Ini Jenis Olahraga yang Aman Bagi Penderita Hipertensi
11 May 2021 |
19:41 WIB
Berolahraga memang bagus untuk kesehatan jantung dan tekanan darah. Namun, GenHype juga harus berhati-hati ya karena olahraga yang terlalu dipaksakan justru dapat menaikan tekanan darah melampaui batas-batas kemampuan.
Walhasil, bukannya fit atau sehat justru malah dapat menimbulkan gangguan kesehatan bahkan kematian. Ngeri juga ya GenHype.
Untuk itu, Dokter Spesialis Kesehatan Olahraga, Michael Triangto menyarankan agar kita harus memiliki tujuan yang ingin dicapai ketika berolahraga, untuk apa dan sampai sejauh mana batas kemampuan kita.
Apalagi bagi para penderita hipertensi harus lebih memperhatikan rambu-rambunya. Sebab, melakukan latihan fisik berat justru dapat berbaya bagi penderita hipertensi karena ketika tekanan darah dan denyut jantung akan tidak terkontrol dapat berakibat fatal.
“Mereka yang menderita hipertensi disarankan untuk melakukan latihan fisik jenis aerobik, dengan intensitas ringan – sedang, gerakan berulang-ulang, dan dalam waktu panjang. misalnya berjalan kaki, bersepeda santai, atau berenang,” terang dr. Michael.
Untuk waktu yang tepat berolahraga itu bisa disesuaikan dengan waktu kita, yang terpenting bisa memenuhi kriteria durasi selama berolahraga sehingga bisa berdampak bagi kesehatan, khususnya dalam mengatur tekanan darah.
WHO sendiri menganjurkan kita berolahraga 150 menit per minggu yang bisa dibagi menjadi 5 kali seminggu sehingga menjadi 30 menit sehari. Ini pun bisa dibagi-bagi lagi, misalnya pagi 10 menit, sore 10 menit, dan malam 10 menit, jadi total 30 menit per hari. Itu untuk masyarakat umum.
Namun bagi penderita hipertensi, harus dibuat sesuai dengan kemampuannya. “Olahraga 30 menit itu tidak lama, tetapi jika dia tidak sanggup, misalnya karena tidak pernah olahraga atau memiliki komorbiditas lain. Maka harus disesuaikan dengan kondisinya. Kita lihat, kemampuannya berapa lama? Misalnya 15 menit, ngga apa-apa tetapi dinaikan secara bertahap,” terangnya.
Di samping itu, para penderita hipertensi juga harus mengukur tekanan darahnya secara teratur untuk melihat dampak dari olahaga tersebut. Apakah dengan latihan tersebut terjadi perbaikan dalam tekanan darah. Jika tidak, maka harus dikurangi lagi waktunya tetapi jika ada perbaikan maka bisa dilanjutkan dan dinaikan waktunya secara bertahap.
Michael juga menyarankan jika kondisi badan sedang tidak sehat maka sebaiknya tidak memaksa untuk berolahraga. Caranya bisa dengan mengukur denyut nadi atau tekanan darah dengan device tertentu.
Jika biasanya tekanan darah di angka 120 lalu naik ke angka 160, maka jangan berolahraga dulu.
Demikian juga denyut nadi. Misalnya rata-rata berada di kisaran 80-an, tetapi kemudian di angka 90-100, lebih baik ditangguhkan dulu olahraganya dan konsultasikan ke dokter baik secara langsung maupun secara online.
Editor: Purboyo
Walhasil, bukannya fit atau sehat justru malah dapat menimbulkan gangguan kesehatan bahkan kematian. Ngeri juga ya GenHype.
Untuk itu, Dokter Spesialis Kesehatan Olahraga, Michael Triangto menyarankan agar kita harus memiliki tujuan yang ingin dicapai ketika berolahraga, untuk apa dan sampai sejauh mana batas kemampuan kita.
Apalagi bagi para penderita hipertensi harus lebih memperhatikan rambu-rambunya. Sebab, melakukan latihan fisik berat justru dapat berbaya bagi penderita hipertensi karena ketika tekanan darah dan denyut jantung akan tidak terkontrol dapat berakibat fatal.
“Mereka yang menderita hipertensi disarankan untuk melakukan latihan fisik jenis aerobik, dengan intensitas ringan – sedang, gerakan berulang-ulang, dan dalam waktu panjang. misalnya berjalan kaki, bersepeda santai, atau berenang,” terang dr. Michael.
Untuk waktu yang tepat berolahraga itu bisa disesuaikan dengan waktu kita, yang terpenting bisa memenuhi kriteria durasi selama berolahraga sehingga bisa berdampak bagi kesehatan, khususnya dalam mengatur tekanan darah.
ragam olahraga/freepik
WHO sendiri menganjurkan kita berolahraga 150 menit per minggu yang bisa dibagi menjadi 5 kali seminggu sehingga menjadi 30 menit sehari. Ini pun bisa dibagi-bagi lagi, misalnya pagi 10 menit, sore 10 menit, dan malam 10 menit, jadi total 30 menit per hari. Itu untuk masyarakat umum.
Namun bagi penderita hipertensi, harus dibuat sesuai dengan kemampuannya. “Olahraga 30 menit itu tidak lama, tetapi jika dia tidak sanggup, misalnya karena tidak pernah olahraga atau memiliki komorbiditas lain. Maka harus disesuaikan dengan kondisinya. Kita lihat, kemampuannya berapa lama? Misalnya 15 menit, ngga apa-apa tetapi dinaikan secara bertahap,” terangnya.
Di samping itu, para penderita hipertensi juga harus mengukur tekanan darahnya secara teratur untuk melihat dampak dari olahaga tersebut. Apakah dengan latihan tersebut terjadi perbaikan dalam tekanan darah. Jika tidak, maka harus dikurangi lagi waktunya tetapi jika ada perbaikan maka bisa dilanjutkan dan dinaikan waktunya secara bertahap.
Michael juga menyarankan jika kondisi badan sedang tidak sehat maka sebaiknya tidak memaksa untuk berolahraga. Caranya bisa dengan mengukur denyut nadi atau tekanan darah dengan device tertentu.
Jika biasanya tekanan darah di angka 120 lalu naik ke angka 160, maka jangan berolahraga dulu.
Demikian juga denyut nadi. Misalnya rata-rata berada di kisaran 80-an, tetapi kemudian di angka 90-100, lebih baik ditangguhkan dulu olahraganya dan konsultasikan ke dokter baik secara langsung maupun secara online.
Editor: Purboyo
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.