ilustrasi perselingkuhan (sumber gambar : https://www.pexels.com)

Bukan Orang Ketiga, Ternyata Ini yang Membuat Seseorang Selingkuh

17 June 2022   |   19:35 WIB
Image
Dewi Andriani Jurnalis Hypeabis.id

Perselingkuhan sering kali menjadi penyebab utama retaknya sebuah hubungan rumah tangga. Dan biasanya, orang langsung mencari siapa yang telah menjadi orang ketiga. Padahal, dalam banyak kasus, perselingkuhan dianggap sebagai gejala dari masalah dalam pernikahan, bukan penyebab utama.

Konselor pernikahan Indra Noveldy, yang juga penulis buku Menikah untuk Bahagia, mengatakan, perselingkuhan bisa terjadi karena banyak aspek dan memang sudah ada masalah di pernikahan itu sendiri.

“Pihak ketiga bukan penyebab utama perselingkuhan. Justru ketika kita menunjuk pelakor atau laki-laki lain, itu seperti melimpahkan kesalahan ke pihak ketiga dan suami-istri tidak akan introspeksi ke dalam,” ujarnya.

(Baca juga: Curhat ke Lawan Jenis Memicu Selingkuh, Apa Benar?)

Padahal, orang ketiga bisa masuk ke dalam sebuah hubungan pernikahan karena adanya celah. Kalaupun ada oknum yang berniat mengganggu, jika rumah tangga yang diganggu tersebut tetap solid, dan dibuat adanya batasan, pasti akan terpental.

“Jadi, kuncinya bukan mengusir pelakor atau menghindari pelakor, tapi benahi pernikahan, perkuat fondasi di dalam,” katanya.

Ada banyak elemen yang harus dilakukan untuk memperkuat fondasi hubungan pernikahan, seperti memperbaiki cara berkomunikasi, menyamakan ideologi, dan memiliki visi-misi yang sama.

Namun terlepas dari semua itu, satu yang ditegaskan Indra adalah memenuhi kebutuhan masing-masing. Terdengar mudah, nyatanya kebutuhan yang tak terpenuhi di dalam pernikahan sering terjadi dan tidak disadari.
 

Komunikasi dan elemen kejutan dapat memperbaiki hubungan pernikahan yang memasuki fase monoton. (Sumber gambar: Pexels/Ron Lach)

Komunikasi dan elemen kejutan dapat memperbaiki hubungan pernikahan yang memasuki fase monoton. (Sumber gambar: Pexels/Ron Lach)


Lantas kenapa sebuah pernikahan yang terlihat harmonis pada akhirnya dapat hancur karena adanya perselingkuhan? Indra menegaskan bahwa pernikahan yang bener-benar harmonis dan yang terlihat harmonis adalah dua hal yang bertolak belakang.

“Berapa banyak pasangan suami-istri yang sadar bahwa kebutuhan pasangannya terpenuhi? Banyak yang enggak karena semua tampak baik-baik saja, pasangannya enggak komplain, pasangannya saleh, dan lain-lain. Artinya, banyak orang yang tidak sadar bahwa pernikahannya bermasalah. Padahal Itu adalah masalah besar,” ujarnya.

Kenapa hal ini bisa terjadi? Jika ditelaah kembali, rutinitas menjadi alasannya. Sejatinya, rutinitas bukanlah hal yang buruk, tetapi dapat menjadi musuh. Rutinitas cenderung menciptakan kebiasaan yang sulit dilewati.

Saat itulah akan muncul rasa monoton, ketidakbahagiaan, dan ketidakpuasan. Baik suami atau istri mulai mempertanyakan siapa yang dia nikahi dan mengapa, maupun tidak menemukan kebahagiaan atau kepuasan di dalam pernikahannya.

Hal ini rupanya senada dengan hasil survei Teman Bumil dan Populix terhadap 1.943 responden ibu berusia 20-35 tahun yang menemukan bahwa 50 persen responden menyatakan rutinitas yang monoton bisa membuat pernikahan berubah dan 46 persen lainnya mengatakan bahwa kehadiran orang ketiga yang mengubah pernikahan.

Bener banget, rutinitas yang monoton bisa menjadi masalah dalam pernikahan. Karena terjebak peran normatif sebagai istri, ibu, suami, dan ayah, banyak orang lupa tiga perannya sebagai partner, sahabat, dan kekasih," ujar Indra. 

Jika ketiga peran ini tidak dijalani, pastinya pernikahan akan membosankan. Lama-lama pernikahan itu jadi normatif, rasa itu akan menguap, lama-lama akan menjadi dingin dan datar, lalu lama-lama mencari rasa dari orang lain yang bukan pasangan resminya.

Editor: Nirmala Aninda

SEBELUMNYA

Curhat ke Lawan Jenis Memicu Selingkuh, Apa Benar?

BERIKUTNYA

Jenama Fesyen Sejauh Mata Memandang Mendunia dengan Produk Daur Ulang

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: