Masalah Klasik Bioskop, Produser KKN di Desa Penari Soroti Ini
07 June 2022 |
14:11 WIB
Pembagian layar bioskop masih menjadi problematika utama bagi penayangan film nasional. Film box office luar negeri alias film impor dinilai terlalu mendominasi layar bioskop sehingga ruang tampil untuk film Indonesia menjadi sempit dengan slot penayangan yang terbatas.
CEO MD Pictures Manoj Punjabi, yang merupakan produser KKN di Desa Penari, salah satu yang mengeluhkan pembagian layar ini. Menurut Undang-Undang Perfilman, film-film nasional sejatinya mendapat 60 persen porsi layar, dan 40 persen untuk film impor. Namun menurut Manoj, pada kenyataannya tidak demikian.
Dia menyebut film KKN di Desa Penari saja mendapat porsi layar pemutaran yang lebih sedikit dibandingkan dengan film impor seperti Doctor Strange : In The Multiverse of Madness.
"Film Indonesia sangat diremehkan. Waktu Doctor Strange datang, KKN dihabisin (layarnya). Itu tidak adil menurut saya," ujar Manoj belum lama ini.
Baca juga: 5 Film Indonesia Terlaris dengan Jutaan Penonton
Meskipun dikurangi layarnya, toh film KKN di Desa Penari mampu mengalahkan film buatan Marvel Cinematic Universe (MCU) itu dalam hal jumlah penonton. Film garapan sutradara Awi Suryadi ini menjadi film Indonesia terlaris sepanjang masa, yang menembus 9 juta penonton.
"Film KKN di Desa Penari bukti secara statistik, layar dikurangkan, hasilnya luar biasa," tegas Manoj.
Dia menerangkan film lokal saat ini sudah jauh lebih baik kualitasnya dan mampu bersaing dengan film asing. Untuk itu, dia berharap agar pengelola bioskop memberi ruang lebih bagi film nasional.
"Kalau layar film Indonesia dibagi dengan film Indonesia lain, bisa diterima. Ini dibagi ke asing, uangnya ke asing. Kan uang sama, dapat untung juga. Tapi yang disikat layar film KKN di Desa Penari," keluhnya.
Manoj lantas meminta agar ada sistem yang adil dan regulasi yang ketat tentang pembagian layar ini. Pemerintah menurutnya sudah waktunya untuk turun tangan melihat fakta yang terjadi di lapangan.
Bukan sekadar mengucurkan dana stimulus pemulihan ekonomi (PEN), tetapi memikirkan bagaimana film nasional lebih mendapat kesempatan dalam hal penayangan.
"Kalau pemerintah tidak turun tangan, susah kitanya. Harus ada dukungan pemerintah kalau mau film Indonesia lebih maju. Regulasinya harus ditinjau. Kalau film Indonesia dan film asing sama, harusnya film Indonesia yang dibela," tegas Manoj.
Baca juga: 3 Faktor Ini Bikin Film KKN di Desa Penari Sukses Besar
Dia memberi masukan agar dibuat sistem pembagian layar khusus untuk film lokal pada hari-hari besar keagamaan maupun hari libur nasional lainnya.
"Mungkin saat Lebaran atau Desember selama 2 minggu khusus untuk film Indonesia. Jangan ada film asing. Film Indonesia bagus tidak merugikan bioskop, malah menguntungkan," tutur Manoj.
Editor: Fajar Sidik
CEO MD Pictures Manoj Punjabi, yang merupakan produser KKN di Desa Penari, salah satu yang mengeluhkan pembagian layar ini. Menurut Undang-Undang Perfilman, film-film nasional sejatinya mendapat 60 persen porsi layar, dan 40 persen untuk film impor. Namun menurut Manoj, pada kenyataannya tidak demikian.
Dia menyebut film KKN di Desa Penari saja mendapat porsi layar pemutaran yang lebih sedikit dibandingkan dengan film impor seperti Doctor Strange : In The Multiverse of Madness.
"Film Indonesia sangat diremehkan. Waktu Doctor Strange datang, KKN dihabisin (layarnya). Itu tidak adil menurut saya," ujar Manoj belum lama ini.
Baca juga: 5 Film Indonesia Terlaris dengan Jutaan Penonton
Meskipun dikurangi layarnya, toh film KKN di Desa Penari mampu mengalahkan film buatan Marvel Cinematic Universe (MCU) itu dalam hal jumlah penonton. Film garapan sutradara Awi Suryadi ini menjadi film Indonesia terlaris sepanjang masa, yang menembus 9 juta penonton.
"Film KKN di Desa Penari bukti secara statistik, layar dikurangkan, hasilnya luar biasa," tegas Manoj.
Dia menerangkan film lokal saat ini sudah jauh lebih baik kualitasnya dan mampu bersaing dengan film asing. Untuk itu, dia berharap agar pengelola bioskop memberi ruang lebih bagi film nasional.
"Kalau layar film Indonesia dibagi dengan film Indonesia lain, bisa diterima. Ini dibagi ke asing, uangnya ke asing. Kan uang sama, dapat untung juga. Tapi yang disikat layar film KKN di Desa Penari," keluhnya.
Manoj lantas meminta agar ada sistem yang adil dan regulasi yang ketat tentang pembagian layar ini. Pemerintah menurutnya sudah waktunya untuk turun tangan melihat fakta yang terjadi di lapangan.
Bukan sekadar mengucurkan dana stimulus pemulihan ekonomi (PEN), tetapi memikirkan bagaimana film nasional lebih mendapat kesempatan dalam hal penayangan.
"Kalau pemerintah tidak turun tangan, susah kitanya. Harus ada dukungan pemerintah kalau mau film Indonesia lebih maju. Regulasinya harus ditinjau. Kalau film Indonesia dan film asing sama, harusnya film Indonesia yang dibela," tegas Manoj.
Baca juga: 3 Faktor Ini Bikin Film KKN di Desa Penari Sukses Besar
Dia memberi masukan agar dibuat sistem pembagian layar khusus untuk film lokal pada hari-hari besar keagamaan maupun hari libur nasional lainnya.
"Mungkin saat Lebaran atau Desember selama 2 minggu khusus untuk film Indonesia. Jangan ada film asing. Film Indonesia bagus tidak merugikan bioskop, malah menguntungkan," tutur Manoj.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.