JobStreet Laporkan Pemicu Fenomena Undur Diri Massal, Ini Penyebabnya
23 June 2022 |
12:30 WIB
JobStreet baru saja melaporkan terjadinya fenomena unik di dunia kerja. Fenomena ini bukan pemutusan hubungan kerja (PHK) massal yang terjadi di sejumlah perusahaan rintisan beberapa waktu terakhir. Laporan JobStreet Job Outlook Report 2022, ternyata mengindikasikan banyaknya karyawan yang memutuskan untuk mengundurkan diri dari perusahaan.
Country Marketing Manager JobStreet Indonesia Sawitri Hertoto mengatakan ada sejumlah faktor yang mendasarinya. Pertama, gaji yang dianggap tidak sepadan. Kedua, tugas dan pekerjaan di luar lingkup pekerjaan yang disepakati. Bahkan di luar spesialisasi dan posisinya.
"Saat interview tidak terjadi pertukaran informasi yang jelas dan rinci," ujarnya saat memaparkan laporan Jobstreet, kemarin.
Ketiga, industri kerja tidak seperti yang dibayangkan. Menurut Sawitri, banyak karyawan yang sebelumnya melihat dari luar bahwa bekerja di perusahaan itu menjadi impian. Namun ketika bergabung, ternyata mereka tidak mendapatkan kebebasan atau fleksibilitas.
Keempat, adanya ketidakbebasan memilih bekerja secara WFH atau WFO. Seiring dengan pelonggaran aktivitas masyarakat, memang banyak perusahaan yang menerapkan 100 persen bekerja dari kantor. Namun demikian, potensi penularan Covid-19 pun masih cukup besar. "Banyak tuntutan dari karyawan agar perusahaan bisa terapkan hybrid," sebut Sawitri.
Dapat disimpulkan bahwa banyaknya karyawan yang keluar dari perusahaan karena kenyataan bekerja tidak sesuai harapan. Mengapa demikian? Sawitri menyebut karena karyawan tersebut sepenuhnya tidak memahami industri, tidak memahami dengan jelas tanggung jawab pekerjaan, dan tidak mengetahui standardisasi gaji. "Mereka harus tahu standarisasi gaji di level tersebut dan industrinya," tuturnya.
Oleh karena itu, Sawitri berharap para pencari kerja dapat lebih memahami sentimen dan kondisi pasar kerja saat ini untuk bisa memajukan karir mereka.
Country Marketing Manager JobStreet Indonesia Sawitri Hertoto mengatakan ada sejumlah faktor yang mendasarinya. Pertama, gaji yang dianggap tidak sepadan. Kedua, tugas dan pekerjaan di luar lingkup pekerjaan yang disepakati. Bahkan di luar spesialisasi dan posisinya.
"Saat interview tidak terjadi pertukaran informasi yang jelas dan rinci," ujarnya saat memaparkan laporan Jobstreet, kemarin.
Ketiga, industri kerja tidak seperti yang dibayangkan. Menurut Sawitri, banyak karyawan yang sebelumnya melihat dari luar bahwa bekerja di perusahaan itu menjadi impian. Namun ketika bergabung, ternyata mereka tidak mendapatkan kebebasan atau fleksibilitas.
Keempat, adanya ketidakbebasan memilih bekerja secara WFH atau WFO. Seiring dengan pelonggaran aktivitas masyarakat, memang banyak perusahaan yang menerapkan 100 persen bekerja dari kantor. Namun demikian, potensi penularan Covid-19 pun masih cukup besar. "Banyak tuntutan dari karyawan agar perusahaan bisa terapkan hybrid," sebut Sawitri.
Dapat disimpulkan bahwa banyaknya karyawan yang keluar dari perusahaan karena kenyataan bekerja tidak sesuai harapan. Mengapa demikian? Sawitri menyebut karena karyawan tersebut sepenuhnya tidak memahami industri, tidak memahami dengan jelas tanggung jawab pekerjaan, dan tidak mengetahui standardisasi gaji. "Mereka harus tahu standarisasi gaji di level tersebut dan industrinya," tuturnya.
Oleh karena itu, Sawitri berharap para pencari kerja dapat lebih memahami sentimen dan kondisi pasar kerja saat ini untuk bisa memajukan karir mereka.
Editor: Roni Yunianto
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.