Kenali Vaksin Sinopharm dan Efek Sampingnya yang Perlu Kamu Ketahui
22 June 2021 |
14:29 WIB
Salah satu vaksin yang akan digunakan dalam vaksinasi untuk mencegah penyebaran Covid-19 di Indonesia adalah vaksin Sinopharm. Dalam waktu dekat, vaksin Sinopharm dari China akan digunakan dalam skema vaksin gotong royong. Lantas, seperti apa karakteristik vaksin tersebut?
Guru Besar Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Zullies Ikawati mengatakan vaksin Sinopharm merupakan vaksin buatan China dan telah diujikan di beberapa negara.
Vaksin Sinopharm telah masuk dalam list organisasi kesehatan dunia (WHO) dan mendapatkan UEA di China, Uni Emirat, Arab, Bahrain, Mesir dan Yordania, dan kini juga di Indonesia.
“Vaksin ini menggunakan platform yang sama dengan vaksin Sinovac, yaitu virus yang diinaktivasi,” ujarnya.
Zullies juga mengatakan dalam uji klinik di Uni Emirat Arab, efikasi vaksin Sinopharm mencapai 78% sehingga vaksin ini dapat digunakan pada populasi usia 18 tahun ke atas sampai lansia.
“Karena memiliki platform yang sama dengan vaksin Sinovac, maka profil efek sampingnya juga mirip, di mana frekuensi kejadian efek sampingnya adalah 0,01 persen atau terkategori sangat jarang,” ungkapnya.
Terkait dengan efek samping atau kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) dari vaksin Sinopharm, Zullies mengatakan bahwa efek samping yang dijumpai dalam uji klinik adalah efek samping lokal yang ringan, seperti nyeri atau kemerahan di tempat suntikan dan efek samping sistemik berupa sakit kepala, nyeri otot, kelelahan, diare, dan batuk.
“Masyarakat tidak perlu kuatir dengan efek samping tersebut karena itu akan segera membaik dan umumnya tidak memerlukan pengobatan,” katanya.
Dia juga mengatakan kalau secara umum, dari hasil evaluasi terhadap uji klinik yang telah melibatkan ribuan orang di berbagai negara, manfaat vaksin jauh melebihi risiko efek sampingnya yang secara umum bersifat ringan sampai sedang dan bersifat individual.
Namun, jika ada efek samping yang dirasa berat, dia menyarankan agar masyarakat segera melapor kepada tenaga medis yang biasanya dicantumkan pada kartu vaksinasi.
“Selain ditangani, efek samping juga akan diteliti oleh Komnas KIPI terkait dengan hubungan kausalitasnya dengan vaksin sehingga bisa menjadi data yang berharga dalam program vaksinasi,” pungkasnya.
Editor: Indyah Sutriningrum
Guru Besar Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Zullies Ikawati mengatakan vaksin Sinopharm merupakan vaksin buatan China dan telah diujikan di beberapa negara.
Vaksin Sinopharm telah masuk dalam list organisasi kesehatan dunia (WHO) dan mendapatkan UEA di China, Uni Emirat, Arab, Bahrain, Mesir dan Yordania, dan kini juga di Indonesia.
“Vaksin ini menggunakan platform yang sama dengan vaksin Sinovac, yaitu virus yang diinaktivasi,” ujarnya.
Zullies juga mengatakan dalam uji klinik di Uni Emirat Arab, efikasi vaksin Sinopharm mencapai 78% sehingga vaksin ini dapat digunakan pada populasi usia 18 tahun ke atas sampai lansia.
“Karena memiliki platform yang sama dengan vaksin Sinovac, maka profil efek sampingnya juga mirip, di mana frekuensi kejadian efek sampingnya adalah 0,01 persen atau terkategori sangat jarang,” ungkapnya.
Terkait dengan efek samping atau kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) dari vaksin Sinopharm, Zullies mengatakan bahwa efek samping yang dijumpai dalam uji klinik adalah efek samping lokal yang ringan, seperti nyeri atau kemerahan di tempat suntikan dan efek samping sistemik berupa sakit kepala, nyeri otot, kelelahan, diare, dan batuk.
“Masyarakat tidak perlu kuatir dengan efek samping tersebut karena itu akan segera membaik dan umumnya tidak memerlukan pengobatan,” katanya.
Dia juga mengatakan kalau secara umum, dari hasil evaluasi terhadap uji klinik yang telah melibatkan ribuan orang di berbagai negara, manfaat vaksin jauh melebihi risiko efek sampingnya yang secara umum bersifat ringan sampai sedang dan bersifat individual.
Namun, jika ada efek samping yang dirasa berat, dia menyarankan agar masyarakat segera melapor kepada tenaga medis yang biasanya dicantumkan pada kartu vaksinasi.
“Selain ditangani, efek samping juga akan diteliti oleh Komnas KIPI terkait dengan hubungan kausalitasnya dengan vaksin sehingga bisa menjadi data yang berharga dalam program vaksinasi,” pungkasnya.
Editor: Indyah Sutriningrum
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.