Laos, Pesona Negeri Seribu Candi
23 June 2022 |
14:30 WIB
Berwisata ke semenanjung Indochina selalu membawa daya tarik tersendiri. Negeri-negeri bekas jajahan kolonial Prancis ini boleh menjadi pertimbangan agenda tur Genhype. Laos salah satunya. Menjelajahi Laos dimulai dari Ibu Kota Vientiane. Keluar dari bandara internasional Wattay, kalian akan dihadapkan pada pemandangan kota yang khas.
Ya, Laos disebut sebagai negeri yang belum tersentuh gaya hidup modern, irama kehidupannya bebas stres dan hiruk pikuk. Meskipun ’terkurung’ oleh Myanmar dan China di barat laut, Vietnam di timur, Kamboja di selatan, dan Thailand di sebelah barat, pariwisata Laos tidak lantas stagnan. Pertumbuhannya bahkan pesat.
Secara ekonomi, Laos terus mengejar pertumbuhan. Negara kecil berjuluk Negeri Seribu Gajah—merujuk pada nama kerajaan lokal, Lan Xang, yang berkuasa pada abad XIV-abad XVIII—ini, berusaha dapat setara dengan negara berkembang Asia lainnya. Ekonomi Laos ditopang oleh sejumlah sektor seperti pertambangan emas, energi, pariwisata, pertanian, kerajinan serta sumber daya alam. Sektor pariwisata Laos masih menjadi sumber devisa terbesar kedua.
Di Vientiane, ada sejumlah spot pariwisata yang menarik untuk dikunjungi. Sebut saja, Xieng Khuane Budha Park yang dibangun sebagai situs turisme utama. Kuil di dalam taman ini, Wat Xieng Khuane, dibangun pada 1958 oleh tokoh lokal
bernama Bounlua.
Sejak patung Budha tidur dibangun di taman ini, penduduk Buddha setempat menjadikannya sebagai tempat peribadatan. Taman ini dekat dengan perkampungan Thadeua dan berjarak 25 km arah timur Vientiane. Lokasinya tidak jauh dari Jembatan Persahabatan Thailand-Laos. Budha Park memiliki lebih dari 200 patung pahat Hindu dan Buddha yang impresif, yang mewakili tingkatan surga, neraka, dan bumi.
Perjalanan menuju Budha Park melintasi jembatan yang menyeberangi Sungai Mekong dan yang mengarah ke Thailand. Sungai Mekong sendiri memiliki peran besar bagi pertanian Laos karena irigasinya bergantung pada sungai tersebut.
Rute menuju Budha Park ini juga melintasi kawasan industri dengan kontur jalan yang tidak rata.
Di kawasan ini terdapat pabrik bir khas Laos, Beerlao, salah satu komoditas ekspor negeri itu. Setelah mengunjungi Buddha Park, wisatawan bisa mampir ke Mai Savanh Lao yaitu salah satu sentra kerajinan sutera khas Laos. Sentra ini berkembang dari proyek bantuan yang ditujukan untuk membantu ekonomi penduduk perdesaan setempat.
Penduduk diberi pelatihan pengembangbiakan ulat sutera, pemintalan hingga produksi kerajinan tenun. Setiap keluarga khususnya perempuan desa dikelompokkan dalam jejaring untuk mendapat pelatihan dalam pengendalian mutu dan produksi sehingga mereka terlibat untuk menghasilkan pendapatan bagi ekonomi keluarga mereka.
Penenun sutera biasa bekerja dari rumah dan setiap penenun mampu memproduksi sutera tenun selebar 40 cm dan 120 cm. Menariknya, di Mai Savanh Lao, proses produksi kerajinan sutera ini disesuaikan dengan teknik olah sesuai dengan standar regulasi Eropa yang ketat. Turis dapat membeli tenun sutera ini untuk membantu penduduk desa di utara Laos dalam memenuhi kebutuhan dasar mereka dalam kesehatan, pendidikan, dan kehidupan yang lebih layak.
Spot wisata lainnya adalah Wat Si Saket yaitu kuil tertua yang masih bertahan di Vientiane. Wat Si Saket menampilkan 6.840 gambar rupa Budha. Lokasi ini menjadi atraksi populer dan menawarkan tempat peristirahatan dari kesibukan
kelenteng di sekitar kota.
Lao National Museum yang dibuka pada 1985 juga merupakan bangunan dua lantai bergaya kolonial menarik untuk dikunjungi. Di tempat ini bukan saja terdapat barang peninggalan yang berkaitan dengan Lao melainkan juga artefak dari kultur negeri sekitar. Koleksi museum ini mencakup tulang dinosaurus, guci, dan artefak zaman perang sipil.
Selanjutnya Pha That Luang yaitu stupa emas yang menjadi simbol kebanggan nasional Laos. Stupa ini dibangun misionaris Ashokan pada abad III. Bangunan yang berarsitektur khas Laos ini juga dilengkapi dengan patung-patung
Khmer yang impresif termasuk patung dari raja Jayavarman VII.
Destinasi wisata kota berikutnya adalah Patuxai yang dalam bahasa Lao berarti gerbang kemenangan. Monumen ini didedikasikan bagi mereka yang telah berjuang demi kemerdekaan Laos dari Prancis. Di atas bangunan ini terdapat anjungan Arc de Triomphe bagi wisatawan yang ingin melihat perspektif alternatif kota dari ketinggian.
Ya, Laos disebut sebagai negeri yang belum tersentuh gaya hidup modern, irama kehidupannya bebas stres dan hiruk pikuk. Meskipun ’terkurung’ oleh Myanmar dan China di barat laut, Vietnam di timur, Kamboja di selatan, dan Thailand di sebelah barat, pariwisata Laos tidak lantas stagnan. Pertumbuhannya bahkan pesat.
Patuxai, monumen yang didedikasikan bagi pejuang kemerdekaan Laos (sumber gambar: Hypeabis/Roni Yunianto)
Secara ekonomi, Laos terus mengejar pertumbuhan. Negara kecil berjuluk Negeri Seribu Gajah—merujuk pada nama kerajaan lokal, Lan Xang, yang berkuasa pada abad XIV-abad XVIII—ini, berusaha dapat setara dengan negara berkembang Asia lainnya. Ekonomi Laos ditopang oleh sejumlah sektor seperti pertambangan emas, energi, pariwisata, pertanian, kerajinan serta sumber daya alam. Sektor pariwisata Laos masih menjadi sumber devisa terbesar kedua.
Wisata kota
Di Vientiane, ada sejumlah spot pariwisata yang menarik untuk dikunjungi. Sebut saja, Xieng Khuane Budha Park yang dibangun sebagai situs turisme utama. Kuil di dalam taman ini, Wat Xieng Khuane, dibangun pada 1958 oleh tokoh lokalbernama Bounlua.
Sejak patung Budha tidur dibangun di taman ini, penduduk Buddha setempat menjadikannya sebagai tempat peribadatan. Taman ini dekat dengan perkampungan Thadeua dan berjarak 25 km arah timur Vientiane. Lokasinya tidak jauh dari Jembatan Persahabatan Thailand-Laos. Budha Park memiliki lebih dari 200 patung pahat Hindu dan Buddha yang impresif, yang mewakili tingkatan surga, neraka, dan bumi.
Salah satu tempat suci Buddha di Museum Sisaket, Vientiane, Laos (sumber gambar: Hypeabis/Roni Yunianto)
Perjalanan menuju Budha Park melintasi jembatan yang menyeberangi Sungai Mekong dan yang mengarah ke Thailand. Sungai Mekong sendiri memiliki peran besar bagi pertanian Laos karena irigasinya bergantung pada sungai tersebut.
Rute menuju Budha Park ini juga melintasi kawasan industri dengan kontur jalan yang tidak rata.
Di kawasan ini terdapat pabrik bir khas Laos, Beerlao, salah satu komoditas ekspor negeri itu. Setelah mengunjungi Buddha Park, wisatawan bisa mampir ke Mai Savanh Lao yaitu salah satu sentra kerajinan sutera khas Laos. Sentra ini berkembang dari proyek bantuan yang ditujukan untuk membantu ekonomi penduduk perdesaan setempat.
Penduduk diberi pelatihan pengembangbiakan ulat sutera, pemintalan hingga produksi kerajinan tenun. Setiap keluarga khususnya perempuan desa dikelompokkan dalam jejaring untuk mendapat pelatihan dalam pengendalian mutu dan produksi sehingga mereka terlibat untuk menghasilkan pendapatan bagi ekonomi keluarga mereka.
Penenun sutera biasa bekerja dari rumah dan setiap penenun mampu memproduksi sutera tenun selebar 40 cm dan 120 cm. Menariknya, di Mai Savanh Lao, proses produksi kerajinan sutera ini disesuaikan dengan teknik olah sesuai dengan standar regulasi Eropa yang ketat. Turis dapat membeli tenun sutera ini untuk membantu penduduk desa di utara Laos dalam memenuhi kebutuhan dasar mereka dalam kesehatan, pendidikan, dan kehidupan yang lebih layak.
Spot wisata lainnya adalah Wat Si Saket yaitu kuil tertua yang masih bertahan di Vientiane. Wat Si Saket menampilkan 6.840 gambar rupa Budha. Lokasi ini menjadi atraksi populer dan menawarkan tempat peristirahatan dari kesibukan
kelenteng di sekitar kota.
Lao National Museum yang dibuka pada 1985 juga merupakan bangunan dua lantai bergaya kolonial menarik untuk dikunjungi. Di tempat ini bukan saja terdapat barang peninggalan yang berkaitan dengan Lao melainkan juga artefak dari kultur negeri sekitar. Koleksi museum ini mencakup tulang dinosaurus, guci, dan artefak zaman perang sipil.
Pha That Luang (sumber gambar: Hypeabis/Roni Yunianto)
Selanjutnya Pha That Luang yaitu stupa emas yang menjadi simbol kebanggan nasional Laos. Stupa ini dibangun misionaris Ashokan pada abad III. Bangunan yang berarsitektur khas Laos ini juga dilengkapi dengan patung-patung
Khmer yang impresif termasuk patung dari raja Jayavarman VII.
Destinasi wisata kota berikutnya adalah Patuxai yang dalam bahasa Lao berarti gerbang kemenangan. Monumen ini didedikasikan bagi mereka yang telah berjuang demi kemerdekaan Laos dari Prancis. Di atas bangunan ini terdapat anjungan Arc de Triomphe bagi wisatawan yang ingin melihat perspektif alternatif kota dari ketinggian.
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.