Selain lebih murah, bir juga tidak memiliki batasa kapan dan di mana boleh dikonsumsi. (Sumber gambar: Pexels/cottonbro)

Asal-usul Bir Jadi Minuman Sosial

09 August 2022   |   14:48 WIB
Image
Nirmala Aninda Asisten Manajer Konten Hypeabis.id

Like
Hidup di Indonesia, sebagian besar dari kita mungkin tidak terlalu akrab dengan minuman beralkohol atau bahkan memiliki stigma negatif terhadap produk ini. Meski demikian, bagi sebagian masyarakat lain, minuman beralkohol khususnya bir, adalah minuman yang dapat memiliki peran dalam hubungan sosial.

Pada 2021, para peneliti dari University of Illinois menemukan minum alkohol di lingkungan sosial membantu mengurangi jarak fisik antar satu orang dengan yang lainnya, setidaknya satu sentimeter setiap beberapa menit.

Dari 212 peserta penelitian, para peneliti mencatat bahwa orang-orang dengan status teman cenderung untuk lebih dekat satu sama lain terlepas dari pesanan minuman mereka. Namun, untuk orang asing yang mabuk, alkohol tampaknya menjadi pemicu utama untuk pergaulan sosial atau ice-breaker.

Di sisi lain, minuman alkohol seperti bir diasosiasikan dengan suasana yang menyenangkan seperti kumpul keluarga atau pesta dengan teman. Salah satu pendiri komunitas What Is Up, Indonesia? (WIUI), Abigail Limuria mengatakan bahwa minum bir membangkitkan emosi dan memori tentang kenangan yang penuh kebahagiaan.

Baca jugaBegini Cara Mengenali Kualitas Bir yang Segar

"Saat minum bareng teman, orang tua, atau komunitas kita melepas semua status sosial. [Minum bir] membantu obrolan yang jujur, atmosfernya jadi lebih santai dan mendorong kita untuk jadi lebih friendly," katanya saat ditemui di acara 70 tahun bir Bintang di Museum Macan, Jakarta, beberapa waktu lalu.

Ternyata, popularitas bir bukan karena rasanya, tetapi karena faktor sosialnya. Bagi banyak orang, bir sering menjadi minuman pokok untuk banyak kesempatan termasuk pesta, acara olahraga, atau sekadar nongkrong di bar lokal.

Minuman keras seperti liquor seringkali sangat mahal dan hanya disajikan pada momen tertentu sementara anggur lebih dinikmati untuk bersantai atau bersantai bersama teman dan keluarga.

Lain halnya dengan bir yang adalah minuman sosial. Selain harganya lebih murah, bir dapat dinikmati kapan saja. Terlebih bar dan pub memiliki nilai sosial yang unik, terutama jika kalian termasuk dalam lingkungan tertentu.

Pada kesempatan yang sama, aktor dan CMO Arktivak Brandon Salim mengutarakan bahwa di perusahaannya, minum bir usai jam kerja adalah momen yang menyatukan antar anggota tim dalam suasana yang lebih santai.

"Di lingkup teman-teman dan keluarga saya juga menikmati bir untuk menciptakan vibe yang lebih nyaman. Menyatukan semua orang lintas generasi maupun latar belakang," katanya.

Gagasan minum bir secara sosial tidak selalu untuk mabuk, tetapi untuk memfasilitasi aktivitas sosial. Minuman keras di sisi lain membuat orang mabuk lebih cepat, dan dapat menyebabkan seseorang menjadi lebih emosional, yang mengarah ke argumen dan bahkan perkelahian.

Baca jugaTidak Asal Tuang, Ketahui 5 Teknik Penyajian Bir Ini
 

Alkohol di Indonesia

Meski keberadaan minuman beralkohol di Indonesia diregulasi, saat ini konsumen di kota-kota besar dapat mengaksesnya dengan mudah meski dengan harga yang sedikit lebih mahal. Namun, jika kita telisik lebih lanjut, minuman beralkohol telah lama menjadi bagian dari budaya Nusantara.

Hal ini ditunjukkan degan sejumlah relief pada Candi Borobudur yang menampilkan suasana warung dengan orang-orang menikmati minuman sambil menari dan bersenang-senang.

Menurut naskah catatan sejarah dari buku Ma Huan berjudul Yingyai Shenglan (1522), orang-orang Jawa di bawah kekuasaan kerajaan Majapahit kerap meminum minuman anggur yang terbuat dari nira yang disebut tuak (arak aren). Namun, kebiasaan ini berangsur berkurang pada abad ke-16 sejak Islam mulai menggantikan agama Hindu dan Budha sebagai agama utama di Indonesia.

Namun demikian, budaya minum alkohol lokal masih bertahan, setidaknya di antara komunitas non-Muslim atau daerah etno-budaya tertentu yang didominasi penganut agama Kristen seperti Batak, Toraja, Minahasa, Ambon dan Papua.

Masuk ke era kolonial, budaya minuman beralkohol kembali masuk ke Indonesia berkat tentara Belanda dan Jerman yang datang membawa bir. Perkembangan budaya minum bir turut mendorong pertumbuhan merek bir di Indonesia seperti Ankerpils, Java Bier, hingga Heinekens atau yang juga dikenal sebagai bir Bintang.

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Gita Carla

SEBELUMNYA

Bahaya Buat Penderita Epilepsi, Netizen Ajukan Petisi Flash Warning Untuk Film Pengabdi Setan 2

BERIKUTNYA

Mau Melintasi Tol Trans Sumatera? Ini Rekomendasi Rest Area dengan Fasilitas Lengkap

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: