Ilustrasi karyawan (Sumber gambar: Unsplash/Sebastian Herrmann)

5 Kunci Mempertahankan Karyawan Bertalenta

08 August 2022   |   22:56 WIB

Apakah Anda setuju dengan anggapan karyawan milenial cenderung tidak loyal terhadap perusahaan? Jangan terburu-buru mengiyakan. Bisa jadi jawabannya benar, tetapi mereka punya alasan yang tidak biasa ketika bicara soal bertahan di perusahaan yang sekarang. 

Berdasarkan berbagai literatur, generasi milenial merupakan generasi yang lahir setelah 1980. Generasi ini lahir di tengah kondisi yang jauh lebih dinamis, terutama kemajuan teknologi yang kian mengubah gaya hidup manusia. Saat ini, generasi milenial banyak yang bekerja dan beberapa di antaranya sudah duduk di kursi direksi. 

Baca juga: 10 Kata untuk Memotivasi Karyawan Biar Tambah Semangat Kerjanya

Sebagai karyawan, generasi ini punya keunikan tersendiri. Mereka dapat bekerja dengan metode yang tidak konvensional, tetapi menuai hasil yang lebih maksimal. Bagi perusahaan, karyawan adalah aset. Ketika dia hilang, perusahaan akan rugi secara material dan energi. 

Untuk itu, penting bagi perusahaan untuk bisa menerapkan strategi agar karyawan yang unggul mau bertahan di perusahaan. Hal ini disebut sebagai retain management. Hasil riset Center for Human Capital Development 2017 dari lembaga PPM Manajemen menyebutkan sebanyak 31 persen karyawan milenial berpindah tempat kerja paling tidak sekali dalam 2 tahun. 

Sementara itu, riset juga menyebutkan sebanyak 39 persen karyawan memperkirakan akan bertahan di perusahaan saat ini maksimal selama 4 tahun. Hal itu diungkapkan oleh Core Assessor PPM Manajemen Achmad Fahrozi. “Alasan utama mereka bertahan di tempat kerja adalah lingkungan kerja.Persentasenya 57 persen. Alasan berikutnya kompensasi. Selanjutnya keseimbangan hidup dan kerja, manajemen kepemimpinan, sifat pekerjaan, dan seterusnya,” ujarnya. 
 

Kunci Mempertahankan Karyawan Bertalenta

Melihat hasil riset tersebut, PPM Manajemen merumuskan beberapa strategi kunci agar memiliki kemampuan retain management yang baik bagi perusahaan. 
 

1. Pahami Karyawan

Perlu diperhatikan, hasil riset ini bisa jadi berbeda dengan perusahaan Anda. Untuk itu, Fahrozi mengingatkan para pelaku usaha untuk melakukan riset internal di kantor. Dengan demikian, Anda dapat mengetahui karakteristik karyawan Anda sehingga bisa merumuskan kebijakan yang sesuai dengan harapan karyawan Anda. 
 

2. Ciptakan lingkungan kerja yang nyaman dan kondusif 

Hal ini bisa diimplementasikan secara fisik, misalnya pengadaan ruang permainan, ruang inspirasi, dan fasilitas yang menjamin kenyamanan karyawan. Selain fasilitas kantor, menciptakan lingkungan kerja yang nyaman juga bisa dilakukan dengan menciptakan budaya perusahaan yang meningkatkan kepuasan kerja karyawan. 
 

3. Hargai kebutuhan karyawan untuk menyeimbangkan kehidupan personal dan kerja

Fleksibilitas waktu kerja bisa menjadi salah satu cara untuk membangun work life balance. Beberapa perusahaan multinasional telah menerapkan perpanjangan waktu cuti kehamilan bagi karyawan sehingga kemungkinan stres bisa lebih ditekan. 

Konsep officeless disebut-sebut sangat sesuai dengan gaya anak milenial, seiring dengan perkembangan teknologi digital. Rapat daring, mengirim pekerjaan via email, dan sebagainya memang memudahkan. 

Namun, jangan lupa untuk terus melakukan pengawasan kepada karyawan untuk memastikan mereka mengerjakan pekerjaannya tetap sesuai dengan peraturan. 
 

4. Pemimpin karyawan dengan cara yang tepat

“90 persen karyawan mengatakan sangat penting untuk bekerja di perusahaan yang peduli dengan pengembangan karyawan,” tuturnya. 

Dukungan dari supervisor akan sangat mendukung pengembangan karyawan. Misalnya, kesempatan melanjutkan sekolah bagi karyawan seringkali menjadi tantangan. Jadikan perusahaan Anda siap mempekerjakan karyawan yang ingin mengembangkan keterampilannya. Siapkan mulai dari segi kebijakan dan fasilitasnya. 

Baca juga: Wah, Kerja Hybrid Ternyata Bikin Karyawan Indonesia Lebih Sejahtera dan Produktif
 

5. Berikan penghargaan yang tepat

Harapan aktualisasi diri biasanya diikuti dengan harapan kompensasi yang mencukupi. Meski demikian, ternyata hanya segelintir saja yang mengaku bahwa penghargaan yang penting adalah dalam bentuk finansial. 

Editor: Dika Irawan

SEBELUMNYA

Suami yang Menilai Istrinya Boros Ternyata Bisa Picu Masalah 

BERIKUTNYA

Cara Mencegah Gigi Berlubang pada Anak

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: