Jelang HUT ke-495, Simak Sejarah Singkat Kota Jakarta
21 June 2022 |
19:43 WIB
Setiap tanggal 22 Juni diperingati sebagai hari ulang tahun Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta. Tahun ini, Jakarta akan merayakan hari jadinya ke-495 tahun. Pemerintah provinsi Jakarta pun telah menyiapkan sejumlah acara dan kegiatan untuk menyambut hari jadi ibu kota.
Sebagai ibu kota sekaligus kota terbesar di Indonesia, Jakarta memiliki catatan sejarah yang panjang. Dahulu, Jakarta pernah dikenal dengan beberapa nama diantaranya Sunda Kelapa, Jayakarta dan Batavia. Jakarta juga memiliki julukan The Big Durian karena dianggap sebagai kota yang sebanding dengan New York City (Big Apple) di Indonesia.
(Baca juga: 4 Hiburan Menarik Ini Dapat Disaksikan di Jakarta Fair 2022)
Jakarta pertama kali dikenal sebagai salah satu pelabuhan Kerajaan Sunda yang bernama Sunda Kalapa atau Sunda Kelapa, yang berkolasi di muara Sungai Ciliwung. Ibu kota dari Kerajaan Sunda dikenal sebagai Dayeuh Pakuan Padjadjaran yang saat ini menjadi kota Bogor.
Pada abad ke-12, pelabuhan Sunda Kalapa dikenal sebagai pelabuhan perdagangan yang sibuk. Kapal-kapal asing yang berasal dari Tiongkok, Jepang, India Selatan dan Timur Tengah sudah berlabuh di pelabuhan ini membawa barang-barang seperti porselen, kopi, sutra, kain, wangi-wangian dan anggur untuk ditukar dengan rempah-rempah yang menjadi komoditas dagang saat itu.
Pada 1511, Portugis memasuki wilayah Malaka. Kemudian pada 1522, Sunda Kelapa diklaim oleh Portugis sebagai bagian dari wilayah kekuasaannya.
Namun, pada 1527, tokoh penyebar Islam bernama Fatahilah dari Kerajaan Demak datang untuk mengusir Portugis. Sunda Kelapa berhasil direbut oleh Fatahillah pada 22 Juni 1527. Dia pun mengganti nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta yang berarti kota kemenangan.
Pada 1916, kota Jayakarta dikuasai oleh Pemerintahan Belanda (VOC) di bawah pimpinan Jan Pieterszoon Coen. VOC menghancurkan Jayakarta dan membangun kota baru di bagian barat Sungai Ciliwung yang kemudian dinamakan Batavia, yang diambil dari nama nenek moyang bangsa Belanda, Batavieren.
Di bawah penguasaan Belanda, Batavia berkembang menjadi kota yang besar dan penting. Untuk pembangunan kota, Belanda banyak mengambil para pekerja dari Bali, Sulawesi, Maluku, Tiongkok, dan pesisir Malabar, India. Sebagian berpendapat bahwa mereka inilah yang kemudian membentuk komunitas yang dikenal dengan nama Suku Betawi.
Saat itu, luas Batavia hanya mencakup daerah yang saat ini dikenal sebagai Kota Tua di Jakarta Utara. Sebelum kedatangan para pekerja tersebut, sudah ada masyarakat Sunda yang tinggal di wilayah Jayakarta. Sedangkan suku-suku dari etnis pendatang, pada zaman kolonialisme Belanda, membentuk wilayah komunitasnya masing-masing.
Oleh karena itu, di Jakarta terdapat beberapa wilayah bekas komunitas tersebut seperti Pecinan, Pekojan, Kampung Melayu, Kampung Bandan, Kampung Ambon, Kampung Bali dan Manggarai.
Sejak kemerdekaan sampai sebelum tahun 1949, Djakarta merupakan bagian dari Provinsi Jawa Barat. Pada 1959, status kota Djakarta mengalami perubahan dari sebuah kotapraja di bawah wali kota, ditingkatkan menjadi daerah tingkat satu (Dati I) yang dipimpin oleh gubernur.
Pada 1961, status Djakarta diubah dari Daerah Tingkat Satu menjadi Daerah Khusus Ibukota. Semenjak dinyatakan sebagai ibu kota, penduduka Jakarta melonjak sangat pesat akibat kebutuhan tenaga kerja kepemerintahan yang hampir semua terpusat dai Jakarta.
Editor: Nirmala Aninda
Sebagai ibu kota sekaligus kota terbesar di Indonesia, Jakarta memiliki catatan sejarah yang panjang. Dahulu, Jakarta pernah dikenal dengan beberapa nama diantaranya Sunda Kelapa, Jayakarta dan Batavia. Jakarta juga memiliki julukan The Big Durian karena dianggap sebagai kota yang sebanding dengan New York City (Big Apple) di Indonesia.
(Baca juga: 4 Hiburan Menarik Ini Dapat Disaksikan di Jakarta Fair 2022)
Awalnya bernama Sunda Kelapa
Jakarta pertama kali dikenal sebagai salah satu pelabuhan Kerajaan Sunda yang bernama Sunda Kalapa atau Sunda Kelapa, yang berkolasi di muara Sungai Ciliwung. Ibu kota dari Kerajaan Sunda dikenal sebagai Dayeuh Pakuan Padjadjaran yang saat ini menjadi kota Bogor.Pada abad ke-12, pelabuhan Sunda Kalapa dikenal sebagai pelabuhan perdagangan yang sibuk. Kapal-kapal asing yang berasal dari Tiongkok, Jepang, India Selatan dan Timur Tengah sudah berlabuh di pelabuhan ini membawa barang-barang seperti porselen, kopi, sutra, kain, wangi-wangian dan anggur untuk ditukar dengan rempah-rempah yang menjadi komoditas dagang saat itu.
Ilustrasi ibu kota Jakarta (Sumber gambar: Alifia Harina/Pexels)
Dari Sunda Kelapa ke Jayakarta
Pada 1511, Portugis memasuki wilayah Malaka. Kemudian pada 1522, Sunda Kelapa diklaim oleh Portugis sebagai bagian dari wilayah kekuasaannya.Namun, pada 1527, tokoh penyebar Islam bernama Fatahilah dari Kerajaan Demak datang untuk mengusir Portugis. Sunda Kelapa berhasil direbut oleh Fatahillah pada 22 Juni 1527. Dia pun mengganti nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta yang berarti kota kemenangan.
Berganti menjadi Batavia
Pada 1916, kota Jayakarta dikuasai oleh Pemerintahan Belanda (VOC) di bawah pimpinan Jan Pieterszoon Coen. VOC menghancurkan Jayakarta dan membangun kota baru di bagian barat Sungai Ciliwung yang kemudian dinamakan Batavia, yang diambil dari nama nenek moyang bangsa Belanda, Batavieren.Di bawah penguasaan Belanda, Batavia berkembang menjadi kota yang besar dan penting. Untuk pembangunan kota, Belanda banyak mengambil para pekerja dari Bali, Sulawesi, Maluku, Tiongkok, dan pesisir Malabar, India. Sebagian berpendapat bahwa mereka inilah yang kemudian membentuk komunitas yang dikenal dengan nama Suku Betawi.
Saat itu, luas Batavia hanya mencakup daerah yang saat ini dikenal sebagai Kota Tua di Jakarta Utara. Sebelum kedatangan para pekerja tersebut, sudah ada masyarakat Sunda yang tinggal di wilayah Jayakarta. Sedangkan suku-suku dari etnis pendatang, pada zaman kolonialisme Belanda, membentuk wilayah komunitasnya masing-masing.
Oleh karena itu, di Jakarta terdapat beberapa wilayah bekas komunitas tersebut seperti Pecinan, Pekojan, Kampung Melayu, Kampung Bandan, Kampung Ambon, Kampung Bali dan Manggarai.
Wajah Kota Jakarta. (Sumber gambar: Refhad & Rendy Novantino/Unsplash)
Sebagai ibu kota Jakarta
Pendudukan oleh Jepang di Batavia dimulai pada 1942. Untuk menarik hati penduduk Perang Dunia II, nama Batavia diubah menjadi Djakarta. Di Djakarta pula berlangsung Proklamasi Kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945, dan diduduki Belanda sampai pengakuan kedaulatan tahun 1949.Sejak kemerdekaan sampai sebelum tahun 1949, Djakarta merupakan bagian dari Provinsi Jawa Barat. Pada 1959, status kota Djakarta mengalami perubahan dari sebuah kotapraja di bawah wali kota, ditingkatkan menjadi daerah tingkat satu (Dati I) yang dipimpin oleh gubernur.
Pada 1961, status Djakarta diubah dari Daerah Tingkat Satu menjadi Daerah Khusus Ibukota. Semenjak dinyatakan sebagai ibu kota, penduduka Jakarta melonjak sangat pesat akibat kebutuhan tenaga kerja kepemerintahan yang hampir semua terpusat dai Jakarta.
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.