood pressure, control it, live longer yang menekankan pentingnya mengukur dan mengendalikan tekanan darah untuk mencapai hidup yang berkualitas.
Tema tersebut terus diusung mengingat prevalensi hipertensi di dunia, termasuk di Indonesia, sampai saat ini tetap tinggi atau belum mengalami perubahan selama 3 dekade terakhir.
Oleh karena itu, kesadaran terhadap hipertensi tetap menjadi isu global yang penting dan memerlukan keterlibatan semua pihak.
Ketua Perhimpunan Dokter Hipertensi atau Indonesian Society of Hypertension (InaSH) Erwinanto mengatakan prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan survei tahun 2018, yakni sekitar 34%, di mana angka tersebut tidak berubah dari hasil survei pada 2007.
“Penyebabnya adalah tingginya kasus baru hipertensi karena tingginya faktor risiko hipertensi seperti diabetes mellitus (kencing manis), kegemukan, konsumsi garam yang tinggi dan merokok,” kata dokter Erwin dalam acara konferensi pers virtual, Selasa (17/5/2022).
Tekanan darah harus dikendalikan (Sumber gambar: Mockup Graphics/Unsplash)
Adapun, bagi individu yang bukan penyandang hipertensi, tekanan darah juga perlu dikendalikan untuk mencegah terjadinya hipertensi. Dokter Erwin menjelaskan setiap peningkatan tekanan darah sebesar 20/10 mmHg, dimulai dari tekanan darah 115/75 mmHg, berhubungan dengan peningkatan kematian akibat penyakit jantung koroner dan stroke sebesar dua kali.
“Peningkatan tekanan darah juga meningkatkan kejadian penyakit ginjal secara bermakna. Di tingkat masyarakat, pencegahan hipertensi diharapkan dapat menurunkan prevalensi hipertensi,” imbuhnya.
Baca juga: Hipertensi Punya Risiko Besar pada Perempuan, Simak Penjelasannya!
Menurut hasil Survey May Measurement Month yang dilakukan oleh Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia pada 2017 yang mengikutsertakan partisipan di daerah perkotaan berusia muda umur rerata 43 tahun, menunjukkan hanya 52,5% penyandang hipertensi yang minum obat penurun tekanan darah.
Oleh karena itu, dokter Erwin mengimbau masyarakat untuk mengukur tekanan darah secara akurat, untuk mengetahui menderita hipertensi atau tidak.
Jika menderita hipertensi, dokter Erwin mengimbau kendalikan tekanan darah melalui usaha menurunkannya dengan cara terapi perubahan gaya hidup dengan atau tanpa terapi obat. Jika tidak menderita hipertensi, kendalikan tekanan darah melalui usaha pencegahan agar tekanan darah tidak naik melalui terapi perubahan gaya hidup.
“Pengendalian tekanan darah yang dilakukan akan berdampak hidup lebih lama karena peningkatan tekanan darah merupakan faktor risiko terjadinya penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskular), stroke dan ginjal,” tambahnya.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.