Ilustrasi workshop (Sumber gambar: Unsplash/Jason Goodman)

Sebelum Ramai Workshop Online, Tren Ini Lebih Dahulu Mencuat di Tanah Air

05 July 2022   |   15:16 WIB

Belajar atau mengikuti workshop secara online kini sudah menjadi hal biasa. Sejak pandemi Covid-19, kegiatan semacam itu memang lumrah, karena adanya pembatasan aktivitas untuk mencegah penyebaran virus tersebut. Namun, sebelum pandemi kegiatan serupa juga sudah mengemuka. Hanya, perbedaannya dahulu lebih banyak digelar secara fisik. 

Aktivitas ini dikenal dengan istilah makerspace. Jika diartikan makerspace adalah sebuah tempat yang memungkinkan orang-orang di dalamnya untuk melakukan berbagai kegiatan kreatif. Mereka biasanya mengerjakan sebuah proyek secara bersama-sama. 

Makerspace ini tercatat pernah tren di Ibu Kota. Beberapa orang berinisiatif untuk menggelar kegiatan tersebut. Mereka mewadahi anak-anak muda yang haus untuk menciptakan hal-hal kreatif. Hal itulah yang kemudian dingkat dalam laporan Bisnis Indonesia Weekend edisi 16 Oktober 2016. Seperti apa menariknya ? Simak laporannya berikut ini:
 

Makerspace

Kendati pergerakannya masih terbilang baru, di berbagai kota besar di Indonesia semakin banyak bermunculan penyedia jasa pelatihan atau workshop bagi generasi muda yang ingin mengembangkan diri, baik secara bakat maupun bisnis. 

Fasilitas ini dikenal dengan sebutan makerspace.  Bila dilihat sekilas, sebenarnya mirip dengan space makerspace diri. Penyedia fasilitas kerap membuka kelas-kelas . Hanya saja, fokus kegiatan lebih kepada pengayaan makerspace makerspace coworking pelatihan atau biasa disebut sebagai adult workshop. 

Tema besar dari kelas-kelasnya dibagi ke dalam tiga kategori, yaitu; seni dan kerajinan, bisnis, serta hobi. Untuk kategori seni dan kerajinan, kegiatannya meliputi kelas pelatihan yang berorientasi menghasilkan suatu produk fisik jadi, misalnya; menjahit pakaian, membuat furnitur, menyusun robot, melukis, memasak, desain grafis, dan sebagainya. 
 

Tangkapan layar Bisnis Indonesia Weekend

Tangkapan layar Bisnis Indonesia Weekend

Selanjutnya, kategori bisnis yang lebih populer dengan istilah lain coworking space, kegiatannya meliputi pembekalan wirausaha bagi pemula, misalnya; pengelolaan kapital, bisnis rintisan/startup, membuat jejaring, image branding, advertising, social media networking, dan sebagainya. 

Sementara itu, kategori hobi kegiatannya meliputi hal-hal lain di luar kedua kategori di atas, misalnya; pelatihan fotografi, penulisan ilmiah, penulisan fiksi, bedah buku, pendalaman minat atau passion, dan sebagainya. Di sisi lain, peserta dari makerspace pun beraneka ragam. 

Tidak hanya mereka yang ingin mengembangkan diri untuk memulai bisnis rintisan atau startup, tetapi juga mereka yang sekadar iseng untuk mengisi waktu luang saat akhir pekan atau hanya menyalurkan hobi terpendam. Berbeda dengan kursus konvensional, makerspace memberi kesempatan kepada pesertanya untuk membuat jejaring dan mengembangkan passion masing-masing. 

Di Indonesia, makerspace baru berkembang sangat pesat sejak 2015. Fasilitas-fasilitas makerspace ini berjamuran di kota-kota besar Indonesia. Tidak hanya di Jakarta, makerspace juga banyak berkembang di kota lain yang populasi generasi mudanya tinggi, seperti Surabaya, Bandung, Denpasar, dan Yogyakarta. Di Yogya, misalnya, ada sebuah makerspace bernama Padepokan Muda Mudi yang mampu merangkul cukup banyak peserta berbakat. 

Pendiri Padepokan Pemuda Pemudi, Noor Alifa Ardianingrum, menjelaskan makerspace tersebut dibuat untuk mewadahi generasi muda yang sedang dalam proses pencarian passion dan jati dirinya, serta ingin mengembangkan potensinya dalam bentuk wirausaha. 

“Ada yang merasa salah jurusan kuliah terus bingung karena nggak sesuai passion-nya. Ada juga yang sudah hampir lulus, tetapi masih tidak punya gambaran mau ngapain setelah lulus kuliah. Ada juga khawatir tidak bisa bertahan hidup kalau sekadar mengikuti passion,” tuturnya. 
 

Manfaat Bergabung ke Makerspace 

Dengan mengikuti adult workshop ini, peserta bisa menambah jaringan, baik teman, kenalan, atau justru rekan bisnis. Selain itu, manfaat lainnya bisa menambah ilmu baru, wawasan, dan keterbukaan pikiran. “Kami tidak memberi persyaratan yang detail, karena tujuan besar kami adalah membuka ruang terbuka untuk belajar dan mengakomodasi siapa saja,” tambahnya. 

Untuk kategori coworking space, ada Coworkinc dan juga Lingkaran yang bisa menjadi tempat bagi para generasi millennial untuk mengekspresikan gagasannya. “Sekarang ini trennya itu orang mencari pendidikan alternatif. Workshop-workshop ini pun menjadi cara efektif membawa orang ke sini,” tutur Danti Boediono, Collaboration Facilitator Coworkinc. 

Sementara itu, Wendy Pratama, Founder dan CEO Lingkaran, menambahkan peserta tidak hanya mendapatkan knowledge dan skills, tetapi juga dapat bertemu, bertukar pikiran, dan juga berkolaborasi dengan peserta lainnya. Hal ini pun diakui oleh Harland Firman yang pernah menjadi peserta adult workshop.

“Kelas seperti ini sangat efektif, terutama bagi yang ingin membangun start up untuk menambah pengetahuan. 

Untuk menjaring lebih banyak peserta, berbagai makerspace tersebut biasanya menggabungkan diri ke dalam sebuah payung yang menghubungkan mereka dengan para peminat (students) dan pelatih (mentor). Salah satu payung makerspace itu adalah MauBelajarApa. 

Perusahaan tersebut merupakan pioner dari makerspace organizer yang membawahi berbagai vendor makerspace di kotakota besar di Indonesia, serta menghubungkannya dengan para calon peserta. 

Sejauh ini, kata founder MauBelajarApa Jourdan Kamal, kelas workshop yang paling diminati oleh generasi muda adalah art and craft, yang merupakan kursus kilat untuk membuat berbagai prakarya. Berkat tren ini pula, banyak mentor yang semakin sukses dan menjadikan makerspace sebagai sumber pendapatan.

Kebanyakan generasi muda yang berusia 22-35 tahun atau yang sudah bekerja, banyak yang mengikuti workshop hanya sekadar untuk mengisi waktu luang saat akhir pekan. 
 

Biaya

Namun, banyak juga yang ikut workshop karena ingin membekali diri untuk mengembangkan bisnis. Biasanya, para peserta adult workshop akan dikenakan biaya sekitar Rp300.000-Rp400.000, bahkan hingga Rp1 juta, tergantung vendor makerspace-nya dan materi yang diajarkan. 

Namun, ada juga beberapa makerspace yang menggratiskannya, seperti Padepokan Muda Mudi di Yogya. Terkait menjamurnya workshop-workshop startup di Indonesia, pengamat startup Yansen Kamto menilai, selama ini banyak orang yang membuat workshop secara sporadis dan tidak terstruktur, sehingga banyak yang gagal dan tidak berkelanjutan. 

“Seharusnya difokuskan pada pengembangan kapasitas,” tuturnya. 

Untuk itu, dia menyarankan kepada mereka yang tertarik mengikuti workshop tertentu agar mengenali terlebih dulu potensi diri yang ada. Kebanyakan pemula melahap workshop apa saja karena tidak tahu potensi dirinya, padahal mengenali potensi diri bisa membantu seseorang fokus pada satu bidang. Apalagi, membangun startup juga tidak semudah yang dibayangkan. 

Editor: Dika Irawan
 

SEBELUMNYA

Konser THE BOYZ di Jakarta Ubah Jadwal Jadi 11 Juli 2022, Cek Informasi Lengkapnya di Sini

BERIKUTNYA

Kiat Menyiasati Utang yang Menumpuk

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: