Gejala Menopause Mengganggu Kualitas Tidur? Kok Bisa
26 July 2022 |
16:08 WIB
Perubahan hormonal yang dialami wanita dapat membentuk siklus yang berhubungan dengan gangguan tidur. Wanita cenderung lebih sering mengalami berbagai gangguan tidur, mulai dari kurang tidur hingga rasa mengantuk di siang hari. Hal itulah yang terungkap dalam sebuah riset yang dilakukan di Korea Selatan, gejala menopause menyebabkan masalah tidur pada beberapa wanita.
Peneliti Hyun Young Park dari National Research Institute of Health di Chungbuk membenarkan, kelainan tidur adalah keluhan yang paling umum selama transisi menopause dan postmenopause.
"Kualitas tidur yang buruk dan durasi tidur yang tidak memadai terkait dengan hasil kesehatan negatif, seperti obesitas, penyakit kardiovaskular, kematian terkait kanker, diabetes, depresi dan kualitas hidup yang buruk," kata Park.
Selama dan setelah menopause, wanita lebih rentan terhadap masalah tidur seperti terbangun beberapa kali di malam hari dan terbangun lebih awal dari yang diinginkan. Kendati begitu, seperti yang ditulis di Plos One, tim peneliti menuliskan belum ada kejelasan apakah gejala menopause berkontribusi pada gangguan tidur tersebut. Pasalnya, meski perubahan hormonal dapat mempengaruhi masalah tidur, faktor lain mungkin juga berperan.
Baca juga: Menurut Riset Ini, Kualitas Tidur Orang Indonesia Buruk & Jauh Dibandingkan Negara-negara Lain
Untuk melihat apakah gejala menopause fisik dan psikologis terkait dengan masalah tidur, Park dan rekan menganalisis data dari 634 wanita antara usia 44 -56 tahun yang berpartisipasi dalam sebuah studi, mencakup pemeriksaan kesehatan tahunan di klinik Kangbuk Samsung Hospital di Seoul dan Suwon pada tahun 2012 -2013.
Dalam penelitian ini menggunakan kuesioner untuk mengukur kualitas tidur, hot flashes dan flushes, keringat malam, gejala fisik, serta seksual dan psikologis lainnya yang terkait dengan menopause. Park bersama tim juga mencari perbedaan antara wanita berdasarkan usia, indeks massa tubuh, penyakit kronis, status merokok, status perkawinan, pendapatan, pendidikan, status pekerjaan, aktivitas fisik, depresi dan stres.
Hasilnya, secara keseluruhan mereka menemukan, 19 persen wanita di kelompok studi mengalami kualitas tidur yang buruk, tingkat tekanan darah, kolesterol, dan trigliserida yang lebih tinggi. Selain itu mereka juga lebih tua, bukan perokok, kurang berpendidikan dan lebih mungkin hidup tanpa pasangan, mengalami depresi atau lebih banyak tekanan.
Kualitas tidur tampak memburuk saat wanita mengalami menopause, hal tersebut ditemukan pada sekitar 30 persen wanita pascamenopause. Secara khusus, lanjutnya gangguan tidur dan latency tidur menjadi lebih buruk pada wanita pasca-menopause.
"Saya melihat banyak wanita yang tidurnya terkena dampak negatif dari gejala menopause, terutama hot flashes pada malam hari," kata Aric Prather, psikolog di University of California, San Francisco.
Selanjutnya, tim peneliti ingin melakukan studi lebih lanjut terhadap faktor lain yang terkait dengan kualitas tidur, termasuk perubahan kadar hormon, gangguan mood, kondisi medis dan faktor gaya hidup.
Baca juga: Waspada Tidur Dengan Cahaya Terang, Ini Risikonya
Penelitian lain telah menyarankan bahwa terapi penggantian hormon dapat memperbaiki kualitas tidur pada wanita pascamenopause, yang dapat terjadi karena estrogen terlibat dalam regulasi tidur. Ditambah lagi, faktor lain seperti obesitas juga berdampak negatif terhadap kualitas tidur.
"Ada kebutuhan nyata untuk mengembangkan strategi baru dan strategi agar wanita kembali tidur saat gejala menopause menimpa," kata Prather.
Editor: Dika Irawan
Peneliti Hyun Young Park dari National Research Institute of Health di Chungbuk membenarkan, kelainan tidur adalah keluhan yang paling umum selama transisi menopause dan postmenopause.
"Kualitas tidur yang buruk dan durasi tidur yang tidak memadai terkait dengan hasil kesehatan negatif, seperti obesitas, penyakit kardiovaskular, kematian terkait kanker, diabetes, depresi dan kualitas hidup yang buruk," kata Park.
Selama dan setelah menopause, wanita lebih rentan terhadap masalah tidur seperti terbangun beberapa kali di malam hari dan terbangun lebih awal dari yang diinginkan. Kendati begitu, seperti yang ditulis di Plos One, tim peneliti menuliskan belum ada kejelasan apakah gejala menopause berkontribusi pada gangguan tidur tersebut. Pasalnya, meski perubahan hormonal dapat mempengaruhi masalah tidur, faktor lain mungkin juga berperan.
Baca juga: Menurut Riset Ini, Kualitas Tidur Orang Indonesia Buruk & Jauh Dibandingkan Negara-negara Lain
Untuk melihat apakah gejala menopause fisik dan psikologis terkait dengan masalah tidur, Park dan rekan menganalisis data dari 634 wanita antara usia 44 -56 tahun yang berpartisipasi dalam sebuah studi, mencakup pemeriksaan kesehatan tahunan di klinik Kangbuk Samsung Hospital di Seoul dan Suwon pada tahun 2012 -2013.
Dalam penelitian ini menggunakan kuesioner untuk mengukur kualitas tidur, hot flashes dan flushes, keringat malam, gejala fisik, serta seksual dan psikologis lainnya yang terkait dengan menopause. Park bersama tim juga mencari perbedaan antara wanita berdasarkan usia, indeks massa tubuh, penyakit kronis, status merokok, status perkawinan, pendapatan, pendidikan, status pekerjaan, aktivitas fisik, depresi dan stres.
Hasilnya, secara keseluruhan mereka menemukan, 19 persen wanita di kelompok studi mengalami kualitas tidur yang buruk, tingkat tekanan darah, kolesterol, dan trigliserida yang lebih tinggi. Selain itu mereka juga lebih tua, bukan perokok, kurang berpendidikan dan lebih mungkin hidup tanpa pasangan, mengalami depresi atau lebih banyak tekanan.
Kualitas tidur tampak memburuk saat wanita mengalami menopause, hal tersebut ditemukan pada sekitar 30 persen wanita pascamenopause. Secara khusus, lanjutnya gangguan tidur dan latency tidur menjadi lebih buruk pada wanita pasca-menopause.
Gejala vasamotor
Kurang tidur berhubungan dengan gejala fisik dan gejala vasomotor seperti berkeringat di malam hari, hot flashes dan flushes. Bahkan mereka mengatakan gejala yang dialami lebih parah dan lebih buruk. Sementara faktor seksual dan psikososial tidak berkaitan dengan masalah tidur yang dikaitkan dengan menopause."Saya melihat banyak wanita yang tidurnya terkena dampak negatif dari gejala menopause, terutama hot flashes pada malam hari," kata Aric Prather, psikolog di University of California, San Francisco.
Selanjutnya, tim peneliti ingin melakukan studi lebih lanjut terhadap faktor lain yang terkait dengan kualitas tidur, termasuk perubahan kadar hormon, gangguan mood, kondisi medis dan faktor gaya hidup.
Baca juga: Waspada Tidur Dengan Cahaya Terang, Ini Risikonya
Penelitian lain telah menyarankan bahwa terapi penggantian hormon dapat memperbaiki kualitas tidur pada wanita pascamenopause, yang dapat terjadi karena estrogen terlibat dalam regulasi tidur. Ditambah lagi, faktor lain seperti obesitas juga berdampak negatif terhadap kualitas tidur.
"Ada kebutuhan nyata untuk mengembangkan strategi baru dan strategi agar wanita kembali tidur saat gejala menopause menimpa," kata Prather.
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.