Ini Penyebab Seseorang Merasa Kehilangan Identitas setelah Menjadi Orang Tua
17 June 2022 |
19:06 WIB
Memiliki anak dan menjadi orang tua adalah hal yang menyenangkan bagi sebagian besar orang. Kehadiran si kecil di tengah-tengah keluarga bisa melengkapi kebahagiaan pasangan. Kendati begitu, tak jarang ketika menjadi orang tua, banyak orang justru merasa kehilangan identitas dirinya sendiri.
Sebelum menjadi orang tua, penting untuk seseorang mengenal peran barunya sebagai orang tua sekaligus individu dewasa. Dengan begitu, ketika anak telah lahir, orang tua dapat lebih percaya diri dan bahagia dalam melewati berbagai fase pengasuhan.
Psikolog Anak sekaligus Co-Founder Ibu Punya Mimpi, Fathya Artha, mengatakan ketika menjadi orang tua, sebenarnya seseorang tidak meninggalkan identitasnya yang lama. Namun, itu menambah nilai baru atau memperkaya identitas diri.
“Karena sebenarnya menjadi orang tua merupakan proses panjang untuk belajar mengenal dan mencintai diri, perjalanan ke dalam diri yang perlu dilakukan setiap hari secara perlahan dan butuh latihan,” katanya dalam keterangan tertulisnya yang diterima Hypeabis.id, Jumat (17/6/2022).
Fathya menambahkan bahwa setiap orang akan mengalami transisi kehidupan dewasa pada umumnya seperti lulus kuliah, bekerja, menikah dan memiliki anak. Namun, tak dipungkiri, konstruksi sosial yang ada di masyarakat membuat peran menjadi orang tua seolah-olah menjadi tujuan akhir yang terjadi secara alamiah. “Padahal, setiap transisi kehidupan butuh persiapan,” terangnya.
Baca juga: Puty Puar Ajak Moms Lebih Berdaya lewat Buku Empowered ME (Mother Empowers)
Penyebab hilangnya identitas
Lebih lanjut, Fathya menjelaskan beberapa dampak perubahan yang biasanya dialami oleh seseorang ketika menjadi orang tua adalah lelah dan merasa terisolasi, bingung dan lebih mudah merasa cemas, perubahan dinamika hubungan dan kepuasan terhadap pernikahan, merasa jauh dengan diri sendiri, meningkatnya kemampuan diri berempati dan memaknai sesuatu.
Melansir dari tommys.org, rasa identitas seseorang berasal dari pilihan yang tercipta akibat beberapa hal seperti hubungan, karier, hobi, persahabatan dan gaya hidup. Pilihan-pilihan ini seringkali mencerminkan siapa diri kita dan apa yang kita hargai dalam hidup.
Ketika kalian memiliki anak, pilihan ini bisa berubah meski bukan selalu berarti bahwa kalian tidak lagi bisa mengendalikan diri. Hanya saja, kehadiran si kecil yang menjadi tanggung jawab baru, kerap mengubah prioritas hidup, nilai-nilai termasuk perasaan.
Beberapa hal yang biasanya mulai hilang saat seseorang menjadi orang tua di antaranya nilai sebagai seorang profesional yang bekerja, kemandirian finansial, kehidupan sosial, waktu untuk hobi, waktu untuk perawatan diri, waktu untuk keluarga, teman dan pasangan, kepercayaan diri hingga daya tarik seks.
Hal-hal tersebut dapat menyebabkan banyak orang tua baru merasa sedih, kehilangan bahkan merasa bersalah. Meski demikian, kondisi tersebut bukan berarti kalian tidak bersedia untuk menjadi orang tua yang baik bagi anak. Itu hanya berarti bahwa kalian mungkin perlu waktu untuk menemukan kembali identitas diri sendiri setelah menjadi orang tua.
Editor: Dika Irawan
Sebelum menjadi orang tua, penting untuk seseorang mengenal peran barunya sebagai orang tua sekaligus individu dewasa. Dengan begitu, ketika anak telah lahir, orang tua dapat lebih percaya diri dan bahagia dalam melewati berbagai fase pengasuhan.
Psikolog Anak sekaligus Co-Founder Ibu Punya Mimpi, Fathya Artha, mengatakan ketika menjadi orang tua, sebenarnya seseorang tidak meninggalkan identitasnya yang lama. Namun, itu menambah nilai baru atau memperkaya identitas diri.
“Karena sebenarnya menjadi orang tua merupakan proses panjang untuk belajar mengenal dan mencintai diri, perjalanan ke dalam diri yang perlu dilakukan setiap hari secara perlahan dan butuh latihan,” katanya dalam keterangan tertulisnya yang diterima Hypeabis.id, Jumat (17/6/2022).
Fathya menambahkan bahwa setiap orang akan mengalami transisi kehidupan dewasa pada umumnya seperti lulus kuliah, bekerja, menikah dan memiliki anak. Namun, tak dipungkiri, konstruksi sosial yang ada di masyarakat membuat peran menjadi orang tua seolah-olah menjadi tujuan akhir yang terjadi secara alamiah. “Padahal, setiap transisi kehidupan butuh persiapan,” terangnya.
Baca juga: Puty Puar Ajak Moms Lebih Berdaya lewat Buku Empowered ME (Mother Empowers)
Ilustrasi orang tua yang sedang menemani anaknya (Sumber gambar: Picsea/Unsplash)
Lebih lanjut, Fathya menjelaskan beberapa dampak perubahan yang biasanya dialami oleh seseorang ketika menjadi orang tua adalah lelah dan merasa terisolasi, bingung dan lebih mudah merasa cemas, perubahan dinamika hubungan dan kepuasan terhadap pernikahan, merasa jauh dengan diri sendiri, meningkatnya kemampuan diri berempati dan memaknai sesuatu.
Melansir dari tommys.org, rasa identitas seseorang berasal dari pilihan yang tercipta akibat beberapa hal seperti hubungan, karier, hobi, persahabatan dan gaya hidup. Pilihan-pilihan ini seringkali mencerminkan siapa diri kita dan apa yang kita hargai dalam hidup.
Ketika kalian memiliki anak, pilihan ini bisa berubah meski bukan selalu berarti bahwa kalian tidak lagi bisa mengendalikan diri. Hanya saja, kehadiran si kecil yang menjadi tanggung jawab baru, kerap mengubah prioritas hidup, nilai-nilai termasuk perasaan.
Beberapa hal yang biasanya mulai hilang saat seseorang menjadi orang tua di antaranya nilai sebagai seorang profesional yang bekerja, kemandirian finansial, kehidupan sosial, waktu untuk hobi, waktu untuk perawatan diri, waktu untuk keluarga, teman dan pasangan, kepercayaan diri hingga daya tarik seks.
Hal-hal tersebut dapat menyebabkan banyak orang tua baru merasa sedih, kehilangan bahkan merasa bersalah. Meski demikian, kondisi tersebut bukan berarti kalian tidak bersedia untuk menjadi orang tua yang baik bagi anak. Itu hanya berarti bahwa kalian mungkin perlu waktu untuk menemukan kembali identitas diri sendiri setelah menjadi orang tua.
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.