Kalian Para Introver Enggak Senang Pesta? Wajar kok & Ini Cara Menyiasatinya
28 June 2022 |
16:07 WIB
Bagi mayoritas orang, pesta merupakan saat-saat yang menyenangkan di mana mereka bebas mengekspresikan diri, mengenakan pakaian yang indah-indah, makan enak, serta berkumpul dan bersosialisasi bersama teman atau keluarga besar. Namun, ada juga sekelompok orang yang merasa pesta sebagai momentum horor.
Mengutip laporan Bisnis Indonesia Weekend edisi 13 November 2016, mereka gelisah saat membayangkan harus datang ke acara, bertemu banyak orang, melakukan selebrasi, dan terpaksa bersosialisasi. Jika kalian termasuk ke dalam kelompok orang yang demikian, besar kemungkinan kalian adalah seorang introver. Kalangan ini mendominasi hanya 30 persen populasi dunia.
Itu artinya, kaum introver ‘dipaksa’ hidup di dunia yang didominasi orangorang ekstrover. Namun, bukan berarti introver adalah kaum yang tidak normal.
Berbeda dengan kalangan ekstrover yang merasa hidupnya lebih berwarna dan bergairah jika berinteraksi dengan banyak orang, kaum introver justru menemukan gairah hidupnya di dalam aktivitas yang sifatnya lebih soliter.
Bagi para introver, berinteraksi dengan orang tak dikenal, bersosialisasi dalam kelompok besar, atau terlibat obrolan beramai-ramai bisa menjadi sebuah hal yang canggung. Itulah sebabnya, kebanyakan dari mereka menganggap pesta sebagai ‘mimpi buruk’.
Para introver cenderung lebih sulit mengekspresikan apa yang mereka inginkan atau butuhkan. Namun, mereka lebih mudah memahami apa yang dibutuhkan oleh orang lain. Sebaliknya, terkadang kaum ekstrover tidak bisa memahami kemauan kaum introver.
Untuk bisa melakukan hal itu, mereka memerlukan energi yang lebih besar. Secara ilmiah, hal itu menjelaskan mengapa orang-orang introver bisa merasa begitu kelelahan saat berpesta, sedangkan kaum ekstrover justru ingin melanjutkan pesta sampai pagi.
“Orang introver terlahir dengan otak yang memproduksi lebih banyak stimulus ketimbang orang ekstrover. Tugas stimulus itu adalah untuk menakar apa yang keluar dan masuk ke otak, tanpa bantuan stimulus dari luar,” terang Larry.
Sebaliknya, orang ekstrover mendapatkan stimulusnya dari luar. Misalnya dari bersosialisasi dengan teman atau pergi beramai-ramai. Mereka lebih cenderung mengundang banyak teman untuk bersenang-senang, sedangkan para introver bisa bersenang-senang meski sendirian.
Misalnya dengan berdiam diri di toilet beberapa saat untuk mengumpulkan energi lagi. Bagi introver, momen sendirian itulah yang dapat me-recharge mereka. Selain itu, bisa juga dengan mencari orang lain yang juga terlihat sendirian. Perkenalkan diri kalian dan buka obrolan sederhana.
Besar kemungkinan kalian akan mendapat respons dan interaksi yang lebih personal ketimbang memaksakan nimbrung dalam obrolan beramai-ramai. Jika kalian sudah tahu bahwa datang ke pesta akan mengundang perasaan tidak nyaman, belajarlah untuk menolak undangan.
Nah, yang disebut ‘rencana lain’ itu bisa saja menghabiskan waktu membaca buku, menggambar, atau berdiam di rumah. Kalian tidak perlu harus mengungkapkan alasan itu. Kuncinya adalah buatlah penolakan kalian terkesan seperti sebuah keputusan dan bukan permintaan maaf,” kata Larry.
“Sebab mereka tidak akan berbicara lebih banyak ketimbang klien, sehingga klien merasa dihargai dan tidak digurui. Para introver juga lebih suka menyendiri untuk memperkaya diri dengan belajar atau latihan, ketimbang ekstrover,” kata Susan.
Kembali lagi ke persoalan menghadapi pesta, Susan berpendapat tidak selamanya orang introver harus menolak undangan untuk menghindar dari bersosialisasi. Boleh saja menerima ajakan sebagai bentuk perhatian kepada pengundang.
“Namun, tidak perlu terlalu sering menyanggupi ajakan. Boleh juga kok kalian pulang lebih awal atau bergaul di dalam kelompok kecil ketika sedang di pesta. Tidak perlu sepenuhnya menghindari ajakan untuk berpesta,” tegasnya.
Editor: Dika Irawan
Mengutip laporan Bisnis Indonesia Weekend edisi 13 November 2016, mereka gelisah saat membayangkan harus datang ke acara, bertemu banyak orang, melakukan selebrasi, dan terpaksa bersosialisasi. Jika kalian termasuk ke dalam kelompok orang yang demikian, besar kemungkinan kalian adalah seorang introver. Kalangan ini mendominasi hanya 30 persen populasi dunia.
Itu artinya, kaum introver ‘dipaksa’ hidup di dunia yang didominasi orangorang ekstrover. Namun, bukan berarti introver adalah kaum yang tidak normal.
Bukannya Enggan Bersosialisasi
Perlu diketahui, orang-orang introver bukannya tidak suka bersosialisasi. Hanya, mereka lebih menyukai interaksi sosial yang melibatkan kelompok kecil yang lebih intim, bukan banyak orang.Berbeda dengan kalangan ekstrover yang merasa hidupnya lebih berwarna dan bergairah jika berinteraksi dengan banyak orang, kaum introver justru menemukan gairah hidupnya di dalam aktivitas yang sifatnya lebih soliter.
Bagi para introver, berinteraksi dengan orang tak dikenal, bersosialisasi dalam kelompok besar, atau terlibat obrolan beramai-ramai bisa menjadi sebuah hal yang canggung. Itulah sebabnya, kebanyakan dari mereka menganggap pesta sebagai ‘mimpi buruk’.
Para introver cenderung lebih sulit mengekspresikan apa yang mereka inginkan atau butuhkan. Namun, mereka lebih mudah memahami apa yang dibutuhkan oleh orang lain. Sebaliknya, terkadang kaum ekstrover tidak bisa memahami kemauan kaum introver.
Penyebab Kelelahan Saat Berpesta
Psikolog dari Leadership & Organization Development Larry Richard menjelaskan berbagai studi mengindikasikan bahwa kaum introver secara alamiah mengembangkan lebih banyak stimulasi elektrik di bagian neo cortex dan membakar glukosa yang lebih banyak.Untuk bisa melakukan hal itu, mereka memerlukan energi yang lebih besar. Secara ilmiah, hal itu menjelaskan mengapa orang-orang introver bisa merasa begitu kelelahan saat berpesta, sedangkan kaum ekstrover justru ingin melanjutkan pesta sampai pagi.
“Orang introver terlahir dengan otak yang memproduksi lebih banyak stimulus ketimbang orang ekstrover. Tugas stimulus itu adalah untuk menakar apa yang keluar dan masuk ke otak, tanpa bantuan stimulus dari luar,” terang Larry.
Sebaliknya, orang ekstrover mendapatkan stimulusnya dari luar. Misalnya dari bersosialisasi dengan teman atau pergi beramai-ramai. Mereka lebih cenderung mengundang banyak teman untuk bersenang-senang, sedangkan para introver bisa bersenang-senang meski sendirian.
Lantas, bagaimana introver menghadapi pesta tanpa harus cemas atau kelelahan?
Larry mengatakan berbagai hal yang bisa dilakukan para introver adalah belajar cara bernapas, fokus, dan meditasi. Namun, pada dasarnya para introver tidak bisa dipaksakan untuk berubah sikap seperti layaknya seorang ekstrover. Oleh karena itu, saat berada di pesta, ambillah waktu sejenak untuk rehat dari hiruk pikuk manusia.Misalnya dengan berdiam diri di toilet beberapa saat untuk mengumpulkan energi lagi. Bagi introver, momen sendirian itulah yang dapat me-recharge mereka. Selain itu, bisa juga dengan mencari orang lain yang juga terlihat sendirian. Perkenalkan diri kalian dan buka obrolan sederhana.
Besar kemungkinan kalian akan mendapat respons dan interaksi yang lebih personal ketimbang memaksakan nimbrung dalam obrolan beramai-ramai. Jika kalian sudah tahu bahwa datang ke pesta akan mengundang perasaan tidak nyaman, belajarlah untuk menolak undangan.
Berani Berkata Tidak
Kebanyakan introver sulit mengungkapkan penolakan terhadap ajakan, meskipun sebenarnya mereka tidak ingin datang. “Belajarlah berkata ‘Terima kasih atas ajakannya, saya pasti akan datang kalau tidak ada rencana lain hari itu’.Nah, yang disebut ‘rencana lain’ itu bisa saja menghabiskan waktu membaca buku, menggambar, atau berdiam di rumah. Kalian tidak perlu harus mengungkapkan alasan itu. Kuncinya adalah buatlah penolakan kalian terkesan seperti sebuah keputusan dan bukan permintaan maaf,” kata Larry.
Pendengar yang Baik
Kepala Ruckus Advertising and Public Relations Jacksonville, Susan Masucci, menambahkan, pada dasarnya kaum introver adalah para pendengar yang baik dan cenderung lebih sukses menjadi pebisnis.“Sebab mereka tidak akan berbicara lebih banyak ketimbang klien, sehingga klien merasa dihargai dan tidak digurui. Para introver juga lebih suka menyendiri untuk memperkaya diri dengan belajar atau latihan, ketimbang ekstrover,” kata Susan.
Kembali lagi ke persoalan menghadapi pesta, Susan berpendapat tidak selamanya orang introver harus menolak undangan untuk menghindar dari bersosialisasi. Boleh saja menerima ajakan sebagai bentuk perhatian kepada pengundang.
“Namun, tidak perlu terlalu sering menyanggupi ajakan. Boleh juga kok kalian pulang lebih awal atau bergaul di dalam kelompok kecil ketika sedang di pesta. Tidak perlu sepenuhnya menghindari ajakan untuk berpesta,” tegasnya.
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.